Part 9 Gara-gara Kehujanan

41.2K 1.9K 10
                                    


Bel rumah kediaman Dragon berbunyi namun belum ada yang membukakan pintu.  Sumi, ART lainnya di rumah Dragon berlari dari dapur untuk membukakan pintu yang dari tadi belnya berbunyi terus.  Hujan deras di luar sana masih setia menyirami bumi.
Sumi begitu terkejut melihat istri tuan mudanya berdiri di depan pintu.

“Astaghfirullah, Nona” teriak Sumi melihat wajah pucat Qolbina.

Hujan deras di luar membuat badan Qolbina basah semua. Pikirannya sudah kacau sehingga dia tidak peduli lagi dengan keadaannya.
Badan Qolbina luruh ke lantai membuat Sumi berteriak histeris. “Tuan tolooong nona Qolbina pingsan”

Handika dan Emran berlari keluar dari ruangan masing-masing setelah mendengar teriakan Sumi.

“Ada apa Sumi?” tanya Handika mendekati Sumi yang sedang memegangi badan seseorang.

“Tuan, nona Qolbina” jawab Sumi shock.

“Bina!!” Handika ikutan panik melihat kondisi istrinya yang basah kuyup dengan mata terpejam. Handika mengambil alih Qolbina dari Sumi.

“Han, cepat bawa ke kamar dan ganti pakaiannya” ujar Emran yang ikutan cemas.

Handika mengangguk dan segera menggendong Qolbina menuju kamarnya.
Handika tidak memperdulikan lagi apakah Qolbina akan marah atau tidak atas tindakannya. Bukankah mereka sudah sah sebagai suami istri yang ada dalam pikiran Handika adalah menyelamatkan Qolbina. Badannya sangat dingin sekali. Setelah menggantikan pakaian Qolbina, Handika menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal.
Handika pun segera mengganti bajunya yang ikut basah karena menggendong Qolbina.

Apa yang terjadi. Kenapa bisa sampai dia kehujanan seperti itu . Bukankah dia di rumah papanya. Kalau mau pulang kenapa tidak meminta jemput. Banyak pertanyaan yang muncul dalam kepala Handika. Sungguh dia tidak mengerti dengan jalan pikiran gadis itu. Handika menatap wajah pucat Qolbina. Untuk pertama kalinya dia melihat Qolbina tanpa memakai jilbab. Cantik. Hati Handika bergetar belum pernah dia merasakan perasaan cemas seperti ini. Dia sangat takut bila terjadi sesuatu dengan Qolbina.

Handika menarik selimut dan dia pun ikut berbaring di samping Qolbina. Disentuhnya pipi Qolbina. Masih dingin. Handika menarik tubuh Qolbina ke dalam pelukannya, istrinya itu butuh kehangatan agar suhu tubuhnya kembali stabil. Jantung Handika berdegup kencang ketika memeluk Qolbina. Matanya terpejam tanpa sadar dia pun ikut tertidur sambil memeluk Qolbina.

“Jangan pergi...jangan pergi” ceracau Qolbina membangunkan Handika.

Dilihatnya mata Qolbina masih terpejam. Rupanya Qolbina mengigau. Handika merasakan Qolbina mengeratkan pelukannya sambil terisak.

“Bina” bisik Handika.

“Jangan tinggalkan aku, ku mohon” gumam Qolbina. Wajahnya masih terbenam di dada bidang Handika.

“Bina” panggil Handika.

“Jangan pergi...” Qolbina terus saja mengigau sambil mengeratkan pelukannya.

“Bina, aku tidak akan pergi” bisik Handika sambil mengusap punggung Qolbina agar tenang. Benar saja Qolbina tidak lagi mengigau.

>>>>>>>>>>

Waktu masih terlalu dini untuk bangun. Jam 3 pagi mata Qolbina terbuka, seingat dia pulang ke rumah dalam keadaan basah kuyup dan kedinginan. Kini badannya terasa hangat dalam dekapan seseorang. Qolbina memundurkan badannya dan melihat siapa yang telah memeluk dan dipeluknya. Matanya membulat melihat sosok tampan yang ada di hadapannya. Handika masih terpejam, dengkuran halusnya masih terdengar.

