Chapter 3: Pertemuan

45 8 1
                                    

Tio berada di dalam mal. Suasana di dalam mal tampak sepi. Ia berdiri dan menyandarkan punggungnya di tembok. Ia membuka handphonenya sebentar, lalu kembali memasukkannya ke dalam saku celana.

“Tio!” panggil seorang perempuan dengan rambut se-dada dan berkacamata.

Perempuan itu ialah teman janjian Tio—Gatawati Naisha (18).

“Yo, Wati,” sapa Tio.

“Jangan ‘Wati’ kek manggilnya!” keluh Naisha.

Tio tertawa. “Baru datang?”

“Iya nih. Baru banget.”

“Iya udah. Ayo kita ke eventnya,” ajak Tio.

***

“Linda!” Alister menghampiri perempuan berambut jingga lurus panjang, matanya bundar, dan kulitnya sawo matang.

Perempuan itu dipeluk Alister dan ia membalasnya dengan mengusap kepala Alister.

“Yosh, yosh.” Perempuan itu tersenyum sembari memberi usapan lembut di kepala Alister—Olinda Neroli (19).

“Wah, kacau! Jendra … lihat tuh pacarmu diapain Alister,” celetuk Bagas, bermaksud mengompori.

“Kalau Alister biarin aja. Dia mana doyan cewek?” sahut seorang laki-laki tinggi dan berbadan besar—Rajendra Arsenio (19).

“Yeh, masih lah! Jangan ngawur!” ujar Alister, tidak terima.

“Jendraaaaa!” Linda memeluk Jendra dan memanjakan dirinya.

“Cih, kalau udah berdua jadi lupa daratan,” sindir Radler.

“Kita jadi nyamuk, nih,” kata Carlos.

“Iri aja kalian. Dasar jomblo,” ledek Jendra.

“Paling 2 bulan lagi putus,” celetuk Alister.

“Eeeh …! Alister kamu kok jahat sama Linda?” Linda memanyunkan bibirnya seolah-olah dia ngambek.

“Ohoho … nggak lah kalau buat Linda~” Alister mengusap kepala Linda, lalu melihat ke arah Jendra dan menyeringai.

“Kalau acu jadi camu … udah kupukulin dari tadi si jelek itu,” kata Carlos.

“Kok ane kesal, yak?!” Jendra pun geram karena tingkah Alister.

Fabian datang ke meja bundar tempat Alister dan kawan-kawan berkumpul. “Oi! Flashmobnya udah mulai. Ayo kita ke panggung!”

Bagas, Radler, Carlos, Jendra, dan Linda segera berlari ke arah panggung bersama Fabian. Sementara itu, Alister tetap tinggal di meja bundar menjaga tas dan barang teman-temannya.

Dasar pada cari aman! Mentang-mentang aku nggak bisa lari … pada langsung lari biar aku yang ketinggalan terus mau nggak mau harus jagain tas, gerutu Alister dalam hati.

“Yo, Alister!” Suara laki-laki terdengar memanggil Alister.

Alister menoleh dan mendapati Teddy berjalan menghampirinya bersama Rhizan.

“Oi, TT!” sapa balik Alister.

Alister memandang Rhizan, ia belum mengenal Rhizan dan baru kali ini mereka saling bertemu. Rhizan juga melihat ke arah Alister dan melempar senyum.

Dia pacarnya TT? Alister bertanya-tanya dalam hati.

“Yang lain pada kemana?” tanya Teddy.

“Biasa … kau dengar sendiri musik flashmob udah kedengaran.”

Teddy tertawa. “Kau sendiri diam disini aja. Nggak keliling?”

As If It's Your LastWhere stories live. Discover now