Part 19

88 11 0
                                    

Ratusan atau bahkan ribuan VRÉ terlihat memenuhi langit. Tak berselang lama, dari kejauhan tempat Lucas dan yang lain berada terlihat ribuan VRÉ sedang menuju ke arah lain.

"Hei, apa-apaan ini? Mereka semua akan pergi kemana?" tanya Lucas. "Jangan pikirkan itu. Cepat masuk! Kita harus bersembunyi dari mereka kalau tidak ingin tertangkap," ucap Lucy tegas.

Mereka bergegas memasuki portal tersebut, dan anehnya tubuh mereka terasa seperti tersedot kedalamnya. Pandangan mereka mendadak berkunang-kunang dengan kepala yang berat sekali untuk di angkat. "Aaarrgghhhh... sakiittt". Sebuah erangan keluar dari mulut Tygra, tangan kanannya memegangi kepalanya yang berdenyut begitu kuat seolah ingin meledakkan kepalanya.

Segel yang ada di pergelangan tangannya kembali mengeluarkan sinar, namun kali ini sinarnya lebih terang dari sebelumnya. Suasana di portal itu memang cocok disebut jalur kematian karena disini hanya ada kegelapan dan kabut tipis yang jika dihirup terus-menerus akan membuat kepala semakin berdenyut.

Tak berlangsung lama, akhirnya mereka bisa keluar dari portal menyakitkan itu dan cahaya di pergelangan tangan Tygra juga berangsur-angsur lenyap. Mereka memandang sekeliling dimana mereka mendarat. Sebuah tempat gelap yang dipenuhi dengan raungan dan rintihan kesakitan dari kejauhan. Di kanan dan kirinya terdapat sel-sel penjara yang cukup sempit dan hanya bisa memuat satu-dua orang saja.

"Kita di tempat yang berbahaya. Tak kusangka kita akan sampai di penjara bawah tanah Dark Emperor," ujar Lucy was-was. Ia tak berani menyalakan cahaya dari ujung jari telunjuknya karena jika para penjaga tahu mereka penyusup, sudah pasti Lord Wilderion akan menghukum mereka semua termasuk Hidan dan Tygra yang tak tahu apapun.

"A..ir...a..ku..ha..us. Kumo..hon.. to..long.. a..ku.."

Sebuah rintihan terdengar cukup dekat dari mereka yang baru berjalan beberapa langkah. Tygra merasa seperti pernah mendengar suara ini, tapi entah dimana. "Hidan, apa kau mengenali suara barusan?"

"Haah? Entahlah, hyung, sepertinya aku belum pernah mendengarnya. Memangnya kenapa?"

"Aku merasa pernah mendengar suara ini. Sejak tadi aku mencoba mengingatnya namun tetap saja, aku tidak tahu itu suara siapa," jawabnya.

Tygra mencoba mencari asal suara tersebut. Ia meraba-raba dinding karena ruangan itu memang sangatlah gelap. Mereka tak tahu jika Tygra sudah tak ada di dekat mereka lagi. Lucas dan Lucy lebih memilih diam di tempat sampai ada seorang penjaga masuk dan menyalakan salah satu obor di pojokan sana.

Klang

Sebuah suara gesekan besi yang terjatuh disana, entah dekat atau jauh  mereka tak mengetahuinya.

"Lucy?" panggil Lucas, sejak tadi ia tak mendengar gadis itu berbicara. Ia merasa aneh dengan situasi saat ini, namun ia tak ingin memusingkannya lebih jauh lagi.

"Lucy?" Panggilnya sekali lagi. Ia sedikit panik.

"Lucy.. hei, jawab aku. Lucy?!". Suara Lucas sedikit meninggi karena sejak tadi ia tak mendapat jawaban. Lucas mulai menggerakkan kakinya dan meraba-raba sekitarnya. Meskipun ia hanya menggapai angin, tapi ia begitu penasaran karena suasana saat ini terlampau hening setelah suara besi terjatuh tadi.

"Lucy.."

"Lucy kau dimana?. LUCY! Jawab aku Lucy... LUCY~!!" Suara Lucas terus meninggi, ia merasa seorang diri sekarang.

Tep

Tangannya bertemu dengan tembok. Jalan buntu, sepertinya begitu. "HIDAN~... TYGRA~..." Lucas tak berhenti memanggil teman-temannya.

"Sebenarnya aku ada dimana? Harusnya ini penjara bawah tanah tempat para manusia yang hampir mati dikumpulkan, tapi kenapa ruangannya rumit sekali kalau gelap"

Hey! Vrétikhan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang