51. This is Not a Goodbye

25.7K 2.7K 125
                                    



Selamat menyambut bulan suci Ramadhan, mohon maaf lahir batin yaa, maaf kalo aku ada salah baik yang disengaja maupun tidak disengaja... 🙏🙏🙏

Happy reading and don't forget to vote and comment... 😘

Don't cry because you're leaving, smile because you were there.

"Jadi apa resepnya?"

Aku menaikkan sebelah alisku.

Sumpah demi Tuhan, sebenarnya hari ini aku capek sekali. Setelah menghabiskan waktu seharian handover kepada anak magang pengganti sementara sebelum kantor mendapatkan karyawan baru yang masih dalam proses rekrutmen, aku dipaksa melipir sebentar oleh Shrintil di kedai kopi dekat kantor.

Demi apa coba? Cuma demi minta resep menggaet cowok-cowok kece di kantor.

Saoloh!

Kalo resep masakan sih gue bisa, lah ini resep dikejar cowok!

"Ayo dong, Galexia. Share it to me. Please!"pinta gadis lebay itu.

Aku menghela napas lelah sebelum menjawab, "Nggak ada, Til. Resep apaan sih? Lagian emang siapa aja yang kegaet, orang cuma Pak Darren doang kok!"

"Mas Totti!"

Shrintil tersentak, "Eh, bukan, bukan! MasTot mah nggak masuk itungan!"

"Ayangbeb Raffa!"

Jiah, si kampret! Bagi gue dia nggak masuk itungan keleus!

Etapi, kok dia bisa nyebut nama Raffa ya?

"Kok Raffa?"

Shrintil bercerita bahwa ia pernah beberapa kali melihatku makan siang berdua dengan Raffa, lalu ia berpikir bahwa Raffa sedang melakukan pedekate denganku.

Cih! Pedekate, bayar utang!

"Nanti kan kalo you udah nggak ada, kesempatan I lebih besar dong buat nempelin ayangbeb Raffaku tercinta," jelasnya dengan ekspresi berlebihan. "Jadi, kasih tau resepnya, ya!"

Aku berpikir cukup lama, kira-kira gue jawab apa ya enaknya?

Masih berpikir, tiba-tiba ada bunyi pesan masuk di ponselku.

Raffa Kampret : Gue tunggu di warkop sebelah.

What! Nggak salah baca nih gue?!

Aku langsung mengetik balasan untuknya.

Xia Andro : Ngapain lo?!

Raffa Kampret : Berak.

Raffa Kampret : Ya nunggu lo lah! Ini udah jam berapa? Udah malem.

Yaelah, baru juga jam setengah sepuluh.

Raffa Kampret : Emang lo nggak takut ketemu preman lagi?

Xia Andro : Kan naek ojek.

Raffa Kampret : Kalo dicegat begal gimana?

"Siapa sih?" tiba-tiba Shrintil yang duduk di depanku mengintip kepo ke arah ponselku.

Astagfirullah! Kaget gue.

Aku langsung buru-buru mengangkat ponselku dengan posisi tegak agar dia sama sekali tak punya celah untuk mengintip. Aku memperingatinya agar jangan kepo, sangat tidak sopan melihat isi ponsel seseorang tanpa izin. Untungnya dia belum menyadari aku sedang chat dengan siapa.

INTERVIEW (END) - revisedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang