Putus

61 4 0
                                    

Pagi Hari

Ria mengerjapkan matanya beberapa kali, melihat Mita tidur di sampingnya sementara Bibi telah lama duduk menyaksikan kesembuhannya.

" udah bangun, minum dulu nih. Habis itu makan, " ujar Bibi menyodorkan makanan dan minuman yang di buat seadanya.

" loh gak usah lemah fisik gini deh. Kalian tuh kalau ada masalah gak mau ceritain sama-sama dan akhirnya saling diam terus hubungannya gak baik. Mau sampai kapan coba. " celoteh Bibi dengan berbagai macam ekspresi.

Ria hanya tertawa seadanya sedangkan Bibi mengerutkan keningnya karna Ria masih sempat saja tertawa.

" kemarin Arga nolak pesan dan panggilan loh karna apa coba? Loh gak tau kan? Arga lihat loh sama cowok lain. Pakai cium kening lagi. " runtuk Bibi dengan kesal.

Sambil mendengarkan keluhan Bibi terhadapnya, Ria mencoba menyantap beberapa makanan yang sama sekali bukan seleranya.

Ria POV

Aku tidak terkejut mendengar pernyataan Arga barusan, bisa saja memang dia memataiku. Dia selalu saja melakukannya saat curigaan denganku.

" itu namanya Daffa, sahabatku saat kuliah di tempat lama. Dia cowok yang sama kayak Arga, langsung sok akrab. Tapi jujur sih dia anak yang broken home,  hobi kita sama pada saat itu. Mencari kesenangan batin. " jelasku dengan singkat. Ku harap Bibi mengerti.

Ku lirik Mita sepertinya masih tidur pulas, aku kasihan dengannya. Dia dengan keras menantang Mamahnya hanya untuk menemaniku.

" tolong jelaskan kepada Arga, aku juga sudah tidak ingin mengharapkannya. " simpulku saat-saat ku ingat kalimat terakhirnya di rumah sakit.

Bibi hanya mengangguk, sedaritadi dirinya sudah siap untuk kembali masuk kuliah. " cepat sembuh yah, gue berangkat dulu. "

Dengan langkah lebar Bibi meninggalkan ruangan, " sebenarnya siapa sih pacar Ria? Gue atau Arga? Perasaan gue mulu yang rawat dia. Sedangkan si monyet sialan itu enak-enak sama Tari." celoteh Bibi sembari melebarkan langkahnya keluar pekarangan rumah Ria.

- - -

" woi curut! " seru Arga saat melihat Bibi memasuki koridor utama. Dengan segera Arga berlari menyusulnya.

" lu lihat pacar gue gak?" tanya Arga dengan ekspresi polosnya.

Dengan batas kesabaran Bibi kemudian menjitak kepalanya beberapa kali. " auh ... Sakit bego!" keluh Arga.

" anjing sih! Mau sampai kapan loh kayk gini? Ria mati baru tahu rasa loh!" tuntut Bibi kepadanya.

Arga kemudian mulai berjalan melewati koridor di temani Bibi yang siap mendengar tanggapan darinya.

" jujur deh. Gue sayang sama Ria, dan kalau dia mempermasalahkan soal Tari itu susah. Gue udah punya tanggung jawab buat jaga dia semenjak setahun lalu mamahnya meninggal. "

Bibi hanya terdiam, mencoba memahami isi kepala Arga. " loh cinta atau cuman pura-pura? Jujur ajah, loh pasti gak percaya sama sihir yang Ria bilang kan? Gur juga sebenarnya gak percaya tapi tadi malam gue lihat sendiri tuh pohon bercahaya terus udah tus banget emang pohonnya." jelas Bibi berusaha mendeskripsikan suasan semalam.

" Dan gue juga belum bisa nepatin janji buat sehidup sama dia. Gue belum siapa pokoknya," ujar Arga seolah frustasi.

" itu namanya gak cinta tolol! Sebaiknya loh jauhin Ria. Biarin dia cari kebahagiannya sendiri." seru Bibi kemudian meninggalkannya.

KEMBALI HIDUP ✔️Where stories live. Discover now