Part 2 Melarikan diri

41.7K 1.8K 20
                                    

Qolbina bersihkeras menunggu di dalam kamar. Setahu dia pengantin perempuan tidak perlu duduk berdampingan di sebelah pengantin pria. Saat ijab qabul, cukup pengantin pria dan papanya saja di depan penghulu.
Dirinya hampir beradu mulut dengan mamanya karena prinsipnya itu. Lagian itu salah satu alasan agar dia bisa berpikir ulang akan keputusannya. Suara deru mobil beriringan memasuki halaman rumah Arifin. Kamar Qolbina yang berada di bawah memudahkan aksesnya untuk melancarkan aksinya.

“Bina, pengantinnya sudah datang dan acara akad akan dimulai” Hyuni mengetuk pintu kamar Qolbina dan membukanya. Dilihatnya Qolbina duduk manis di tepi ranjang pengantin.

“Iya, Ma” sahut Qolbina.

Hyuni tersenyum lalu menutup kembali pintu kamar.
Qolbina berdiri menuju pintu kamar dan menempelkan telinganya ke daun pintu. Merasa mamanya sudah agak menjauh dari kamarnya, Qolbina memutar kunci pintu.

Ceklek!!

Pintu sudah terkunci rapat. Dia bergegas membuka gamis pengantinnya yang ternyata sudah memakai baju berlapis. Jendela kamar dia buka lebar-lebar, tanpa mengeluarkan suara dia kemudian melompat keluar. Qolbina mengamati situasi di taman belakang rumahnya. Setelah merasa aman dia menyelinap di balik pohon yang berjajar di halaman belakang. Setelah berhasil membuka pintu pagar belakang Qolbina berlari menjauhi rumahnya.

***

“Ma, mana Bina? Kenapa belum keluar dari kamar?” tanya Arifin merasa heran melihat istrinya yang tampak shock.

“Pa, Bina nggak ada di dalam kamar...” raut wajahnya tampak begitu cemas.

Arifin dan keluarga pengantin pria juga tampak terkejut mendengarnya.

“Di ... dia ... kabur” lanjut Hyuni menunduk.

Qolbina sudah membuat malu keluarganya. Bagaimana nasib perusahaan suaminya, jika Pak William tidak terima atas perlakuan putrinya.

“Pak William kami tidak menyangka kalau putri kami nekad melakukan itu ... kami minta maaf. Kami akan mencari dan menemukannya” janji Arifin.

Sungguh dia merasa tidak enak atas perbuatan anaknya.
William hanya tersenyum. Tidak nampak kekecewaan di wajahnya. Dia bisa memaklumi perbuatan putri Arifin. Gadis mana yang mau menikah dengan pria tua seperti dirinya yang pantas menjadi ayahnya bukan seorang suami.

“Ayo, kita pulang” ajak William kepada seluruh keluarga yang menghadiri akad nikah tersebut.

Putranya,Handika hanya menahan emosi dengan kejadian hari ini. Untung akad nikah hanya dihadiri anggota keluarga, sementara resepsi akan digelar satu bulan kemudian.

“Pak William” panggil Arifin.

“Tidak apa Pak Arifin, anak buah saya akan menemukan putri anda” ujar William tersenyum.

Qolbina berhasil melarikan diri meskipun dirinya sudah resmi menikah. Dia merinding membayangkan akan tinggal bersama laki-laki yang pantas menjadi ayahnya itu.

“Gila kamu, Bin!!. Ternyata bisa  nekad juga. Kamu nggak tahu siapa keluarga Dragon” gerutu Cintary.

“Aku takut banget tahu nggak. Aku nggak memikirkan ke depannya seperti apa” Qolbina menarik napas. Tempat aman yang dia pikirkan untuk bersembunyi adalah kostan Cintary.

“Terus, kamu nggak kuliah selama persembunyian?” tanya Cintary.

“Kuliah lah” jawab Qolbina santai seolah-olah masalah tadi sudah selesai.

“Kalau suami kamu mencari ke kampus bagaimana?” tanya Cintary.

“Aku nggak setolol itu Cinta” Qolbina menjitak kepala sahabatnya. Cintary hanya meringgis.

***

“Bin, kayaknya di sana banyak orang suruhan Dragon, deh” Cintary celingak-celinguk melihat beberapa pria berkemeja hitam berdiri di depan kampus mereka.

“Tunggu saja sampai garing. Aku nggak akan keluar dari kampus” dengus Qolbina berjalan menuju perpustakaan.

“Tuan muda, bagaimana?. Sepertinya tidak ada tanda-tanda Nona Qolbina ada di tempat ini. Kita sudah menunggu dari pagi. Sekarang hampir jam 12 siang, Tuan” ujar Emran, ajudan keluarga William.

Handika sekali lagi melirik ke dalam kampus Qolbina. Banyak mahasiswa yang lalu-lalang, tapi tidak dilihatnya sosok gadis yang dicarinya.

“Aku akan membuat perhitungan denganmu, Nona” gumam Handika kesal.

“Ayo, jalan” lanjutnya.

“Kita pulang ke rumah atau ke kantor?” lirik Emran.

“Ke restoran, aku lapar” jawab Handika karena perutnya sudah demo minta isi.

Qolbina dan Cintary menghempaskan badannya ke tempat tidur. Setelah melihat mobil mewah yang dari pagi parkir di depan kampusnya pergi, mereka berdua pun bergegas pergi juga dari kampus.

“Aduh...sampai kapan mau kucing-kucingan kayak gini Bin, capek banget, deh” omel Cintary.

“Entahlah” gumam Qolbina.

“Papa kamu nggak mencari atau menghubungi kamu apa?” tanya Cintary.

“Nggak, nomor ponselku ganti jadi nggak ada yang bisa menghubungiku” Qolbina melepas jilbab dan atribut yang melekat dibadannya.

“Ahh..aku mau tidur dulu, Cin” ujar Qolbina menarik bantal dan tak lama terdengar dengkuran halus menandakan dia sudah terbang ke alam mimpi.

“Dasar pelor!!” Cintary geleng kepala melihat sahabatnya itu.

Tbc

Exchanged Marriage (Complete)Where stories live. Discover now