"Ngapain ngikutin gua? Ada yang nyuruh?"
Vira menatapnya bingung. "Hah? Nggak ada." jawabnya gelagapan.
"Terus ngapain di sini?"
"Terus aku nunggu di mana?"
"Menurut lo di mana?" tanya Gaga tak santai, padahal Vira sangat sopan menjawab pertanyaannya.
"Di mana? Di mana-mana hatiku senang," jawab Vira disusul tawa singkat. Niatnya ingin membuat suasana yang tidak terlalu canggung tapi malah jadi suasana yang sangat kriuk alias garing.
"Bodoh! Lu tunggu aja di gerbang," suruhnya dengan sedikit mengumpat. Ck... Kalau Dio tahu Vira diperlakukan seperti ini, dapat dipastikan ia akan menghabisi Gaga detik ini juga.
"Ohh, gerbang."
Vira tersenyum sembari mengangguk, dirinya pun kembali menunggu kakak kelas sialannya itu.
Motor japstyle berwarna silver berhenti dihadapannya. Gaga menatap Vira sambil memberi kode untuk segera naik ke motornya.
Dengan perlahan Vira menaiki motor itu, rasanya sedikit aneh. Ditambah lagi beberapa siswi yang menatapnya seperti tak ikhlas bahwa Vira dapat merasakan jok motor yang selalu kosong itu.
"Kita belajar di cafe, gua nggak punya waktu banyak." jelasnya yang dijawab anggukan singkat oleh Vira.
Belum sampai ke cafe, Gaga malah menghentikan motornya di depan Warung pak Dadang yang memang selalu jadi tempat berkumpul dirinya dan juga beberapa anak buahnya.
"Mau kemana, Bos?" tanya salah satu dari mereka menghampiri Gaga.
"Ada urusan bentar, lu semua ke markas aja. Nanti gua nyusul!" perintahnya yang langsung diangguki mereka kompak. Apa ini yang disebut panglima tempur dalam dunia Vira? Wah, daebak.
"Al, itu siapa?" tanya salah satu cowok sipit sambil menatap Vira sekilas.
"Mau? Ambil aja." jawabnya disusul kekehan kecil. Vira yang mendengar itu hanya memalingkan wajah dengan mengumpat pelan. Kalau bukan ketua geng yang dingin, rasanya ia ingin sekali memukul kepala tanpa helm itu.
Cowok sipit itu tertawa singkat lalu mulai menjalankan motornya dengan suara deruman keras hingga membuat kepulan asap hitam pekat di jalanan. Disusul beberapa teman-temannya yang juga melakukan hal yang sama.
Gaga membawa motornya dengan kecepatan tinggi, hingga mereka berdua sampai di salah satu cafe dengan waktu yang cukup singkat.
"Dewantara cafe?" gumam Vira turun dari motor itu, menatap nama cafe yang tidak asing baginya.
"Ngapain diem?" gertaknya membuat Vira langsung menghampiri Gaga yang sudah berdiri di depan pintu cafe.
"Tulis sesuka lu." suruhnya yang bahkan Vira belum duduk di sana.
"Fisika dulu ya, Kak." ujar Vira lalu membuka tas kuningnya, mengambil buku paket yang ia pinjam tadi siang di perpustakaan.
Vira menulis rumus-rumus itu di kertas dua lembar. Setelah selesai ia menyodorkan kertas itu seraya mau menjelaskan.
"Oke, gua duluan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Out of Script [REVISI]
Teen FictionMenjadi pacar bohongan Dio Alvadian─cowok tengil sekaligus anak pemilik sekolah adalah hal yang tak pernah Ghevira duga. Kesepakatan yang awalnya hanya sandiwara singkat, kini malah keluar dari naskah. Hubungan yang diawali dengan kepalsuan dan kebe...
CHAPTER 24
Mulai dari awal
![Out of Script [REVISI]](https://img.wattpad.com/cover/169010828-64-k900205.jpg)