Mencoba

49 4 0
                                    

Entah ingin kemana sekarang, tidak mungkin juga membawanya pulang ke rumah bersamaku. Dengan model tampang Daffa yang seperti ini.

Oh yah, aku lupa menggambarkan kalian bagaimana Daffa yang menjadi teman sepergaulanku memasuki masa kuliahan. Pergelangan tangan kirinya yang mempunyai tato bergambar naga kemudian di susul bagian lehernya bergambar Bintang dan juga rambutnya yang berantakan dengan model pakaian yang abalan.

Kakek dan nenek tidak akan pernah percaya bagaimana hidup ku di Jakarta, bisa saja dengan melihat tampangnya dia akan menyuruhku kuliah di Makassar dan menjauhi manusia yang berada di sampingku ini.

" Daf loh udah nyari hotel? Gue bisanya nemenin loh sampai sini doang, " tuturku saat kami berada di pertengahan jalan sunyi. Kendaraannya baru saja di hentikan sementara dia mengajakku keluar menikmati angin malam katanya.

" gue ngerti kok, " pungkasnya dengan mengangguk pelan, matanya sama sekali tidak menatapku. Hanya menatap Bintang yang banyak terlihat malam ini.

" Ria selamat yah, Cinta bisa mengubah loh jadi lebih baik, " gumamnya kepadaku. Dia menjabat tanganku diselingi senyumannya yang tulus.

Tidak tahu kenapa dan datang dari mana kalimat itu, dia pikir mencoba kisah Cinta seperti ini adalah keindahan selalu. Tapi nyatanya ada banyak bumbu drama dalam Cinta yang ku dapat.

Kita adalah manusia yang sama-sama kecewa dan mati rasa dengan yang namanya Cinta, ku harap bukan hanya dulu tapi juga sekarang. Permainan Arga dan juga janji-janjinya membuatku letih dan makin mati rasa.

" Gue hanya mencoba apa itu Cinta Daf, walaupun gue tahu suatu saat nanti jika tidak berhasil gue juga akan mati bersama pohon misterius itu. Sebenarnya mencoba jatuh Cinta sama saja mencoba mati, iya kan? Haha. "

Aku memegang dadaku yang berdetak kemudian memandang banyaknya Bintang, melakukan hal ini terkadang membuat debaran jantungku memuncak bahkan biasanya aku melihat kilasan cahaya terbang bagai Bintang jatuh. Ku rasa ini juga yang di sebut sihir.

" Daf, gue mau berhenti dari kata sihir. Sebenarnya sihir itu gak ada kan? Gue terlalu buang-buang waktu dengan menolak adanya Cinta. Bodo sekali, " ujarku ketika menatap Daffa yang masih menatap ratusan Bintang yang menjadi candunya ketika ingin tidur.

" Seandainya sihir itu memang gak ada, kenapa setiap loh rasain sakit hati pohon itu ikutan kering. Dan saat loh siram malah makin kering, terakhir berkunjung ke rumah loh juga gue rasa pohon itu bakalan mati. " tukasnya meniti berbagai data soal hidupku.

" mungkin itu perasaan gue ajah Daf. " aku menghela napas, ada benarnya ucapan Daffa. Tapi jika sihir itu ada kenapa aku belum juga merasakan mati padahal sudah ribuan kali disakiti oleh Arga.

" belum saatnya Ria, kalau loh mau bukti dari sihir dan hidup loh coba ajah buat pohon itu mati. " simpul Daffa dengan ucapan datar.

Apa?
Mencoba lagi?
Apa hidupku sepercuma ini? Hanya mencoba dan mencoba.

Aneh bukan?
Cerita hidupku mungkin kalian tebak seperti bertemu dengan manusia aneh bernama Arga kemudian mengadakan banyak konflik dan akhirnya pacaran dan setelah itu membuat pohonnya mati kemudian Arga datang dan menyelamatkanku dengan menyatakan perasaan seutuhnya dan kita hidup bahagia setelah itu ending.

Begitukah?
Padahal ini kisah nyata yang tidak harus ku jelaskan bagaimana waktu dan semesta ikut mengambil peran besar kedepannya.

Seminggu ini juga Arga tak pernah menghubungiku, sempat aku bertanya sendiri ' inikah yang namanya menjalin hubungan? ' aku lebih banyak menunggu saat ini.

Kepergiannya untuk perempuan itu sama sekali tidak ingin di ganggu sepertinya, sebenarnya mungkin dialah prioritas Arga dan sumber dimana hati Arga sebenarnya berada.

- - -

Seminggu sudah hidupku di Makassar, tidak banyak yang berubah hanya menuntaskan temu kangen bersama kakek dan nenek yang tidak tahu apa-apa soal hidupku yang berantakan.

Ku melangkah pelan mendekati area bandara soekarno-hatta. Ke pulanganku tidak ada yang spesial sepeti di cerita lain, hanya menunggu taksi datang kemudian kembali ke rumah.

Ku ingat kembali pesan Arga sebelum meninggalkanku selama seminggu. Ingin segera pulang dan melihat jawaban apa saja yang sudah menantiku.

Selama seminggu tidak bertemu dengannya, sama sekali tidak ada pesan yang masuk hanya Bibi yang beberapa kali menelfon atau video call memastikan semuanya baik-baik saja.

' siapa lagi yang menjadi mantan Arga selama seminggu tidak bersamanya? ' gumam batinku.

" sebelah kiri pak, " sahutku ketika melihat rumahku hampir terlihat.

" makasih. " setelah koperku di turunkan segera aku berlari ke dalam rumah, ada yang aneh selama rumah ini kosong.

Ku berlari menuju taman belakang, dari jendela kulihat pohon itu bersinar-sinar dan daunnya tidak ada sama sekali. Ada apa ini? Tante tidak pernah menyatakan waktu yang harus aku tentukan untuk jatuh Cinta.

Apakah waktu juga ikut mendukung kematianku? Kenapa ku rasa semakin lama pohon ini semakin kering. Mungkin ada misteri yang belum ku pecahkan, hanya itu kesimpulanku.

' tok tok tok ' ku dengar suara pintu terketuk keras padahal ada bel yang di sediakan. Ku berjalan menuju pintu, tenaga ku terasa habis melihat pohon itu gugur, padahal jawaban Arga sedang menantiku di kertas yang tergantung di pohon tersebut.

" cepetan Bi, loh dobrak ajah apa susahnya. " titah seorang gadis. Bisa di tebak mereka adalah Mita dan Bibi.

Sama sekali tidak punya tenaga, sesak sekali semakin berjalan. ' brukk' ku lihat pintuku terdobrak menampilkan bayang-bayang dua manusia yang terlihat panik. Tapi tubuhku sudah tidak kuat, aku hanya menutup mata dan masuk dimensi lain.

- - -

" Ria! Bangun, loh kenapa? " teriak Mita dengan panik, tanpa sadar mengeluarkan air mata. Feeling dan mimpi buruk yang di terimanya malam itu benar-benar terjadi.

" bawa ke dokter cepat Bi! " tuntut Mita dengan gegabah. Tanpa mengulur waktu Bibi mengangkat Ria masuk ke mobil.

Mita terisak menangis, sementara tangannya bergetar memegang hp. Dia harus menelfon Arga.

" ngapain ta? " tanya Bibi serius sembari melihat jalanan.

" telfon ar- .... "

" Gak usah! Justru dia penyebab semua ini. Dia terlalu banyak mainin perasaan Ria padahal dia tahu akibat dari yang namanya sakit hati. " tegas Bibi.

Mita menatap Bibi tak percaya, ternyata dia juga bisa bersikap tegas layaknya orang dewasa yang berpikir lurus menatap masa depan.











--- ---

Yoyoyo welcomeback guysss
Sihir sedang menanti kalian
Silahkan tebak menebak ending yang bakalan terjadi. Hohoho (─‿─)

Jangan lupa vote dan commentnya.

KEMBALI HIDUP ✔️Where stories live. Discover now