Chapter 1: Bantu aku memakai stocking, ya?

108 17 24
                                    

13 Mei 2018 ...

Rhizan berdiri di dalam kereta. Ia mengenakan masker dan melihat ke handphone-nya. Terdengar suara pemberitahuan tentang kereta yang sesaat lagi akan sampai di stasiun terdekat. Rhizan menaruh handphone di saku celananya dan bersiap-siap untuk turun. Stasiun yang akan tiba ialah stasiun yang dekat dengan mal dimana event jejepangan hari ini diadakan—Kampung Bandan. Kereta mulai berhenti perlahan lalu pintu kereta terbuka. Rhizan turun dan ia berjalan keluar stasiun, menuju Mal Utara Jakarta.

Alister tiba di parkiran Mal Utara Jakarta. Ia membonceng salah seorang sahabat karibnya. Ia memarkirkan motornya dan membuka helmnya.

“Lumayan lama juga ya perjalanan kita,” ujar teman Alister itu—Bramantio Damian Dirgantara (19).

“Yaa, emang jauh sih soalnya. Tio aku capek.” Alister bertingkah manja dan membuat Tio geli.

“Geli, bodoh!”

Alister merebahkan diri di lantai. “Santai dulu, gan.”

Tio geram dan tanpa pikir panjang ia menyeret kaki Alister masuk ke dalam mal. Alister kaget. Mereka berada di lantai 3 mal.

“E-eh?! Woy! Jangan diseret! Ampun! Ampuuuun!”

“Lagian banyak tingkah,” gerutu Tio.

Pengunjung mal yang lain hanya melihat tingkah laku mereka berdua, ada yang tertawa kecil. Mereka berdua berjalan ke arah eskalator turun.

“Heh! Udah! Ini mau turun gimana?!” Alister panik ia akan tetap diseret ketika menuruni eskalator.

“Aku lempar.”

“Kyaaah! Maafkan aku Tio-kun♥” ucap Alister sembari mengedipkan sebelah mata.

“GELI, BANGSAT!” Tio spontan menjitak kepala Alister.

“M-maaf …,” kata Alister tak berdaya.

Alister dan Tio pun turun ke lantai 1. Mereka segera keluar dari dalam mal menuju drop-off point—tempat event jejepangan diadakan. Acaranya cukup ramai. Terdapat sejumlah stand yang menjual merchandise bertema anime seperti pin, poster, gantungan kunci akrilik, kaos dan masih banyak lagi. Ada juga beberapa stand makanan dan minuman. Disediakan 4 meja bundar di tengah area event dan beberapa sudah diduduki pengunjung dari berbagai komunitas. Ada juga yang duduk di pinggir drop-off point dan memasang banner komunitas masing-masing.

“Ini baru kita berdua doang yang datang?” tanya Tio.

“Banyak orang sih … matamu picek, ya?” sahut Alister polos.

“Bukan begitu maksudnya, kadal! Duh aku gemas rasanya jadi pengen tampol bolak-balik.” Bramantio tersenyum dan mengepalkan tangannya.

“Ehehehehe~ Yaa nggak tau tunggu aja. Kita bisa habiskan waktu berdua dulu♥”

Lagi-lagi Tio menjitak kepala Alister. “Ngomong lagi kau, sialan!”

“M-maaf …,” ucap Alister yang terkapar.

“Alister!” Tiba-tiba terdengar suara perempuan memanggil Alister.

Alister menoleh dan mendapati seorang perempuan melambaikan tangan padanya. Perempuan itu berambut hitam lurus panjang, ia mengenakan softlens hijau, memakai kaos belang putih hitam dan celana jeans biru, dengan sepatu putih di kakinya dan tas putih kecil di punggungnya. Tangan kirinya tampak membawa plastik yang isinya kostum.

“Wah, Senpaaaai!” sahut Alister yang sontak berlari menghampiri perempuan itu—Vania Zerlinda (20).

Alister merenggangkan kedua tangannya dan memeluk Vania dengan erat. Tio menatapnya geram.

As If It's Your LastDove le storie prendono vita. Scoprilo ora