3. Malu? Iya banget!

60.5K 5.5K 390
                                    



Vote komennya ditunggu. Happy reading guys...

Sudah berjalan tiga minggu dari Job Fair yang terakhir aku ikuti, namun keberuntungan masih belum berpihak padaku. Sementara Lala sudah mendapat berita bagus tentang lamaran pekerjaannya. Ia baru saja diterima di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

Fix banget gue kalah! Ya Allah, sungguh malang nasib hambamu ini, kerja keras usahaku nanti malah cecunguk itu yang nikmati.

Eh tapi kan aku belum dapat panggilan interview lagi. Satu interview yang sempat kujalani kemarin sepertinya akan bernasib sama seperti yang sebelum-sebelumnya. Aku tak merasakan feeling yang bagus dari perusahaan itu.

Sebenarnya dua perusahaan, tapi perusahaan yang satu lagi langsung aku blacklist dalam daftarku. Orang mau lamar kerja kok malah dimintain duit?

Hampir saja aku tertipu oleh iming-iming yang ditawarkan oleh perusahaan fiktif itu. Mengaku-ngaku sebagai perusahaan outsorcing yang bergerak dalam bidang penyaluran karyawan, aku dijanjikan akan diusahakan diterima di perusahaan-perusahaan bonafit dengan posisi karyawan tetap, tapi dengan syarat : bayar biaya registrasi, bayar biaya pelatihan, bla bla bla, yang totalnya mencapai satu juta rupiah.

Helloooo? Situ waras!

Akhirnya aku pergi begitu saja meninggalkan ruangan interview waktu itu. Bodo amat mereka mau mencap aku tidak sopan atau tidak profesional, masih bagus tak kulaporkan mereka atas tuduhan penipuan.

*

Sore ini aku sibuk memakan potato chips favoritku sambil menonton kartun Larva yang meskipun absurb tapi lucu. Ponselku tiba-tiba berdering.

Nomor tak dikenal.

"Hallo."

"Ya, dengan saya sendiri."

"Oh, ya, ya. Oke. Iya, bisa. Kapan?"

"Oke. Saya pasti datang. Terima kasih."

Tut!

Aku berlonjak dari sofa berteriak kegirangan lalu menari-nari tak jelas sambil memegang selembar kertas yang berisi alamat perusahaan itu.

"Eh, kenapa gue girang banget gini ya. Kan baru dipanggil interview doang?" Hadeuh!

"Kamu nih ngapain sih joget-joget nggak jelas begitu?" Mama muncul dari belakang membawa sepirinh bakwan jagung yang masih panas.

"Whoaa! Bakwan jagung!" Mukaku sumringah seperti baru menemukan harta karun saat melihat camilan yang satu itu, yang juga merupakan salah satu favoritku.

Saat tanganku hendak mengambil bakwan itu, Mama malah menepuk dan menepisnya. "Maen comot aja! Jawab dulu tadi Mama nanya apa coba." kata Mama ketus lalu duduk dan meletakkan piring berisi bakwan itu di meja.

Aku mengerucutkan bibir sebal, "Tadi itu aku dapet panggilan interview, Ma."

"Halah, baru interview aja udah seneng gitu, kirain diterima kerja."

"Tapi ini beda, Ma. Bukan perusahaan ecek-ecek."

"Emang dimana?"

"Di Shall Indonesia."

"Perusahaan apaan itu kok Mama nggak pernah denger?"

"Yeuh, Mama kudet deh. Itu loh saingannya Pertamani, sekarang kan SPBUnya udah dimana-mana."

Mama hanya membulatkan mulutnya membentuk huruf O, demi kelancaran interview besok akupun meminta restu dari Mama berharap semuanya berjalan lancar dan aku berjodoh dengan perusahaan itu.

INTERVIEW (END) - revisedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang