Empat

117K 3.9K 15
                                    

Setelah lari dari Arvind yang hobi banget membuatnya kesal, Feli merebahkan tubuhnya ke atas ranjang berukuran king size milik Arvind.

Kemudian ia membuka ponselnya yang belum ia pegang sejak pagi.

Dia lagi,

Batin Feli saat menemukan pesan berantai dari orang yang sama yaitu, orang yang selalu mengganggunya setiap saat, seperti Arvind.

Kemudian Feli membuka dan membaca pesan tersebut.

Tuh kan curcol isinya, batin Feli dalam hati.

Feli memutar bola matanya malas dan mulai mengetikkan balasan ke orang dengan nomor yang sempat ia namai 'jangan dibalas' itu.

Baru saja ia menekan tombol biru dengan logo pesawat kertas di atas keyboard-nya, pesan yang ia kirim langsung bertanda dua centang biru. Itu artinya pesan sudah sampai dan sudah dibaca sang penerima.

Tak berniat untuk menunggu jawaban dari orang itu, Feli malah mendapatkan panggilan video dari nomor yang sama.

Walaupun Feli merasa sangat malas menjawab, ia tetap menggeser tombol hijau hingga munculah wajah cowok tampan di layar ponselnya.

"Akhirnya Lo on... seneng gue." Ucap penelpon itu sambil tersenyum senang.

"Kenapa?" Tanya Feli sambil berguling mencari posisi yang nyaman.

"Kangen Gue ama Lu. Gue pengen main ke rumah Lo sekarang boleh ya." Ucap cowok itu yang terlihat langsung bangun dari posisinya dan bergerak kesuatu tempat.

Mata Feli membelalak kaget karena ia sekarang sedang tidak berada dirumahnya. Ia juga tidak bisa bilang jika ia sekarang tinggal di rumah Arvind karena cowok di ponselnya itu tidak tahu jika ia sudah menikah.

"Eh jangan! Gue lagi gak dirumah nih!" Teriak Feli reflek.

"Lah itu Lo kayak lagi di kamar. Kalau itu bukan kamar Lo, terus tempat apa? " Tanya cowok itu yang tampak memperhatikan layarnya.

"Anu- kamar abang Gue." Ucap Feli berbohong.

"Lo anak pertama Feli! Dan Lo enggak punya abang!" Ucap cowok itu dari balik ponselnya.

"Punya! Sepupu gue! Gue lagi di rumah sepupu Gue!" Feli makin berbohong kepada cowok itu.

"Perasaan Lo enggak pernah deket sama sepupu Lo deh Fel apalagi cowok. Come on Feli jangan bohong deh! Gue tau Lo bohong!"

Feli menggigit bibir bawahnya karena tertangkap basah sedang berbohong.

"Alah apa sih Ga, lagian nih ya Lo ngapain mau nyamperin Gue? Kurang kerjaan banget kayaknya." Feli berusaha mengalihkan pembicaraannya.

"Yakan udah beberapa hari ini Gue enggak ketemu Lo, dan Lo tau sendiri kan hubungan Gue sama Adira makin semrawut enggak jelas." Feli melihat muka frustasi cowok itu di layar HP-nya.

"Emang belum selesai masalah Lo? Kok Lo kasihan baget sih." Ejek Feli sekalian menghibur cowok itu.

"Anjir...tapi emang ngenes sih nasib Gue."

"Ya sudah selesaiin dulu baru deh Lo boleh ketemu sama Gue! Gue enggak mau ya dianggap pelakor!"

"Tapi gue butuh bantuan Lo Fel! Batuin kek! Lo sahabat Gue bukan?!"

"Bukan"

"Jahat Lo"

"Bodo"

"Gue main kerumah Lo ya! Please Gue butuh hiburan ini!" Rengek cowok itu kepada Feli.

"Enggak boleh! Selesaiin dulu masalah Lo baru ke Gue!"

"Fel... ayolah..." cowok itu tampak memohon seperti anak kecil yang minta dibelikan mainan.

"No!!"

"Fel..."

"Big No!"

"Fel..."

"Enggak Gaga!" Setelah Feli mengatakan itu ia baru tersadar jika yang terakhir memanggilnya itu suaranya bukan berasal dari ponselnya, melainkan dari seseorang yang sekarang berdiri di ambang pintu dengan tatapan tajamnya yang ia tujukan langsung kepada Feli.

Feli yang sadar aka kehadiran Arvind pun langsung buru-buru mematikan panggilannya dengan Gaga dan membuang asal HP-nya ke kasur.

"Eh Arvind? Sejak kapan Lo ada disitu?" Tanya Feli gugup dan mulai bangkit dari tidurnya.

"Sejak tadi!" Arvind masih saja menatap Feli dengan mata elangnya.

Feli menelan ludahnya susah payah, dan ia tak tahu harus berbuat apa lagi setelah ini.

"Habis video call-an sama Gaga lagi?" Tanya Arvind dengan nada dinginnya.

Feli menunduk lalu menggeleng tapi ia juga mengangguk. Ia sangat bingung harus bagaimana.

"Gaga siapa Lo sih? Pacar? Kenapa tiap hari telpon Lo?!" Kali ini Arvind terkesan tidak suka jika si Gaga itu selalu menelpon Feli.

"Apa sih jangan kepo deh Lo!" Lalu Feli berusaha kabur dari hadapan Arvind. Namun, sayangnya tangan Arvind mencekal tangannya terlebih dahulu, hingga membuatnya tak bisa kemana-mana.

"Pacar Lo ya? Ngaku aja deh!" Feli benar-benar sebal dengan sifat Arvind yang satu ini. Karena sekali ia tidak puas dengan jawaban orang yang ia tanyai, Arvind akan menanyakan hal tersebut berkali-kali hingga si orang yang diajak ngomong kalah.

"Bukan! Dia teman Gue! Sahabat Gue." Jawab Feli sedikit kesal karena tangannya tak dilepaskan oleh Arvind.

"Sahabat?! Mana ada cewek sama cowok sahabatan! Yang ada itu salah satu pasti suka sahabatnya sendiri atau dua-duanya sama-sama suka!" Arvind masih enggan untuk melepaskan tangan Feli karena entah kenapa ia sangat ingin marah-marah saat meliat Feli dengan cowok lain.

"Terserah deh ya Vind! Gue udah bilang dia sahabat Gue Lo malah gak percaya! Udah ah lepasin!" Feli berusaha melespaskan diri dari Arvind walaupun aslinya berakhir sia-sia.

"Pokoknya mulai sekarang jauhin dia!" Putus Arvind kemudian.

"Kenapa Lo jadi ngelarang Gue sih?! Gue aja enggak ngelarang Lo punya sahabat cewek kok!" Feli memberontak kepada Arvind namun, Arvind tetap saja tak mau melepaskan Feli.

"Gue enggak mau tau! Pokoknya mulai besok Lo jauh-jauh dari si Gaga Gaga itu! Baik di rumah maupun di sekolah!"

"Kok Lo egois?!"

"Iya Gue memang egois! Inget omongan Gue yang ini! Atau Gue bakal buat Lo menyesal kalau Lo masih dekat sama dia!" Lalu Arvind melepaskan tangannya dari Feli dengan kasar dan memilih pergi dari sana sekarang juga.

Dalam hati ia tak tega melihat Feli yang sedih harus meninggalkan seseorang yang kata Feli itu sahabatnya. Walaupun begitu, perasaan kesal dan tak rela apa yang ia miliki diambil orang lain lebih mendominasi sehingga, ia harus menyuruh Feli menjauh dari laki-laki itu.

Ah sudah lah, pikir Arvind.

Saat ini perasaannya sedang tidak stabil. Ia pun memilih untuk duduk di sofa balkon belakang rumah sembari menengkan hati dan pikirannya.

😁😁

Semoga suka
Happy reading

Vote dan comment jangan lupa ya

Revisi : 18/09/2020

 Perjodohan Where stories live. Discover now