Part 14 Si Kembar

57K 2.2K 53
                                    

Tiga tahun kemudian.

“Mas, dimana Malika mas?” tanya Qolbina panik.

Dia sudah mengelilingi rumah besar keluarga Dragon namun putrinya belum ditemukan sementara Malik kembarannya bermain bersama oma Shofi di taman.

“Hm, sepertinya putri kecil kita akan mewarisi kebiasaan mommynya yang suka kabur” goda Handika.

“Massss Han!!” teriak Qolbina mencubit pinggang Handika. Handika meringis kesakitan lalu terkekeh melihat wajah cemberut istrinya.

“Sayang, nggak usah panik gitu nanti juga pulang sendiri. Kalau mommynya yang hilang baru daddynya yang cari” Handika mencubit gemas  pipi Qolbina.

“Serius mas, ini kok becanda melulu” ujar Qolbina kesal.

Bagaimana tidak cemas, Qolbina meninggalkan Malika ke dapur sebentar karena gadis kecil itu minta dibuatkan susu. Setelah dia membuatkan susu Malika sudah tidak ada.
Oke Qolbina bisa tenang tapi sudah hampir dua jam menanti belum ada tanda-tanda putrinya pulang. Bagaimana mau pulang dicari saja tidak oleh suaminya.
Qolbina membayangkan yang tidak-tidak, bagaimana kalau anaknya diculik lalu dibunuh. Tiba-tiba saja air matanya merembes.

“Sayang, tenang saja nanti juga Malika pulang sendiri” hibur Handika.

“Bisa-bisanya ya mas tenang begitu” ujar Qolbina menatap emosi Handika. “Kalau terjadi apa-apa dengan Malika bagaimana?” lanjut Qolbina memukul dada Handika sambil terisak.

Handika menarik Qolbina ke dalam pelukannya. Sambil mengeluarkan ponselnya Handika menelpon seseorang agar segera pulang.
Tak lama suara deru mobil terdengar di luar rumah. Seorang gadis kecil berlarian masuk ke dalam rumah.

“Mommy!!” teriaknya menghampiri Qolbina masih dalam pelukan Handika.

Qolbina berbalik melihat sumber suara. Dia melihat putri kecilnya berlari menghampirinya. Qolbina duduk berjongkok dan meraih putrinya kedalam pelukannya.

“Anak mommy darimana?” tanya Qolbina sambil menghampus air matanya.

Matanya melihat dua sosok yang berdiri tidak jauh di belakang Malika sambil tersenyum geli. Qolbina mendadak kesal melihat mereka, jadi mereka  berdualah penyebab semua ini.

“Cinta!!! Tega banget ya kamu” teriak Qolbina kesal sambil menggendong Malika lalu menyerahkannya ke Handika.

Qolbina menghampiri Cintary yang cekikikan lalu bersembunyi dibalik badan jangkung Emran.

“Dasar kalian suami istri, bisa-bisanya bikin aku panik begini” gerutu Qolbina kesal. Emran hanya tersenyum geli melihat tingkah istri dan sahabatnya itu.

“Sorry Bina, habis aku gemes banget sama Malika. Jadi kami culik sebentar deh” jelas Cintary.

“Makanya, buruan buat sendiri” omel Qolbina.

“Kita masih mau pacaran dulu, iyakan mas?” lirik Cintary ke arah Emran.

Emran hanya tersipu. Mereka memang baru menikah tiga bulan yang lalu dan belum ada tanda-tanda Cintary hamil.
Qolbina melirik suaminya yang dari tadi tenang saja.

“Hm...pantesan aja mas tenang dari tadi. Rupanya kalian sekongkol ya ngerjain aku. Malam ini mas tidur sendirian ya” ancam Qolbina berjalan meninggalkan suaminya.

Hatinya masih jengkel dengan ulah mereka. Handika lalu menatap Emran kesal. Kenapa dia yang jadi kena imbasnya.

“Ini semua gara-gara kalian. Bawa Malika dulu, gawat kalau mommynya ngambek begini” ujar Handika menyerahkan putrinya kepada Emran lalu dia berjalan menyusul Qolbina.

“Sayang, mas tidak ikut-ikutan mereka berdua yang  punya ide itu” teriak Handika.

“Bodo, pokoknya mas tidur sendiri malam ini” ancam Qolbina masuk ke dalam kamar lalu menguncinya.

Emran dan Cintary cekikikan melihat Handika mengejar Qolbina ke kamar. Pasangan itu kadang-kadang tingkahnya seperti anak kecil.

End

Exchanged Marriage (Complete)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora