Bagi sebagian orang, mungkin proses interview melamar pekerjaan merupakan sesuatu yang menyenangkan.
Tapi tidak bagiku, aku yang kadar paniknya suka melebihi rata-rata, menganggap interview adalah sebuah momok yang menakutkan.
Bagaimana kita berinte...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Raffa says, "Ashs&£€£@(/@;)!,'cl£_€\#~££!" Oiii baca cerita di bawah ini yaakk ucing pala bambank nih disuruh sama siapa sih tuh songong nyuruh2 gue promosiin ceritanya yang baru... 🙄🤦🏻♂️ ⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Happy reading 😝😘
Galexia Andromeda.
Nama itu. Nama seseorang yang sangat berarti di hidup gue. Setelah beberapa tahun gue tidak melihatnya semenjak lulus sekolah, gue dipertemukan lagi dengannya secara tak sengaja dan ternyata dia bekerja di kantor yang sama dengan tempat gue kerja.
Gue nggak tau harus bersikap seperti apa, yang jelas gue bahagia banget. Dia cantik banget sekarang, apalagi berat badannya berkurang banyak. Tubuhnya jadi terlihat proporsional.
Alamat banyak nih saingan gue!
Meskipun Galexia udah nggak seminder dulu, entah kenapa gue masih belom pede untuk terang-terangan mendekati dia, jadilah gue kasih perhatian diem-diem dengan embel-embel sok cuek.
Sering gue beliin dia makanan atau kalau gue lagi ada meeting, sengaja gue simpan jatah makanan gue buat dia, karna gue tau kalau dia lagi sibuk banget sama kerjaannya terkadang suka lupa makan siang. Gapapa gue nggak makan, yang penting jangan sampe dia kelewatan waktu makan siangnya. Dia butuh tenaga buat bekerja, apalagi dia sering lembur.
Gue sedih banget ketika gue mengetahui dia dekat dengan lelaki lain. Darren namanya. Gue perhatikan, sepertinya dia juga punya rasa sama laki-laki itu meskipun mulutnya berkata nggak. Jujur gue sempat minder, apalagi laki-laki itu terlihat lebih dewasa dan berwibawa. Suatu ketika, ada satu kejadian yang membuat gue bersyukur karna gue bisa jadi pacarnya, meskipun pacar pura-pura.
"Duh, lagi seneng banget anak Mama nih kayaknya." Mama menghampiri gue yang sedang duduk senyum-senyum nggak jelas menatap kolam renang belakang rumah.
Gue menoleh singkat, "Mama, bisa aja."
"Cerita sama Mama. Apa yang bikin kamu seneng banget?"
"Aku jadi pacarnya Xia sekarang, Ma. Pura-pura sih."
