"Coba ini! Artis, artis apa yang paling kuat? ... Ayu ting-ting. Kenapa? Karena dia ke sana ke mari membawa alfamart." Kuvvi sekalian menyanyikan lagu pedangdut itu.
"Garing ya? Biarinlah. Sekarang kita ke soal matematika! Satu tambah satu berapa?"
"Dua."
"Salah! Yang bener segalanya. Kalo satu dikurang satu berapa?"
"Nol."
"Salah! Satu dikurang satu sama dengan hampa." Ansel menyesal mengapa mau-maunya ia menjawab.
"Udah ah, jangan main tebak-tebakan, sudah bukan lagi kamusku untuk menerka sesuatu yg membisu," ucap Kuvvi dengan nada sedikit dibuat-buat. Yang mengajak main tebak-tebakan siapa? Yang sok lelah siapa.
Hampir separuh perjalanan telah mereka tempuh. Kayuhan sepeda mereka sangat lambat karena takut hewan yang mereka bawa ketakutan atau pun stres. Namun, bukan Kuvvi namanya jika bisa diam. Ia kembali memulai percakapannya dengan Ansel.
"An, pernah gak sih kamu mengamati sesuatu yang ada di sekitar kamu sendiri? Terkadang, kita terlalu sibuk dengan dunia kita sendiri sehingga kita lupa kalau di dekat kita ada banyak hal yang bisa kita ambil maknanya. Maksudnya, banyak hal di dunia ini yang mempunyai makna kehidupan." Sepertinya pembicaraan Kuvvi kali ini agak serius, dan Ansel mulai agak tertarik dengan lanjutan ucapan Kuvvi.
"Kamu lihat pohon-pohon di samping kita." Kuvvi menunjuk pephonan yang memagari jalanan. "Di pinggiran jalanan ini." Ansel pun mengikuti arah telunjuk Kuvvi.
"Coba deh kamu perhatiin tuh pohon. Mereka hidup tanpa bisa memilih mau ditempatin di mana. Ada yang di pinggir jalan, hutan, atau di tempat yang tandus. Mereka cuma bisa diam, berharap hujan turun atau ada seseorang yang mau menyirami mereka. Di saat nggak ada yang peduli dengan mereka, mereka gak ngeluh 'ah capek deh gue jadi pohon, pengen jadi umbi-umbian aja'." Ansel menyetujui pendapat Kuvvi. Karena memang banyak dari kita suka mengeluh ketika keinginan tidak terwujud. Bahkan, terkadang kita malah marah sama Allah, kenapa sih kita diciptakan dengan segala kekurangan yang ada.
"An, aku mau kok jadi bijak tiap hari asal kamu dengerin kayak tadi. Kamu kayak serius banget. Oh iya, btw, kata-kata bijak itu aku nemu di google, terus aku hafalin biar kelihatan pinter," ucap Kuvvi berbohong. Entah mengapa, setelah mengucapkan kata-kata itu, Ansel tersenyum tipis. Untungnya Kuvvi tidak lihat, karena kalau lihat, ia bisa melepuh bersama aspal saking senangnya.
Udah lama banget updatenya, dikit pula! Ayo marahin alipe :v
Sampai ketemu lagi yaa. Selamat lebaran. Maaf kalo banyak salah. Semoga kalian selalu bahagia🖤
Nih, dapet salam dari Ansel Garabaldi 😎
KAMU SEDANG MEMBACA
DIMENSI (Completed)
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA♡] Dulu, ketika dompetku kecopetan, aku berdoa supaya uang bergambar monyet di dalamnya digunakan untuk kebaikan. Lalu, saat aku kehilangan ponsel esia hidayahku, lagi-lagi aku berusaha mengikhlaskannya. Aku pernah merasakan...
23. Dimensi Melepuh Bersama Aspal
Mulai dari awal