"Kenapa sih Vind? Aku terlalu lebay ya dandanannya? Atau aku salah kostum? Aku ganti deh bentar ya...." saat Feli akan beranjak, Arvind dengan cepat mencekal tangan Feli dan tersenyum kepadanya.

"Enggak, kamu gak salah kostum kok. Kamu cantik... aku suka..." ucap Arvind yang membuat pipi Feli bersemu.

"Serius?" Tanya Feli malu-malu.

"Heem... beneran, sini deh aku buktiin." Arvind kemudian menarik Feli ke depan cermin dengan Feli berada di depannya.

"Tuh lihat, cantik kan istri Arvind?" Tunjuk Arvind kepada Feli.

Feli tersenyum malu karena dipuji dengan sebutan 'istri Arvind'. Sedangkan Arvind, ia malah melingkarkan tangannya ke perut Feli untuk memeluknya dari belakang. Lalu Arvind juga meletakkan dagunya ke bahu Feli.

Feli sempat kaget karena Arvind memeluknya dalam posisi seperti itu. Jujur jantung Feli berasa mau copot saat Arvind sekarang menatapnya dari dekat. Mungkin jarak mereka hanya satu jengkal oh atau tidak ada setengah jengkalan tangan? Ah Feli tidak tahu, yang pasti dia ingin teriak karena detak jantungnya berdegup terlalu kencang.

"Berangkat agak telat aja ya? Aku pengen peluk kamu kaya gini dulu." Ucap Arvind yang tak sadar malah menciumi bahu Feli. Entah dorongan dari mana dia bisa seperti itu, tapi ia sangat suka parfum yang saat ini Feli kenakan. Sungguh itu membuat dirinya gila.

"Em... iy-ya..." Feli makin bingung harus berbuat apa karena Arvind seperti itu.

"Fel, kamu pake parfum apa? Baunya enak... besok jangan ganti-ganti parfum ya..." Arvind menatap Feli sejenak lalu kembali menatap pantulan mereka di cermin.

"Par-fum i-tu..." Feli menjadi gugup karena Arvind.

Arvind terkekeh melihat Feli yang menjadi gugup saat ia peluk seperti itu. Lucu, batin Arvind yang gemas melihat pipi merona Feli saat ini.

"Kamu kenapa? Sakit? Kok pipinya merah?" Goda Arvind sembari melepaskan pelukannya lalu membalik badan Feli agar menatap kearahnya.

"Ha?" Feli mengerjap dan bingung harus menjawab apa. Ia malah merasa jika pipinya makin memanas karena Arvind menanyakan tentang pipinya yang merah.

Feli tahu pasti Arvind sedang menggodanya, itu sebabnya ia makin memerah dan berusaha mengalihkan tatapannya dari Arvind. Namun, saat Feli hendak mengalihkan tatapannya, Arvind menahan dagu Feli dan memintanya untuk tetap menatap Arvind.

Feli yang tak bisa apa-apa pun akhirya pasrah. Dia menggigit bibir bawahnya pelan sambil menunggu apa yang akan Arvind katakan kepadanya.

"Kenapa digigit?" Tanya Arvind sambil perlahan menarik dagu Feli mendekat. Bersamaan dengan itu, pandangan Arvind menjadi terpusat pada bibir ranum Feli dan perlahan wajahnya mendekat ke wajah Feli.

Oh my god! Gue harus apa sekarang?! Batin Feli berteriak.

Semakin lama wajah mereka semakin dekat, hingga bibir mereka saling menempel satu sama lain.

Oksigen please!!!!! Lagi-lagi Feli hanya bisa berteriak dalam hati.

Arvind mulai memejamkan matanya sambil mulai merasakan sensasi aneh yang tiba-tiba membuat tubuhnya meremang.

 Perjodohan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang