SATU: Liburan

369 29 7
                                    

Hai, hai, hai, selamat datang! Sebelum membaca aku mau memberi tahu kalau cerita ini adalah cerita pertama yang kutulis saat aku duduk di bangku kelas satu MA (sederajat dengan SMA).

Terima kasih banyak untuk pembaca yang sudah mau mampir dan berbesar hati memberi dukungan. Untuk gaya kepenulisan dan ejaan yang dulu kugunakan silakan ditertawakan hehe. Mohon maaf untuk segala typo dan maaf jika alurnya sedikit aneh. Mau aku edit sayang, bagaimanapun cerita ini adalah kenangan. Terakhir, semoga bisa sedikit menghibur yaa. :D

Happy reading ^^

Best regards, puputpelangi 💜

01 | THIS HOLIDAY

*

Kembali. Seminggu ini, aku di rumah menjalani liburan yang membosankan. Hanya ada kekakuan. Sama seperti liburan tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada kegiatan yang menyenangkan. Hanya nonton TV, baca novel, bantu Bi Imah bersih-bersih rumah, berkebun, masak-masak, main catur sama Pak Jono, nulis-nulis gak jelas atau seperti sekarang, main ponsel.

Ketik. Hapus. Ketik. Hapus. Ketik. Hapus. Ketik lagi.... Dan akhirnya hapus...

Membosankan. Aku bosan pada diriku sendiri. Kenapa sih aku tidak pernah benar-benar punya keberanian untuk mengirim pesan padanya. Orang yang sudah dua tahun ini mengganggu hati dan pikiranku. Orang yang namanya berada di urutan teratas daftar kontakku. Orang yang diam-diam fotonya kujadikan wallpaper ponselku.

Dan orang yang... sangat sulit dilupakan.

Irfan... aku bisa gila jika terus memikirkanmu. Kumohon, sehari saja keluar dari kepalaku. Aku pasti akan sangat bersyukur jika itu terjadi. Sehari saja, jangan menghantuiku dengan wajah tampanmu!

Kuacak rambutku. Kali ini kuberanikan diri mengetik pesan untuknya. Send... detik berikutnya PESAN GAGAL TERKIRIM! What??? Kali ini aku benar-benar merasa bodoh. Kucek jumlah pulsaku. Seketika mataku terbelalak. Detik berikutnya hanya nama Gressha yang kuteriakkan dari mulutku.

"Maaf, Kak! Semalam waktu Kakak tidur ponsel Kakak kupinjam," sahutnya dari luar memahami alasanku berteriak.

Sudah kuduga. Pasti Gressha yang menghabiskan pulsaku. Karena memang selama ini tidak ada seorang pun yang berani menggunakan barangku tanpa izin. Termasuk kakakku, Larissa. Dia sangat menghormati privasiku. Berbeda dengan Gressha, adikku yang lebih muda satu tahun dariku itu senag sekali mengutak-atik barangku tanpa sepengetahuanku. Terlebih aku tidak memasang sandi pengaman di ponsel. Dia pasti menggunakan ponselku semalaman untuk menelepon pacarnya. Seperti biasa, pulsanya pasti habis dan dia lupa membelinya. Ah, dasar Gressha.

*

"Kak, semalem pacar Kakak nelpon. Berhubung aku lagi telpon-telponan sama Amiq. Panggilanya gak kujawab deh...," kata Gressha padaku saat makan siang.

"Pacar... kamu punya pacar, Ris? Kok nggak pernah kasih tahu Kakak," protes Kak Larissa.

"Ituloh, Kak. Cowok yang fotonya dijadiin wallpaper di ponselnya," sahut Gressha dengan mulut penuh makanan.

"Ih... apaan sih. Gressha bohong Kak. Aku nggak pacaran kok sama dia," protesku.

"Alah... nanti juga pacaran kan," Gressha menyahut cepat.

Semoga saja, gumamku dalam hati. "Eh, tapi bener Gres, semalem Irfan nelpon?" tanyaku tak percaya.

"Cek aja di daftar panggilan tak terjawab," jawabnya enteng.

With Luv (Selesai)Where stories live. Discover now