Setelahnya, Eleonor membujuk Aoi untuk memperlihatkan hasil proyek Cyclone Team yang lain. Segera Aoi membimbing Eleonor dan rekannya menuju loteng yang sudah mereka bersihkan dan dijadikan tempat pameran kecil-kecilan dari karya Cyclone Team.

Loteng yang dijadikan ruang pameran kecil ini terbilang luas dan sangat rapi. Mereka juga menyusun hasil dari proyek tim yang memenangkan medali atau pun piala di sebuah kompetisi.

Nina memperkenalkan proyek mereka yang berhasil memperoleh perunggu di kompetisi pertama mereka, yaitu sebuah tangan robot yang dipasang ke bak sampah untuk mendeteksi ke mana sampah itu harus dibuang. Bahkan Nina juga mendemonstrasikan cara penggunaannya.

Pertama-tama ia mengambil kertas dan meletakkannya ke tangan robot. Maka, robot akan menampilkan jenis sampah apa yang dibuang oleh Nina lewat monitor. Kemudian tangan robot membuang kertas ke bak sampah anorganik. Sebagai tanda terima kasih, robot memainkan lagu singkat kepada pembuang sampah.

"Kami sudah mencoba menjualnya ke beberapa taman kanak-kanak. Sebab menurut kami ini merupakan cara yang bagus untuk mengajarkan anak-anak mengenai sampah," jelas Nina. "Recycle Hand cukup laku di Asia Tenggara."

"Aku ingat tangan ini ... sudah cukup lama aku tidak mendengarkan dia bernyanyi," celetuk Eleonor. Dia mendapati medali emas yang dibingkai di samping Recycle Hand yang juga memiliki kode nama RH-012.

Meskipun awam mengenai robotika, Aoki tertarik dengan beberapa robot yang ada. Tak henti-henti ia berkeliling untuk membaca deskripsi robot. Segera ia menoleh kepada Nina seusai Eleonor berbincang.

"Saya sudah melihat kalian dari media sosial," celetuk Aoki. "Di tahun selanjutnya kalian membuat robot penyeduh kopi yang lucu, 'kan? Saya melihat videonya. Desain kucingnya sangat lucu. Boleh saya melihatnya?"

"Ah, tentu saja! Hanya saja waktu itu Ming-Ming Si Kucing Pembuat Kopi tidak lolos babak kualifikasi. Tapi kami tetap memajangnya di sini. Mari."

Kemudian mereka melangkah menuju sebuah meja. Di sana tersusun tiga benda. Yang paling tengah adalah sebuah robot kucing dengan perut buncit yang akan menyeduh kopi. Nina hanya menjelaskan cara kerjanya karena mereka tidak memiliki kopi di sini.

Sebenarnya masih banyak lagi robot-robot yang unik di dalam loteng ini. Eleonor mengenal mereka, seperti penyusun konstruksi bangunan dalam bentuk tiga dimensi, jari-jari robot yang mampu mengetik sepuluh jari, dan lain-lain. Karena waktu yang terbatas, mereka harus kembali ke ruang tamu.

Lagipula, tampaknya Mark dan Aoki sudah cukup puas untuk melihat-lihat. Mereka pasti sudah menyiapkan sejumlah topik pembicaraan penghilang bosan di perjalanan nanti.

"Anda tahu banyak tentang mereka, ya, Profesor Radiovalenka," bisik Silvis kepada Eleonor ketika menuruni tangga.

"Mereka punya potensi yang sangat besar," balas Eleonor. "Jika diizinkan, saya bahkan akan memberikan Adam beasiswa untuk melanjutkan studinya ketika ia tamat sarjana."

Silvis mengerjap. Dia memandangi punggung Aoi yang berjalan paling depan. Sementara Nina sudah berbelok ke dapur untuk menyiapkan teh lagi, sesuai dengan apa yang kakaknya suruh.

"Sebenarnya itu juga salah satu tujuan Nona Tsukino, menyekolahkan teman-teman satu timnya agar setara dengannya ... atau bahkan memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi," sambung Eleonor. "Dia benar-benar ketua yang peduli, ya, Tuan Silvis?"

Aoi tak lama berhenti. "Saya pikir sudah cukup mengulur waktunya."

Selagi napas Eleonor tertahan, kali ini Aoi kembali memandang Silvis yang tak lama sukses membuat senyum pria itu surut.

Fate : A Journey of The Bloody Rose [END]Where stories live. Discover now