Yang berguguran 🍃

172 27 0
                                    

RUANG BP

Arga berlari masuk dan disusul oleh Ria hingga mereka hampir tabrakan.

"eh ... Ria, dipanggil juga ? " tanyanya tampak tidak tahu apa-apa.

"udah tau sama-sama salah, masih aja ditanya. " batin Ria

" Gue kalau ketemu loh berasa bicara ama tembok, nggak ada respon Riaaa." Arga gemas dengan kelakuan Ria, berbeda dengan mantan yang di temuinya barusan.

Tanpa menggubris, Ria sudah lebih dulu masuk keruangan penjara. Eh ... Ruang BP.

" dari mana kalian? Dipanggil lama sekali," tanya Dosen dengan wajah datar.

Ria hanya duduk dan menundukkan kepala, bukan seleranya berdebat dengan orang tua bahkan hampir menginjak lansia untuk di ajak duet kelahi.

" Habis ribut sama mantan pak, " sahut Arga dengan duduk santai di hadapan Dosen.

Ria menatap Arga yang berbicara seenaknya, tak menyangka akan menyahut dengan kata absurdnya.

"kenapa kalian datang ke kampus ? " tanya Dosen yang sudah naik pitam.

Arga langsung berdiri dan mengeraskan suaranya hingga membuat Dosen terkejut.

"kenapa ? Ini kampus ! semua orang bisa belajar disini, apa masalah bapak ? " Tanyanya membelalakkan matanya untuk Dosen.

Ria harus memberikan dua jempol sekaligus untuk Arga, dia suka caranya kali ini.

"bu-bukan begitu nak, kamu kan dihukum jadi bapak hanya bertanya. " bujuk sang Dosen.

"jadi ?! " ucapnya melantangkan suara.

Arga masih dalam suara kerasnya yang mengerjai Pak Dosen.

"baiklah ... kau boleh berjalan-jalan di kampus ini, " jawabnya.

Arga kemudian menarik tangan Ria keluar dari ruangan Dosen, merasa semuanya sudah cukup jelas.

Namun tarikan kerah baju dari arah belakang kemudian membuatnya terkejut.

" Kamu pikir saya takut sama kamu? Saya bisa keluarkan kalau saya mau. Sekarang kalian pergi dari sini! " bentak Dosen.

Arga hanya menyengir dan berlari keluar ruangan, tak ingin mendapat masalah lebih serius.

- - -

"kita jalan-jalan yuk, " ajak Arga dengan begitu senang

"nggak ! " Ria menghempaskan genggaman Arga yang dirasa kian menghangat dan nyaman.

"loh tau ? Tadi gue cuman bercanda doang, tapi lihat tuh Dosen botak, wakkkk " tawanya mencoba membuka hati Ria.

Arga tertawa terbahak-bahak sedangkan Ria berhenti dan melihat keanehannya.

" Loh, tinggalin gue dan jangan pernah ngikutin gue lagi ! " tegasnya.

" Aelah ... dingin banget, kek es batu. " ngomelnya setelah melihat Ria pergi.

Ria pergi menggunakan mobil sportnya sedangkan Arga kembali mencari karibnya yang tadi menjewer kupingnya.

RUMAH RIA

dengan rasa sedih mengunjungi sebuah pohon yang jaraknya tidak terlalu jauh dari jarak rumahnya.

"aku merindukanmu, kalian tidak bisa pergi. Aku ingin ikut, aku tidak punya siapa siapa lagi. Lihat pohon ini ... dia semakin gugur karena kesedihan yang di terimanya olehku. "

Ria menangis dan daun di pohon itu berguguran sedikit, putus asa menghampiri dirinya.

Dia berusaha menjadi asing setelah mengenal apa itu perpisahan.

/////

Arga POV

Sangat menarik ....
Diantara semua cewek yang berusaha dekat sama gue, tidak ada satupun yang bisa narik gue untuk jatuh cinta.

Malah cewek Jutek, sombong, dingin lagi, itu yang buat gue jatuh hati kepadanya.

Banyak banget yang suka ama gue, bisa dibilang satu kampus juga,
Secara Arga ganteng / yailah..../

Penasaran bat gue ama hidup tuh cewek, gue selalu lihat dia sendiri. Nggak capek apa ? Nggak butuh teman hidup tuh anak ? ( Kek tulus ajah ....)

Oh yah, waktu mamah cerita tentang Ria kemarin dia bilang nggak suka ama tuh anak, bilang apasih tuh anak ke nyokap gue yang kalo marah seisi rumah retak, huh.

-   _   -

" Bibi! " teriak Arga dari gerbang kantin. Membuat Bibi tersedak.

" Pelan-pelan kalau makan bakso sayang, " ujar seorang gadis di sampingnya, mereka makan berdua di kantin yang terlihat sunti saat ini.

Arga berjalan mendekati mereka dengan berkacak pinggang dan raut wajah yang ingin melakukan kebodohan.

" Ngapain disini? Bolos loh yah. Mentang-mentang pacaran sama Lisa." ejek Arga.

" Ya elah curut, gini-gini gue udah pinter. Gak usah belajar udab tau semuanya, kan loh juga kayak gue. Jangan sewot deh." tindas Bibi kemudian kembali melahap baksonya.

Lisa menggenggam tangan Bibi erat, seolah Arga adalah setan saat ini yang bisa meracuninya. Sedangkan Arga masih setia berdiri dengan wajah sulit di tebak.

" Ya Allah, Alfarabi alata! Kamu di bayarin kuliah buat rajin belajar, kalau kamu udah pintar cari duit ngapain masih kuliah. Ingat orang tuamu nak, dia sedang bersusah payah," seru Arga dengan berbagai ekspresi.

" Eh curut! Mereka di luar negeri cuman kerja dan foya-foya, gue di tinggal sendiri di Jakarta dan adek-adek gue ikut mereka. Betapa miris nasibku, cuman kamu yang paling mengerti aku beb, " ujar Bibi dengan ekspresi gemas ke arah Arga.

Mereka berdebat dan bercanda gila seolah tak menganggap kehadiran Lisa.

" Ih! Orang lagi pacaran malah di ganggu, Arga kamu pergi dari sini." bentak Lisa.

" Yaelah, loh mantan gue, gak baik ketus ama mantan, yang ada ntar loh pengen balikan sama gue," ujar Arga kemudian tertawa dengan senang.

" Berisik loh, udah pulang sana! " usir Bibi kemudian.

" Iya, ini juga udah mau pulang, gue heran hari ini ketemu mantan terus deh." cibirnya untuk dirinya sendiri.

Bibi tertawa sampai terbahak-bahak mendengar cibiran Arga.

" Gimana gak ketemu kalau mantan loh kebanyakan, kelas ajah kagak muat nampung mereka,"

Mendengar pernyataan tersebut, Arga menendang bangku Bibi kemudian menghilang dari sana.

Ria POV

Semenjak aku kenal sama tuh orang, hidup aku susah terus gara gara dia. Udah gituh aku di semprot habis-habisan sama mamahnya.

Belum lagi peninggalan Mamah sudah berguguran sedikit demi sedikit.

Yah ... hadiah pohon itu dari Mamah, itu kenangan terakhir ku. Pohon ini telah menjadi teman hidup aku sejak kepergian mamah.




***

Guys...
Napayak..? Itu pohon kok berguguran? Ada apa sebenarnya yang terjadi?

Nantikan kelanjutannya😉

Happy Reading....

KEMBALI HIDUP ✔️Where stories live. Discover now