16

1.5K 229 24
                                    


"Sohyun!"

"Apa sih, Kak! Tolong jangan ganggu aku lagi!!"

Sohyun menampik mentah-mentah tangan Hanbin yang mencekalnya. Ia tak tahan, ia terlalu muak untuk menangis di depan Hanbin kali ini. Bukankah Sohyun terlihat lemah? Jika ia muncul berlumur air mata begitu, maka hanya akan menimbulkan keibaan saja.

Sohyun lelah dipandang sebagai sosok 'adik' yang selalu menggunakan pundak sang 'kakak' ketika ia merengek. Bahkan Sohyun sendiri benci untuk memanggil Hanbin dengan embel-embel 'kakak'.

"Maaf untuk kejadian malam itu, tapi aku serius Sohyun.. aku.."

"Sudahlah, Kak! Sebaiknya Kakak meminta maaf ke Kak Jihyo, bukan padaku. Kakak udah ngelukain hatinya, dan lihat! Sekarang siapa yang kena? Mereka semua menudingku yang tidak-tidak!"

"Kakak luruskan dulu masalah Kakak dengan Kak Jihyo, setelah itu, baru Kakak temui aku! Aku butuh waktu buat sendiri. Maaf.."

Sohyun berlari, sampai batang hidungnya tidak kelihatan lagi. Hanbin menatapnya nanar, mengapa ia yang ikut merasa sakit? Tidak sepantasnya Sohyun mendapat semua celaan itu.

Satu kalimat Sohyun yang berhasil membuat Hanbin tertohok, "sekarang siapa yang kena? Mereka menudingku yang tidak-tidak."

Artinya, Sohyun yang menanggung semua kesalahan Hanbin, gadis itu tak sanggup. Gadis itu berhati terlampau lembut hingga sangat rentan untuk tersakiti. Lelaki macam apa kau Kim Hanbin? Kau mengorbankan Sohyun hanya demi egomu? Kau rusak hubungan persahabatan kalian hanya karena gengsi?

Keterlaluan kalau sampai kau tidak menyadari betapa piciknya tingkahmu sejauh ini!

***

Sohyun mencegat bis kota. Kali ini, tidak ada yang mengantarnya pulang seperti biasanya. Ya, tidak ada seorang pun.

Sejak berita itu menyebar, Sohyun jarang bertemu dengan dosennya. Dosen yang ikut terlibat, terombang-ambing bersama berita burung. Berita palsu, tuduhan tidak benar. Kemana tanggung jaeab lelaki itu? Disaat Sohyun membutuhkannya untuk memperjelas segala yang pernah terjadi, namun harapan yang pernah muncul sekelebat dalam angannya itu harus kandas. Taehyung pasti tak akan pernah menemuinya lagi.

Taehyung mungkin menjaga harga dirinya. Berbeda dengan Sohyun. Gadis itu tak punya kedudukan apapun. Dia anak biasa, miskin, terancam dicabut beasiswanya. Bukan juga gadis terpandang yang sering dielu-elukan oleh temannya. Dia terasingkan, hidup di Seoul nyatanya memang tidak mudah. Berharap punya masa depan baik, tetapi sulit untuk diperjuangkan. Pasti banyak halangan dan rintangan yang harus ia lalui, pasti. Tetapi, Sohyun saat ini merasa ada di titik terberatnya.

Ia menghela napas.

Bis yang ia tunggu tiba juga. Segera ia menggunakan kartunya untuk menumpangi bis tersebut. Tujuannya kali ini bukan untuk pulang. Dia hendak pergi ke suatu tempat, dimana tak ada seorang pun yang dapat mengusik proses penenangan dirinya.

Sohyun menyandarkan kepalanya pada tempat duduk. Menatap jalanan Kota Seoul yang ramai, serta langit sore itu yang tampak cerah. Mengapa langit begitu bersahabat ketika mood-nya sedang tidak bagus?

Sret.

Sohyun agak terhenyak ketika seseorang menempati kursi kosong di sebelahnya.

"Boleh aku duduk disini, Nona?"

Sohyun menganggukkan kepalanya ragu.

You Are The Reason ✔Where stories live. Discover now