"Hah?" Vira menatap Gaga yang akan bergegas pergi darisana. Bagaimana ini? Bahkan ia belum menjelaskan rumus yang ditulisnya tadi.
"Kak!" panggilnya menahan lengan Gaga membuat cowok itu otomatis menghentikan langkahnya.
"Apa?"
"Itu... Rumusnya belum dijelasin." tunjuk Vira pada kertas dua lembar yang kini sudah Gaga lipat jadi mengecil.
"Gua udah paham..." selanya.
"Sekarang lepasin tangan gua!" sambungnya membuat Vira melepas cekalan itu dengan senyuman kikuk.
"Maaf."
Gaga menggelengkan kepalanya pelan, lalu dirinya pergi terlebih dulu meninggalkan Vira di meja cafe sendirian. Kalau tau seperti ini kenapa mereka tidak belajar di kantin saja? Apa Gaga mengajak Vira ke sini hanya untuk cari muka?
"Tumben lo ke sini, Al?" sontak seseorang membuat Vira langsung melihat ke ambang pintu.
"Ada urusan. Gua duluan ya, Har." pamit Gaga menepuk bahu Azhar yang baru saja datang.
Vira menatap cowok itu yang kini akan menghampirinya. Vira memalingkan wajah, mencoba untuk menghindar, karena bagaimana pun pasti Azhar akan bertanya-tanya kenapa ia ada di sini sendirian.
"Cupu?" sapa Azhar menepuk bahunya.
"Eh, Azhar." sahutnya tersenyum canggung.
"Lo ngapain di sini? Sendirian?" pertanyaan yang memang sudah tertebak.
Vira mengangguk pelan. "Kamu sendiri ngapain di sini?" tanyanya sembari mengedarkan pandangan, siapa tau Azhar akan bertemu Dio dan kawan-kawan.
"Lah, ini kan cafe gue." jawabnya membuat Vira tersadar. Pantas saja nama cafe ini tidak asing, ternyata cowok ini yang punya.
***
Vira membuka laci yang ia kunci rapat, lalu mengambil buku kuning kusam yang tertera nama lengkapnya. Kalau kalian mau tahu, nama akhir Vira itu diambil dari nama kedua orang tuanya, yaitu Agis dan Riska. Sedikit unik, ketika orang lain menggunakan marga sang ayah, Vira malah menggunakan nama ibu dan bapaknya.
"Vira?" panggil Bi Linda membuat Vira segera memasukkan bukunya pada laci berwarna cokelat tua itu.
"Ada apa, Bi?" tanyanya menatap Linda yang sudah siap dengan pakaian kerjanya.
"Bibi mau berangkat kerja dulu, jaga diri di rumah ya." ucap Linda lalu menghampiri sang keponakan dengan memberikan kecupan hangat di keningnya.
"Emangnya Bibi udah sembuh? Padahal kemarin masih lemes." tanya Vira memperhatikan Linda yang sepertinya sudah tampak baik-baik saja.
"Bibi udah sembuh kok."
"Ohiya, kali-kali telepon Ibu. Biar dia cepet pulang terus bawa oleh-oleh yang banyak." sambungnya terkekeh pelan.
"Iya, nanti Vira telepon Ibu."
"Kalo gitu Bibi berangkat sekarang. Assalamualaikum," salam Linda lalu pergi dari kamarnya.
YOU ARE READING
Out of Script [REVISI]
Teen FictionMenjadi pacar bohongan Dio Alvadian─cowok tengil sekaligus anak pemilik sekolah adalah hal yang tak pernah Ghevira duga. Kesepakatan yang awalnya hanya sandiwara singkat, kini malah keluar dari naskah. Hubungan yang diawali dengan kepalsuan dan kebe...
CHAPTER 24
Start from the beginning
![Out of Script [REVISI]](https://img.wattpad.com/cover/169010828-64-k900205.jpg)