Part 6 Khawatir

42.3K 1.9K 15
                                    


Handika sangat sibuk dengan pekerjaannya setiap pulang dia mendapati Qolbina sudah tertidur pulas. Namun dia selalu memantau gerak-gerik Qolbina di luar melalui ajudannya Emran. Emran pun selalu melaporkan aktivitas Qolbina di luar rumah. Bagaimana pun Qolbina sudah menjadi bagian dari keluarga Dragon.
Seperti biasa Emran menunggu telpon dari Qolbina jam berapa akan dijemput tetapi sudah jam tiga sore gawainya belum berbunyi juga. Tidak seperti biasanya. Emran khawatir kalau terjadi sesuatu dengan istri majikannya.

[Apa!! Belum pulang!!] teriak Handika. Emran menelpon Handika bahwa Qolbina belum menghubunginya.

[Kamu sudah menelponnya?] tanya Handika.

[Sudah tuan tapi nomornya tidak aktif] jawab Emran.

[Cari dia di kampusnya dan tanyai dengan mahasiswa yang mengenalnya] perintah Handika. Handika takut kalau gadis itu bakalan kabur lagi.

[Baik tuan] Emran menutup gawainya dan meluncur ke kampus Qolbina.

>>>>>>>>>>>>>>

Handika menunggu kedatangan Emran di rumah. Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Tak lama Emran masuk menemuinya di ruang kerja.

"Bagaimana? Dimana dia?" tanya Handika.

"Maaf tuan saya sudah bertanya dengan beberapa mahasiswa di sana, mereka terakhir melihat nona di mushola kampus. Setelah itu mereka tidak tahu lagi kemana nona" jawab Emran.

"Apa dia mencoba untuk kabur lagi?" gumam Handika menopang dagu.

"Sepertinya tidak mungkin tuan, sudah hampir dua minggu nona disini. Dan selama saya mengantarnya ke kampus tidak terlihat tanda-tanda itu" jelas Emran.

Qolbina cukup bersahabat dengan dirinya namun dengan tuan mudanya entah kenapa masih terlihat ada jarak.

"Gawainya tidak aktif. Apa telah terjadi sesuatu" tebak Handika cemas.

>>>>>>>>>>

"Astaghfirullah, Cin. Kamu kok nggak membangunkan aku, sih" gerutu Qolbina mengucek matanya. Dilihatnya jam dinding di kamar kost Cintary menunjukkan pukul lima sore.

"Kamu tidur kayak kebo. Ya, udah aku biarin aja, deh. Emang kenapa, sih?" tanya Cintary heran.

"Emran pasti mennungguku di kampus" jawab Qolbina.

"Cemas banget. Apa takut suami kamu itu mengamuk?" ledek Cintary.

"Itu salah satunya" Qolbina menepuk jidatnya. Bagaimana mungkin dia sampai kebablasan tidur di kostan Cintary.

"Udah buruan kamu minta jemput Emran" ujar Cintary mengingatkan sahabatnya itu. Qolbina kemudian meraih gawainya. Dia mengerucutkan bibirnya.

"Yah ... mati" seru Qolbina sambil melihat gawainya.

"Astaga, Bina!!!. The Dragon pasti kalang kabut. Bisa-bisa dia berpikir kalau kamu kabur lagi" ujar Cintary geram melihat kecerobohan Qolbina.

Qolbina lantas bergegas memesan Ojol. Sampai di rumah dilihatnya sosok Emran sedang menunggu dirinya di pos samping pintu gerbang rumah mertuanya itu.

"Nona" panggil Emran ketika melihat Qolbina turun dari Ojol. Emran kemudian membukakan pintu gerbang. Dia melihatnya Qolbina tidak kekurangan sesuatu apapun.

"Nona, kenapa tidak menelponku untuk minta jemput. Kok malah naik ojol?" tanya Emran sambil mengiringi langkah Qolbina menuju pintu rumah.

"Gawaiku mati. Habis baterai, Em. Jadi aku nggak bisa menghubungi kamu" jawab Qolbina.

Exchanged Marriage (Complete)Where stories live. Discover now