19. Alamak, Salah Comot!

36.3K 3.4K 126
                                    



Don't forget vote commentnya, Masbro Mbases...

Pukul tujuh lewat lima menit aku tiba di mall seperti yang sudah diinstruksikan oleh si Kampret Raffa. Begitu tiba di lobby mall aku langsung memberi kabar pada pria itu bahwa aku sudah sampai di sana. Dasar cowok gratisan, ini namanya pemerasan. Mana masih ada dua kali traktiran lagi, aku pikir Senin besok sudah lepas dari janji ternyata dia jauh lebih pintar dariku. Licik emang lo, Raf!

Yang aku heran, Raffa itu kan anak marketing yang hampir setiap hari ke luar kantor, tapi dia selalu saja menyempatkan diri meluangkan waktu untuk menagih janji traktiran makan siang meskipun harus datang dengan napas ngos-ngosan. Segitunya banget sama makanan gratis. Malu sama tit** woi!

Raffa membalas pesanku dan berkata sedang berada di toko sepatu, aku disuruh menyusulnya di toko itu. Dan begonya aku mau saja menyusulnya. Kan ngebetein! Begitu aku melihatnya sedang memilih-milih sepatu sneakers, aku melihat diriku jadi seperti kacung yang mengikutinya kemana dia melangkah. Ah, begok mendingan gue duduk aja di sofa!

Baru aku tau ternyata ada ya cowok yang kalau belanja lamanya nyaingin cewek, aku sampai bosan menunggu Raffa memilih, mencoba, dan berputar-putar mengelilingi rak demi rak. Ketika mataku terasa sudah semakin berat, tiba-tiba ada yang mencolek bahuku dari belakang.

"Yuk!"

"Akhirnya setelah penantian panjang." Aku bangkit dan melihat dua paperbag besar di kedua tangannya. "Borong lo?"

"Yoi." jawabnya dengan gaya sombong.

Isshhh, gayanya nggak banget. Kayak OKB lu!

"Yuk, udah laper banget nih gue!"

"Salah lo sendiri belanja lama banget, kayak cewek aja." gerutuku berjalan di sebelahnya.

"Lo juga pake telat, daripada bosen ya gue liat-liat lah, ternyata ada yang gue taksir juga."

"Astaga! Gue cuma telat lima menit kali, ga signifikan. Tapi nih nungguin lo belanja aja udah makan waktu hampir satu jam." Aku menunjukkan jam di tanganku yang sudah berubah jarum ke angka tujuh lebih lima puluh menit.

"Hehe. Sorry, Beibih. Muka lo jelek banget kalo lagi marah gitu." Raffa mencoba merangkul bahuku sok manis.

"Jangan pegang-pegang! Nggak sudi gue."

"Nggak asik lo! Yuk ah!" katanya lalu berjalan dengan langkah kakinya yang panjang meninggalkanku yang tertatih-tatih mengejarnya. Udah nungguin sampe ngantuk-ngantuk malah ditinggal.

Bangke banget kan!

Akhirnya kami makan dengan kondisi perut yang sangat kelaparan dan membuat kantongku semakin menipis. Mau tak mau aku harus menggunakan kartu kredit kali ini secara Raffa memesan dua porsi, udon dan rice, sementara aku memesan udon dan beberapa macam tempura, jadi ya kalian tau lah berapa total bill yang harus kubayar. Huft!

"Udahan, kan? Gue mau langsung pulang aja abis ini." kataku setelah menghabiskan ocha dingin yang tersisa sedikit.

"Nonton dulu yuk."

Aku melihat jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat sepuluh menit.

"Nonton? Udah jam segini keleus, apalagi ini malam minggu pasti rame dan udah maen juga filmnya." jawabku meledek.

Eh, iya ini malam minggu ya? Ya ampun baru sadar gue, miris banget sih hidup gue harus menghabiskan malam minggu sama si Kampret satu ini.

Raffa menunjukkan layar ponselnya memperlihatkan transaksi pembelian tiket via aplikasi yang ternyata sudah dibelinya.

INTERVIEW (END) - revisedWhere stories live. Discover now