Part 5 Tidur bersamanya

48K 1.9K 14
                                    


"Bina, papi tahu kamu masih kuliah. Lakukanlah aktivitasmu seperti biasanya. Mami Handika sudah lama meninggal ketika Handika kelas satu SMP” cerita William mengajak Qolbina ke ruang kerjanya.

Kebetulan sekali, Qolbina lagi malas beradu argumen lagi dengan Handika makanya dia mengikuti langkah kaki mertuanya ke ruang kerja.

“Apa papi nggak tertarik untuk mencari pengganti mami waktu itu. Apalagi papi terkenal, terhormat ,kaya raya dan tampan?” tanya Qolbina penasaran.

William tertawa kecil mendengar Qolbina menyebutnya tampan. Memang ketika masih muda dia beda tipis dengan Handika. Orang-orang juga kalau melihat Handika seperti melihat William masih muda. Bedanya mata Handika berwarna biru mewarisi mata maminya yang asli keturunan Jerman.

“Ku pikir orang kaya seperti papi selalu dikelilingi wanita-wanita cantik. Mudah bergonta-ganti pasangan kalau sudah bosan cari lagi yang baru” ujar Qolbina blak-blakan.

“Hahaha papi sangat mencintai mami, cintanya tidak tergantikan. Mungkin yang Bina bilang itu benar. Banyak wanita yang mendekati papi, tapi papi ingin menjadi contoh bagi anak-anak papi apa arti kesetiaan dengan pasangan dengan cara menolak mereka secara halus.” Jelas William sambil menatap figura mendiang istrinya.

Qolbina tidak menyangka bahwa dia memiliki mertua yang luar biasa tapi kenapa anaknya berbeda sekali. Anak yang menjadi suaminya sekarang sangat menyebalkan. Setelah puas berbincang-bincang dengan mertuanya Qolbina pamit ke kamar. Dia sudah mengantuk.
Ketika masuk ke kamar, dia melihat sosok pria jangkung tidur terlentang di tempat tidur. Qolbina lupa kalau dia sekamar dengan pria menyebalkan itu. Qolbina mendekati ranjang dan naik ke samping Handika yang sedang terlelap.

“Apa benar dia sedang tidur” gumam Qolbina menatap Handika.

Qolbina menatap wajah tampan Handika tanpa malu. Mumpung orangnya lagi tidur jadi dia bebas mengeksplore sosok yang menjadi suaminya. Paling tidak dia merasa lega karena bukan papi Handika yang menjadi suaminya. Qolbina tersenyum.

“Sudah puas menatap wajah tampanku” ujar Handika membuka matanya. Qolbina sontak kaget melihat Handika membuka matanya. Dia pikir Handika benar-benar sudah tertidur. Qolbina memalingkan wajahnya. Malunya bukan main karena kepergok Handika.

“Si ... siapa yang menatap. Ge-er banget. Aku tuh lagi lihat kok ada orang kalau lagi tidur jelek banget” ucap Qolbina asal.

Dia mengambil guling dan meletakkannya di tengah sebagai pembatas mereka. Lalu tidur membelakangi Handika dengan jantung berdebar kencang. Jangan dipikir dia bisa tidur nyenyak malam ini.

Handika menatap punggung Qolbina. “Apa tidak risih tidur pakai jilbab begitu?” tanya Handika.

Mereka sudah halal kenapa gadis di sampingnya masih tidur berpakaian lengkap begitu.
Qolbina yang belum memejamkan matanya mendengar ucapan Handika. Namun dia tidak merespon ucapan suaminya itu.

“Kita sudah halal, kenapa harus ada pembatas begini” Handika mengambil bantal guling yang menghalanginya lalu mendekati Qolbina.

Dia menggeser badannya lalu menyusupkan lengan kirinya ke pinggang Qolbina dan tangan kanannya memeluk perut Qolbina. Mata Qolbina membulat mendapat perlakuan dari Handika yang memeluknya dari belakang.Jantungnya seakan mau melompat keluar. Qolbina hanya membisu dia sedikitpun tidak memberontak.

Berani sekali pria itu memelukku. Qolbina hanya membatin. Aku bisa sesak napas jika tidur seperti ini. Awas saja kalau dia berani macam-macam. Omel hati Qolbina.

Pagi menjelang. Ketika Qolbina bangun sosok Handika tidak dilihatnya di kamar. Qolbina memeriksa pakaiannya. Ternyata masih lengkap, jilbab yang dipakainya juga masih utuh. Handika tidak melakukan apa-apa kepadanya, rupanya laki-laki itu semalam sekedar memeluknya saja.

Exchanged Marriage (Complete)Where stories live. Discover now