Naya membanting laporannya dengan gemas. "Tolong jangan buat kesabaranku habis, ya! Asisten sedang rapat! Bantu Edward menyiapkan bahan, sana!"
Rafa dan Rafi menoleh pada ruang bahan yang sudah disesaki masing-masing dua perwakilan tiap kelompok untuk membantu Edward selaku koordinator bahan.
"Sudah banyak orang, tuh!"
"Tapi tidak ada perwakilan kelompok kita! Kalian tidak malu kalau bagian kita dikerjakan orang lain."
"Kenapa malu? Kita bahkan bersyukur." Rafa melirik Rafi yang langsung menganggukkan kepala. "Kalau orang lain bisa, kenapa harus kami."
"Dasar orang-orang tidak berguna!" Naya memutar tubuhnya dengan malas.
"Permisi." Chelia dan Cassy muncul dengan membawa kotak alat dan buku-buku mereka.
"Chelly? Cassy? Ada apa ini? Ada pertukaran pelajar antar kelompok, yah?"
"Bukan, Rama. Karena instrumen terbatas, kelompok kita dilebur untuk menghemat waktu."
"Serius?!" Naya memekik tertahan dan menyambut Chelia pun Cassy dengan suka cita.
Erva yang melihat itu hanya tersenyum kecut. Apalagi saat Rean ikut bergabung dan mulai membagi tugas. Erva sejujurnya ingin menawarkan diri untuk bekerja, namun kecerobohannya bisa membuat semua berantakan. Bisa-bisa Rama harus keluar uang lagi untuk membayar kompensasinya.
"Ke toilet yuk, Va!" Cassy menarik lengan Erva yang menunduk. Erva hanya mengangguk patuh. Lagipula kehadirannya tidak begitu berarti.
Chelia menghampiri Naya lalu menariknya menjauh. "Naya, ini ada titipan dari Gio."
Naya mengerutkan dahi begitu mendapati sebuah jepitan rambut yang diselipkan Chelia di genggamannya.
"Katanya biar rambutmu itu tidak mengganggu."
"Kembalikan saja, Chelly. Aku nggak butuh." Naya mendengus lalu kembali pada aktivitasnya mengencerkan larutan dengan labu tentukur, namun anak rambut yang ia selipkan di balik telinga terus saja terurai ke depan menghalangi pandangannya.
Naya tidak bisa berkata apa-apa lagi saat Chelia menyematkan jepitan manis pemberian Gio itu di sela-sela rambutnya.
"Bagaimana? Lebih baik, kan?"
"Sedikit." Naya menjawab cuek.
"Bilang terima kasih sama Gio, dong." Chelia menggoda Naya yang memalingkan muka.
"Buat apa? Nggak ada yang minta, juga!" Naya memutar bola matanya jenuh saat pandangannya bertemu dengan Gio. Naya sesungguhnya ingin berterima kasih, namun bersikap manis sama sekali bukan gayanya.
"Gio! Kata Naya, terima kasih banyak."
Naya mendelik pada Chelia yang mengerlingnya sambil tersenyum lebar. Terlebih saat Gio balas tersenyum dan menatapnya.
Chelia duduk di samping Naya. "Kamu pasti ingin berterima kasih pada Gio, kan?"
Naya berdecak. "Itu nggak penting, Chelly. Pokoknya lain kali jangan mau diperintah sama dia. Kuberitahu Rama kalau kamu menurut sama dia lagi."
YOU ARE READING
Prescriptio☕
Mystery / ThrillerMenjadi mahasiswa farmasi yang super sibuk seolah cobaan yang belum cukup bagi Rama dan kawan-kawannya. Berbagai kejadian misterius terjadi pada orang-orang yang memiliki masalah dengan salah seorang di antara mereka. Ketika persahabatan diuji oleh...
21. Explotio ☕
Start from the beginning
