Dua Puluh Lima

73.8K 2.6K 143
                                    

Saat Arvind sampai di rumahnya, ia memarkirkan motornya di depan pintu garasi. Lalu masuk ke dalam rumahnya sembari meringis merasakan luka di wajahnya.

Ia membuka pintu rumah, lalu masuk. Namun, saat ia baru saja masuk ke dalam rumah, ia melihat Feli berdiri tepat di hadapannya dengan mengenakan setelan baju tidur berwarna pinknya.

"Feli?" Arvind terkejut karena ia kira Feli hari ini akan menginap di rumah orang tuanya lagi, ternyata dugaannya itu salah. Nyatanya Feli sekarang ada di hadapannya dan menatapanya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Em.. Vind aku mau tanya sesuatu sama kamu..." Kata Feli pelan.

Apalagi ini Ya Allah, batin Arvind yang tak siap dengan apa yang akan ditanyakan oleh Feli.

"Mau nanya apa?" Arvind menatap Feli lekat.

Dan Feli tampak menghembuskan napas panjangnya sebelum ia berkata, "Apa alasan kamu terima perjodohan kita dulu?"

Pertanyaan yang sama dengan Gaga tadi, pikir Arvind sebelum menjawab.

"Aku tahu pasti Arlo udah ceritain semua masa lalu aku ke kamu kan? Semuanya bener kok... apapun yang ada di pikiran kamu bener..." jawab Arvind pasrah.

Feli sedikit tercekat saat mendengar penuturan Arvind. Dan dia kembali bertanya kepada Avind, " Jadi bener kamu terima perjodohan kita karena buat pelampiasan dari Anya?" Sangat sulit bagi Feli untuk menanyakan itu karena dirinya tak siap jika Arvind akan menjawab dengan jawaban yang tak ingin ia dengar.

Arvind menghela napasnya. Kemudian ia menatap Feli dengan tatapan pasrah dan sudah tak berani membantah lagi.

"Iya." Jawabnya singkat namun membuat hati Feli bergejolak hebat.

"Terus semua ini cuma sandiwara kamu doang?" Tanya Feli sembari menahan air matanya agar tak keluar.

"I-ya... awalnya gitu...." Arvind mulai tak tega melihat Feli yang sudah berkaca-kaca sepeti itu.

"Sekarang?" Feli bertanya sekali lagi.

"Fel... aku rasa udah cukup deh bahas soal ini..." Sungguh Arvind tak tega melihat Feli menangis.

"Oh oke.." bagi Feli jawaban Arvind yang barusan merupakan jawaban yang paling menyakitkan. Karena Arvind seperti tidak membantah apa yang ia pikirkan, dan itu artinya Arvind mengiyakan apa yang dia pikirkan saat ini.

"Sorry aku ganggu waktu kamu..." dengan cepat Feli berbalik badan dan pergi menjauh dari Arvind.

"Feli..." panggil Arvind yang hendak mengejar, tetapi ia tak mau jika kehadirannya makin membuat Feli sedih.

Arvind pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya terlebih dahulu, dan membiarkan Feli sendiri dahulu.

Sedangkan Feli, dia pergi ke taman belakang rumah Arvind. Ia duduk di sebuah sofa dan menangis sejadi-jadinya.

Feli tak menyangka jika kenyataan begitu pahit seperti ini. Ia bahkan tidak pernah sedikit pun curiga kepada Arvind saat Arvind mau menerima perjodohan konyol itu.

Semuanya memang tidak ada yang benar! Kenapa ia harus menjalani hidup seperti disebuah film dimana ia menyesal mau dijodohkan dengan cowok bernama Arvind? Kenapa dulu ia tidak tetap bersikukuh menolak perjodohan itu?

Lo pikir aja deh Fel! Mana ada cowok yang tulus mau dijodohin sama cewek kalau bukan karena sesuatu! Lo bodoh! Lo sangat bodoh Feli! Feli meneriaki dirinya sendiri dalam hati.

 Perjodohan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang