Dua Puluh Enam

73.4K 2.4K 15
                                    

Feli yang sedari tadi menahan diri untuk tetap tegar di hadapan Arvind pun akhirnya ia tak kuasa menahan tangisnya. Ia menurunkan tangannya yang masih meletakan handuk basah itu di pipi Arvind. Selain itu, Feli juga melepaskan bekapan tangannya sendiri lalu memalingkan mukanya dari Arvind.

Denga cepat Arvind menarik lengan Feli agar tetap mengobati lukanya.

"Aku mohon jangan pergi, Kamu boleh marah sama Aku tapi please jangan pergi." Ucap Arvind sembari memegangi tangan Feli agar tidak pergi.

Feli tidak sanggup merespon ucapan Arvind lagi karena dirinya sudah terlanjur sakit hati dengan fakta-fakta tentang perjodohan mereka. Sedangkan Arvind, ia tak akan pernah melepaskan Feli. Ia sudah berjaji hidup bersama dengan Feli selamanya dan Ia bukanlah tipe orang yang mudah menyerah jika dia ada masalah.

"Vind, aku harus pergi." Ucap Feli segukan.

"Enggak! Enggak boleh! Pokoknya kamu gak boleh pergi! Pukul aku aja sampai kamu puas tapi jangan pergi." Arvind makin erat memegangi tangan Feli. Hal itu membuat Feli makin sengsara.

"Aku lebih rela kamu pukulin aku kata-katain aku daripada kamu pergi. Please Feli aku bener-bener minta maaf... aku enggak pernah kepikiran untuk main-main dengan pernikahan ini... mungkin emang karena aku waktu itu lagi kecewa sama seseorang sampai-sampai asal iyain apa yang orang tua aku minta, tapi beneran Fel aku enggak pernah main-main setelah ucapin janji dipernikahan kita."

"Tapi kenapa baru sekarang kamu bilang ke aku?" Tanya Feli.

"Karena itu enggak penting Fel... masa lalu itu enggak penting! Yang penting sekarang aku itu sama kamu bukan sama yang lain... dan aku janji bakal terus sama kamu." Ucap Arvind sembari merubah posisinya jadi duduk dan menatap Feli lekat.

"Gausah janji kalau besok enggak bisa kamu tepatin." Kata Feli ketus.

"Terserah kamu mau percaya sama aku atau enggak yang pasti aku berjanji dengan diri aku sendiri dengan Tuhan." Kata Arvind serius.

Mendengar hal itu, Feli langsung mematung. Dan entah mengapa pernyataan Arvind dapat menenangkan hatinya seketika.

Setelah mengucapkan kalimat itu, Arvind kemudian melepaskan cekalannya dan membiarkan Feli pergi.

"Kamu enggak perlu pergi, biar aku aja yang pergi." Arvind pun segera bangkit dan bergegas meninggalkan Feli. Sedangkan Feli, ia hanya bisa diam melihat Arvind yang bergegas pergi. Ingin sekali ia menarik Arvind agar tetap berada di sampingnya, namun nyatanya ego lebih menguasai dirinya.

Arvind keluar dari kamar mereka, kemudian menutup pintu secara perlahan tanpa menatap Feli lagi. Beberapa saat setelah pintu tertutup, Feli kembali menangis gara-gara masalah yang sama yaitu karena Arvind.

○○○

Keesokan harinya, Feli menuruni anak tangga dengan mengenakan seragam sekolahnya. Sebenarnya ia ingin bolos sekolah saja, mengingat matanya masih agak sembab karena ia menangis semalaman. Namun, berhubung ia sudah kelas 12, ia harus berpikir dua kali jika ingin membolos. Apalagi hari ini adalah hari pengumuman seleksi SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) yang sangat ia tunggu sejak sebulan kemarin.

"Pagi, Fel!" Sapa Mama Arvind yang duduk di sofa sambil mengompres kening Arvind yang masih tertidur di pangkuannya.

Hati Feli langsung bergetar saat melihat kondisi Arvind yang sepertinya lebih parah dari yang terakhir ia lihat. Feli pun memberanikan diri untuk mendekat ke Mama mertuanya dan suaminya itu.

"Pagi Ma!" Jawab Feli dengan senyumannya.

"Sarapan gih, makanannya udah siap di meja makan." Katanya.

 Perjodohan Where stories live. Discover now