Part 22

90 10 0
                                    

Setelah insiden kecil itu usai, kini Hidan dan yang lain mengikuti Lord Wilderion. Entah cuma perasaan Hidan saja atau tempat ini memang membingungkan.

Ia ingin menolehkan kepala untuk mencari tahu tapi tidak bisa karena Agrius dan bawahannya berada tepat dibelakangnya.

'Bukankah tadi sudah lewat sini?' Ucap Hidan pada dirinya sendiri. Sepanjang perjalanan mereka semua hanya diam sehingga kadang hawa tidak mengenakkan di tempat ini semakin membuat tubuh Hidan menggigil.

Hidan yang masih asyik bergelut dengan pikirannya sendiri tak menyadari sedikitpun kalau Agrius memandanginya dengan tajam sejak beberapa saat yang lalu. Sebelumnya  Agrius memang terlihat ramah, tapi sekarang wajah dingin itu menatap Hidan dengan tatapan curiga.

Setelah perjalanan panjang dan memusingkan itu, akhirnya Lord Wilderion menghentikan langkahnya. Awalnya Hidan hanya berpikir, 'oh, ternyata sudah sampai.' Namun, pikiran itu langsung berubah ketika pandangannya kembali tertuju ke arah depan.

Disana hanya ada tembok. Tembok besar dan tinggi. Tapi di tempat ini Hidan juga merasakan hal yang ganjil. Jika dilihat, tembok berwarna kehitaman itu memang terlihat cukup tua. Mungkin saja memang bangunan ini sudah berdiri beberapa ratus tahun yang lalu sebelum Lord Wilderion ada.

Sebenarnya tempat ini tidak bisa disebut jalan masuk. Tidak ada celah sedikitpun disini. Apa mungkin ini akan seperti yang ada di film-film fiksi. Jika kita menekan salah satu batu bata atau lantai, maka kita akan menemukan pintu rahasia disana.

"Tutup mata kalian. Jangan ada yang berani membukanya sedikitpun!!" Ucapannya begitu tegas dan dingin, sehingga siapapun yang mendengarnya tidak akan berani membantah orang itu sedikitpun.

Drrrrkkk.....

Terdengar suara gemuruh dan getaran yang muncul secara bersamaan.

'Lantainya? Apa yang terjadi?!' Sepasang mata kelinci milik Hidan mengerjap berkali-kali. Lantai yang dipijaknya sejak tadi kini mulai terangkat. Dan tembok itu, perlahan-lahan mulai terlihat retakan disana. 'Apa orang ini akan menghancurkan istananya sendiri?' Begitu pikirnya.

Kraakk...kratakkk...

Blaaaarrrr....

Tembok itu meledak. Batu-bata yang semula berdiri kokoh meskipun tampak rapuh, kini sudah hancur berkeping-keping.

Melihat hal yang tidak wajar begitu banyak dalam sekali waktu membuat Hidan tidak bisa menutup matanya sedikitpun meski cuma sebentar. Kepalanya menoleh kesana kemari. Bahkan dia sempat melihat Agrius dan bawahannya yang masih setia menutup kedua matanya.

Mereka benar-benar menuruti perkataan orang ini. Perkataan yang memiliki maksud tersembunyi di dalamnya.

Hidan melihat Lord Wilderion masih mengucapkan beberapa kata yang tidak bisa ia pahami. Matanya yang terus menatap lurus memastikan apa yang terjadi kini beradu pandang dengan seekor anjing yang sedang meringkuk di depan sana.

Sejak kapan ada ruangan lain di tempat ini?

Ruangan gelap yang masih sama persis dengan istana ini. Lengkap dengan obor di sisi kanan dan kiri pintu masuk.

Pintu?

Sejak kapan ada pintu dibelakang kami? Dan lagi, ada tembok kokoh di sekelilingnya. Bukankah seharusnya tembok itu sudah hancur tadi?.

Hidan masih terus menolehkan kepalanya. Dia masih belum bisa percaya hal ini. Tempat aneh ini, kerajaan aneh ini, sihir, blowsth ataupun hal lainnya. Seharusnya Hidan tetap menahan rasa terkejutnya, mengingat ia hanya ke tempat ini untuk menjalankan misi. Tapi apa boleh buat, dia hanya manusia. Bukan makhluk aneh berhati dingin seperti mereka.

Hey! Vrétikhan!Where stories live. Discover now