Bagaimana bisa aku dan dia seintim ini. Bisik hati Qolbina. Wajahnya bersemu merah. Sungguh dia malu sekali meskipun mereka belum melakukan hubungan layaknya suami istri. Tapi Qolbina menikmati pelukan Handika, dia takut kehilangan Handika jika nanti Handika tahu siapa dia sebenarnya.

Qolbina berusaha melepaskan tangannya dari pelukan Handika. Dia takut terlena. Handika merasakan pergerakan badan Qolbina pun membuka matanya. Handika bisa merasakan bahwa Qolbina berusaha untuk melepaskan pelukannya. Namun Handika langsung menarik lagi Qolbina ke dalam pelukannya dan membenamkan kepala Qolbina ke dadanya.

“Biarkan seperti ini, Bina” bisik Handika meletakkan dagunya di atas kepala Qolbina.

Qolbina bisa merasakan degup jantung Handika yang bergemuruh. Begitupun dengan jantungnya berpacu dua kali lipat. Tubuhnya menghangat dalam dekapan Handika. Ingin rasanya dia menjadi istri Handika seutuhnya tapi dirinya masih dibayangi rasa takut. Takut Handika akan meninggalkannya jika Handika tahu statusnya.

“Bina, apa yang terjadi?” ujar Handika pelan.

Qolbina tahu kemana arah pembicaraan Handika. Qolbina hanya membisu dia tidak akan memberitahu Handika tentang hal yang didengarnya di rumah Arifin.

“Tidak ada apa-apa, aku hanya kehujanan itu saja” jawab Qolbina menarik kepalanya lalu menatap Handika.

Handika tahu istrinya tidak berkata jujur dengannya. Qolbina bukanlah gadis bodoh melakukan hal konyol yang bisa membuatnya mati kedinginan. Handika membalas tatapan Qolbina sambil jari jemarinya membelai pipi Qolbina.

“Kau pandai menyimpan sesuatu rupanya, tapi kau tidak bisa membohongiku,sayang. Matamu tidak berkata demikian” tatap Handika.

Ah Qolbina memang tidak bisa berbohong dengan laki-laki itu. Tatapan tajamnya seolah menelanjanginya.

“Tuan tidak mencintaiku. Apa tuan akan membuangku?” tanya Qolbina ragu.

Handika terdiam, mengapa Qolbina menanyakan hal aneh seperti itu. Seharusnya Qolbina tahu dengan sikapku kepadanya belakangan ini. Dasar gadis cuek. Apa aku harus membuktikannya sekarang kalau aku sudah terjerat cintanya. Handika membatin sembari menelusuri wajah Qolbina.

“Berhentilah memanggilku seperti itu, apa kau masih belum menganggap ku sebagai suami?” kini balik Handika bertanya.

Handika mendekatkan wajahnya hingga tak ada jarak lagi diantara mereka. Qolbina bisa merasakan hembusan nafas suaminya. Qolbina hanya terpaku menatap manik biru Handika yang semakin intens menatap wajahnya. Qolbina tidak bisa mengelak lagi bahwa dia telah jatuh hati dengan suaminya. Qolbina memejamkan matanya ketika merasakan Handika mencium lembut bibirnya.

“Jadilah istriku seutuhnya” bisik Handika dengan suara berat. "Bina, aku tidak bisa menahannya lagi jika berdekatan seperti ini” lanjut Handika.

Qolbina mengangguk malu, dia tahu keinginan Handika. Entah apa yang akan terjadi ke depannya dia tidak memikirkannya lagi, Qolbina ingin menjadi istri Handika seutuhnya. Karena dia telah jatuh cinta kepada suaminya. Entah tepatnya kapan perasaan itu hadir Qolbina sendiri tidak tahu.

>>>>>>

Sweet...sweet

Exchanged Marriage (Complete)Where stories live. Discover now