Extra Part - Lisa's Pregnant

Start from the beginning
                                    

"Habis ini tidur ya?" Ucap Saga dari puncak kepala Lisa.

"Hmmm," gumam Lisa dan berkonsentrasi pada filmnya. Sementara Saga berusaha tetap membuka mata diantara rasa kantuknya. Hari ini load kerjaannya lebih banyak dari biasanya, dan, yang diinginkan Saga hanya tidur. Tapi istrinya sulit diajak kerja sama kali ini.

"Kamu udah ngantuk? Tidur aja, aku nggak apa-apa sendirian," Lisa mendongak dan mendapati mata Saga hampir tertutup sepenuhnya.

"It's okay. Saya temani kamu," Saga mengecup singkat bibir Lisa. Wanita itu tersenyum dan mengembalikan pandangan ke layar tv.

"Ga," Lisa kembali bersuara.

"Ada apa sayang?" Saga merasa kantuknya hilang seketika. Jika Lisa memanggilnya dengan nada seperti ini hanya ada dua kemungkinan. Lisa kesakitan, atau, Lisa menginginkan sesuatu.

"Aku..." Lisa ragu melanjutkan kalimatnya.

"Katakan saja Lisa. Ada apa? Kamu mau sesuatu?" Tangan Saga bergerak mengusap lembut perut Lisa. Tidak biasanya Lisa seperti takut meminta pada Saga. Selama kehamilannya, Saga selalu menuruti permintaan Lisa tanpa merasa repot sedikit pun. Selama ini pula, permintaannya tidak pernah ada yang aneh atau sulit dipenuhi Saga.

"Aku mau teh," bisik Lisa pelan. Saga tersenyum singkat. Cuma teh. Terlalu gampang.

"Kamu nggak perlu takut mengatakan kalo kamu mau teh. Saya buatkan ya?" Saga akan beranjak dari duduknya, sampai Lisa menahan tangannya.

"Kenapa sayang?" Tanya Saga heran.

"Aku mau teh yang di warung-warung itu. Yang pakai kemasan botol kaca," Lisa mengigit bibirnya, menunggu reaksi Saga yang mematung sesaat. Pria itu melirik jam dinding di atas tv. Pukul dua belas. Oke, tidak akan sulit kan, mencari teh dalam kemasan botol kaca itu, kan?

"Itu saja? Ada yang lain?" Tukas Saga dan tersenyum. Lisa ikut tersenyum dan menggeleng dengan cepat. "Tunggu ya, saya cari untuk kamu. Begitu saya keluar, langsung kunci pintunya," Saga beranjak mencari kunci mobil dan berjalan ke pintu depan diikut Lisa yang merasa senang.

"Hati-hati, jangan ngebut Ayah," Lisa memeluk Saga erat. Dia bisa merasakan ciuman Saga di keningnya.

"Saya pergi sayang," Saga mengecup sekali lagi kening Lisa dan melajukan mobilnya ke jalanan. Lisa baru menutup pintu ketika mobil telah hilang dari pandangannya. Dia masuk kembali dan mengunci pintu. Ikut merasa heran, kenapa dia menginginkan sekali teh tersebut secara tiba-tiba. Dipandanginya suasana rumah yang baru ditempatinya beberapa bulan terakhir. Hening seketika setelah Saga pergi.

"Semoga Saga cepat pulang," harap wanita itu dan kembali ke ruang tv.
***
Butuh waktu dua jam bagi Saga menemukan teh botol tersebut setelah mengabsen satu per satu toko atau pun minimarket yang masih buka di tengah malam. Pencariannya berakhir pada kios kecil alias 7-11 dengan kearifan lokal yang menjual apa yang dimaksud Lisa. Setelah mengirimkan foto dan mendapatkan approval Lisa, transaksi segera dilakukan secepat mungkin. Dia tidak ingin meninggalkan Lisa sendirian terlalu lama, pikiran buruk terus berputar di kepalanya, hingga Saga tidak tenang.

"Ayah lama banget," seru Lisa dengan nada manja saat membukakan pintu. Saga tersenyum mencoba bersabar. Seharusnya istrinya mengerti jika ini bukanlah jam yang tepat mencari teh botol itu.

"Susah carinya sayang. Ayo masuk, nggak baik kamu diluar malam-malam," Saga menarik pelan tangan Lisa dan menuntunnya ke dapur setelah mengunci pintu. Dia mengeluarkan sebotol teh, dan membuka tutupnya. Lisa semakin tidak sabar. Dengan mata berbinar, dia menatap Saga yang sedang menuangkan teh ke dalam gelas.

"Jangan. Aku mau minum langsung dari botolnya," Lisa menahan tangan Saga hingga tidak jadi dituang ke dalam gelas. Pria itu membersihkan mulut hingga leher botol dengan tisu antiseptik, kemudian menyeka dengan tisu kering, lalu memberikannya pada Lisa yang tidak sabaran.

Are We Getting Married Yet?Where stories live. Discover now