6)

11 5 0
                                    

Akaira membuka pintu gerbang rumahnya, dan di lihatnya seseorang yang sedang berdiri sambil menatap akaira tajam. Akaira tidak memperdulikan itu, dia langsung lewat, tanpa mengucapkan kata permisi.

"Dasar anak ga punya sopan santun"

Omel ayunita yang merasa tidak di hargai oleh anak tiri nya. Sedangkan akaira hanya berjalan lurus tanpa meragukan ucapan ayunita.

Di dalam rumahnya akaira di sambut dengan tatapan sinis, dari sodara tirinya. Sungguh hal yang menyebalkan.

Ga anak ga ema nya, sama-sama 11-12
-batin akaira.

Di tengah perjalanan menuju kamarnya, akaira di jegat oleh Amalia. Rasanya akaira benar-benar ingin pergi dari rumah ini.

"Abis dari mana aja lu?" Ucap Amalia yang mencengkram tangan akaira kuat.

"Kepo banget sih"

"Jawab pertanyaan gua" cengkraman itupun semakin kuat.

" Bisa lepasin ga tangan gua, hah!!?"

"Ga, sebelum lu jawab pertanyaan dari gua"

"Ya udah, gua mau buang air besar. Yakin ga mau ngelepasin tangan gua?"

Amalia ragu akan hal itu, ia takut bahwa akaira benar-benar ingin BAB. Dan memaksa amalia untuk menemani akaira BAB.

"Aduh gua pengen kentut"

"Ya udah sana, sekarang lu selamat dari pertanyaan gua"

Amalia melepaskan cengkraman nya, dan membiarkan akaira masuk ke kamarnya. Karena ia takut, bahwa akaira benar-benar ingin buang air besar.

Sementara itu, akaira tersenyum tipis pada Amalia, ia merasa berhasil karena telah membuat Amalia jijik, dan melepaskan cengkramannya dari tangan akaira.

~~~~

Alunan musik terdengar indah, di telinga akaira. Sehingga akaira merasa sedikit lebih tenang dengan musik yang ia dengarkan sekarang.

Sampai seseorang masuk ke kamar akaira tanpa permisi. Dan langsung mengagetkan akaira dengan cara memecahkan album foto miliknya.

Brak...

Suara itupun mampu mengagetkan akaira, yang tengah asik mendengar alunan lagu. Dan akaira melihat Mahendra yang Ada di depan dirinya.

"Papah"

"Ada apa dengan papah! Kenapa papah memecahkan album kaira? Apa kaira berbuat salah lagi sama papah?"

"Dasar anak ga tau di Untung"

Sebuah tamparan baru saja mendarat di pipi akaira. Akaira bingung dengan papah nya, mengapa papahnya tiba-tiba menampar nya. Apa ada yang salah dari akaira.

Sebuah amarah dan emosi kini sudah memenuhi pikiran ayahnya, sehingga Mahendra tidak bisa menahan tangan nya. Dan Mahendra pun menyesal karena telah melakukan nya, terhadap anak kandungnya sendiri.

"Kaira? Maaf kan papah, papah benar-benar tidak bisa menahan emosi papa. Papa kecewa sama kamu. Kenapa kamu tidak bisa sopan kepada ibu kamu?"

"Dia bukan ibu aku pah, dia bukan ibu aku"

Benteng yang akaira tahan sedari tadi, kini telah runtuh. Dan tak tertahan. Ia memang tidak pernah bisa menerima ayunita sebagai ibu nya. Karena ayunita begitu jahat kepadanya, di saat papahnya tak ada.

"Kamu ga boleh bicara kaya gitu kaira, papah menikah dengan ayunita. Itu demi kamu, agar kamu ada yang jaga dan perhatiin."

"Dia ga pernah perhatiin aku pah, dia jahat. Aku ga mau anggap dia sebagai ibu ku"

"Tapi kaira"

"Ga pah, aku ga bisa"

Mahendra menghampiri akaira yang sedang terduduk rapuh di kasurnya. Dan memeluk akaira dengan penuh kasih sayang.

"Kamu kenapa bolos sekolah? Papah ke sekolahan kamu. Nilai kamu nurun semua. Papah kecewa sama kamu"

"Maaf pah, tapi aku..."

"Sudahlah, papah ga mau berdebat sama kamu. Kamu harus banyak belajar, agar nilai mu naik kembali. Dan jangan pernah bolos lagi"

Akaira hanya terdiam dan tidak bisa membela dirinya. Dia hanya mencoba sabar dengan kehidupan yang membuat nya begitu lelah.

_____________________________________

Terimakasih

AKAIRA ANALIA ( On Going )Where stories live. Discover now