Kecupan 💋

114 14 3
                                    

Sebelum dapat melanjutkan kalimatnya, Adik Arga sudah lebih dulu memotong pembicaraan.

" Mah, dia nggak salah. Dia yang anterin aku pulang dan selamatin aku, " pungkas Mitha sembari menitikkan air mata.

Mitha.
Adik Arga satu satunya. Seorang cewek super cerewet, cengeng, lembut, ceria.

Ini adalah kriteria banyak cewek, jelas lain dengan sifatku yang kaku dingin.

Setelah beribu penjelasan kami lemparkan untuk pemilik mata elang, aku sangat legah. Hubunganku dengan keluarga Arga tidak seperti dulu lagi. Tapi hubunganku dengan Arga? Ah! Sudahlah.

Pagi

Selalu ada kata disetiap awal pagiku, entah itu pahit atau manis. Aku menjadikan aksara sebagai temanku ketika kebisuan berselimut dalam hariku.

Semenjak kejadian dua hari lalu ketika hujan turun dan membuat kejujuran dua sejoli terungkap dengan beribu macam rasa, kini Arga maupun Ria tidak pernah dekat.

Seolah ada yang berubah, bahkan Ria yang selalu menanti kehadiran Arga harus bangkit mencari kemana Pangeran itu pergi. 'Benarkan? Percuma jujur dengan perasaan. Mengetahui aku punya rasa dengannya, dia melepasku begini saja.' simpul Ria selama ini.

" Nggak tau kak, nggak usah baper. Kak Arga emang kayak gituh. Besok juga udah putus tuh," ucap Mitha dengan enteng.

Semenjak kejadian Mitha, kini mereka semakin dekat dengan Ria.

" Haha. Aku juga tidak perduli dengan siapa dirinya sekarang. Aku sudah sangat bersalah dengan menjauh darinya, sekarang dia bisa bebas mencari apa yang menurutnya itu Indah," ucap Ria dengan pahit.

Senyum tercetak di wajah imut Ria, namun Mitha tau bahwa itu hanya sebuah senyuman kecut.

" Aku tidak tau sedekat apa hati itu untuk seorang Arga, tapi yang aku tau ... Senyuman itu pahit," ucap Mitha menatap mata Ria.

Ria hanya mengalihkan pandangannya dengan beberapa saat bangkit, mungkin percakapan mereka hanya sampai disini.

Sebuah curahan hati yang belum puas di lampiaskannya.

" Aku akan ke kampus, terima kasih waktumu Mitha."

Kampus
09.30

Ria berjalan lambat menyusuri koridor yang terlihat sepi, entah mengapa dingin menyelimuti perasaannya.

Membayangkan beberapa kejadian bersama Arga, berharap Arga selalu ada untuknya.

" Bodohnya aku yang selalu berharap Arga ada untukku, namun aku tidak pernah ada untuk dirinya. Ria ... Egois," batin Ria.

Bayangan seseorang dari arah belakang menghentikan langkah Ria, seolah dia tau siapa pemilik bayangan itu.

" Ria,Woi." teriak seseorang.

Senyuman tercetak di wajah Ria, dia tau siapa pemilik suara itu. Tubuh Ria berbalik dengan segera melihat Arga yang tengah berdiri 5 meter di belakangnya.

Melihat Arga membuatnya nyaman, namun seketika senyuman itu berubah menjadi kaku dan berat.

Arga berjalan mendekati Ria dengan menggandeng sosok wanita yang akhir-akhir ini terkenal di kampus mereka.

" Apa kabar? Suka ngilang yah loh," sahut Arga yang berbasa-basi.

Ria hanya bisa terdiam kaku menatap sepasang tangan bergandengan erat, bukankah kemarin mereka saling menyatakan perasaan? Terus sekarang apa?

" Eh! kenalin ini Pacar baru gue. Sorry baru kasih tau berita ini," ucap Arga memperlihatkan dengan jelas genggaman tangan mereka.

Tangan wanita itu mengulurkan jabatan untuk berkenalan, hal itu disambut dengan kaku oleh Ria.

" Salam kenal, semoga kalian bahagia yah."

- - -

Tidak tau,aku harus berkata apa lagi.
Tubuhku sudah kaku, seolah kaki ini berat untuk melangkah. Arga yang kekanak-kanakan atau aku yang bodoh.

Dua yang lalu kita berbicara tentang perasaan dengan pelukan hangat dan genggaman tangannya, kemudian dia menghilang dan membawa perempuan lain. Menggantikan posisiku dalam menggenggam tangannya.

" Arga udah ih, ayok pulang," ucap wanita itu manja.

Laras
Nama Wanita yang kini berada di separuh hati Arga.

Aku akui akhir-akhir ini namanya populer dan baru saja aku berkenalan dan berjumpa pertama kali dengannya.

" Iya sayang, Ria gue balik yah," ucapnya kemudian berjalan di belakang Laras.

Cup.

Kurasakan sesuatu yang hangat baru saja menghangatkan pipiku, sangat lembut.

Aku melirik ke samping dan mendapati Arga tersenyum sembari mengedipkan matanya sebelah. Seolah ada sebuah aliran sungai yang deras, aku sangat terkejut dan perasaanku bercampur aduk.

Setelah lintasan kecupan itu, dia kembali berjalan di belakang Laras.

Apa ini?
aku dipermainkan olehnya.

Setelah kecupan itu, air mataku menetes. Berusaha menghapus bekas yang tadi menjadi kenangan terindah untuk diriku.

' Arga! Jangan mempermainkanku! ' pekikku dalam hati.

Next >>>

Jangan lupa tinggalkan jejak,Coment seberapa bapernya 😂
Sampai jumpa di part selanjutnya

KEMBALI HIDUP ✔️Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz