Part 21

96 9 0
                                    

Hidan masih terus mengikuti cahaya itu. Sejak datang ke tempat ini, dia sebenarnya memiliki sebuah misi. Namun, ia tak pernah mengungkapkan hal itu kepada siapapun.

"Berhenti!"
"Kau siapa?!" Terdengar suara seseorang, namun tak ada siapapun disana.

"Siapa disana?!" Sahut Hidan.
"Apa kau bisa menunjukkan arah ke kastil utama?!" tanyanya hati-hati.

"Tentu saja. Tapi, aku tidak bisa mempercayaimu begitu saja."

"Apa bukti ini cukup?" Hidan mengeluarkan sesuatu dari jubahnya. Karena gelap, entah benda seperti apa yang ditunjukkan Hidan kepada orang itu.

Sepasang mata berwarna merah mendadak mengeluarkan sinar. Akan tetapi sosoknya tetap saja tidak terlihat. "Oh, jadi kau utusan Lord Wilderion. Baiklah, aku akan menunjukkan jalannya. Tapi, jika kau menipu kami, kau dan teman-temanmu akan mati lebih cepat."

"Terserah"

"Baiklah, kau bisa mengikuti anak buahku. Dogh, bantu dia!"

"Baik, Tuan!"

Seekor hewan bulat berbulu muncul dihadapan Hidan. Bulunya berwarna abu-abu gelap dan putih. Matanya yang kecil menatap Hidan penuh selidik.

"Jika dia memberontak, berikan daging ini padanya," orang itu menghilang setelah melemparkan sebuah kantong kain yang bagian atasnya diikat dengan tali.

"Ikuti saya!"

Hidan hanya mengangguk. Tak banyak obrolan yang terjadi diantara mereka karena keduanya memasang sikap waspada. Saat keluar dari penjara bawah tanah pun, tetap terasa gelap di tempat ini. Tak semua obor dinyalakan dan banyak sekali ruangan dengan pintu tertutup. Serta selang lima pintu, pasti disamping terdapat lorong gelap yang entah akan menuju kemana.

Jujur saja, sebenarnya Hidan merasa ngeri berada di tempat ini. Hanya saja, jika dia berhasil menyelesaikan misinya. Bayarannya pun juga setimpal.

Untuk sekarang, itulah yang menjadi penguatnya. Agar ia bisa terus berjalan tanpa berpikir bahwa ia akan mati dengan cepat.

Setelah melalui tangga yang teramat sangat panjang, sekarang ia berdiri di depan sebuah pintu yang sangat besar. Di tengahnya terdapat ukiran berbentuk anjing berkepala tiga dengan mata merah menyala. Taring-taring yang sangat tajam terlihat cukup mengerikan disana. Jika ditatap cukup lama, ukiran berbentuk tiga dimensi itu seolah memiliki nyawa sehingga saat Hidan lengah, anjing itu bisa memakannya kapan saja.

"Jangan melihat matanya! Atau kau ingin diberi tanda seperti temanmu." Setelah berkata demikian, hewan berbulu itu melayang ke atas tepat di sekitar telinga anjing aneh itu. Ia seperti mengucapkan sesuatu, namun Hidan tak memahaminya.

Hidan kini mengerti, ternyata tanda aneh yang ada di pergelangan tangan Jimin itu adalah perbuatan anjing itu. Itu berarti Jimin pernah kesini sebelumnya dan sepertinya hewan itu menggigit tangannya. Tapi, anehnya, kenapa pemuda itu tak ingat sama sekali.

Pintu itu kini sudah terbuka, dan di dalamnya terdapat beberapa prajurit kerajaan yang menjaga pintu-pintu yang berjejer disana.

"Dogh, siapa temanmu itu? Aku tidak pernah melihatnya," Salah seorang VRÉ mendekati kami. Orang itu memainkan blowsth yang dibawanya seolah itu adalah pisau buah yang biasa ada di dapur manusia. Hidan bisa melihat wajah meremehkan milik orang itu yang tidak tertutup tudung jubah, seolah mengejeknya dan Dogh.

"Dia utusan Lord Wilderion, Tuan!" Ujar Dogh dingin.

"Tak perlu kaku seperti itu. Kakek sedang tidak disini. Sepertinya perjalanan kalian sia-sia." Orang yang dipanggil Tuan itu kini mengelus bulu Dogh, tapi sesekali mencabuti bulunya sehingga membuat hewan itu meringis.

Hey! Vrétikhan!Where stories live. Discover now