07

312K 18.2K 395
                                    

Author POV

"Kenapa Ma??" Tanya Papa gak kalah kaget begitu mendengar istrinya berteriak.

"Ada apa Ma? Baru sadar, anak perempuannya udah laku?" Timpal Nares yang dihadiahi tatapan mematikan oleh Lisa.

"Ini kan udah waktunya makan siang! Mama belum masak apa-apa lagi. Mama pikir Lisa bohong mau datang sama calon suaminya," Mama menatap Lisa dan Saga bergantian. "Maaf ya Saga Tante belum masak apa-apa,"

"Iya nggak apa-apa Bu. Kita makan di luar saja," usul Saga.

Nares memukul keningnya dan berkata "Ya elah Maaa.. Nares kira apaan,"

"Iya Ma, kita makan di luar saja. Ayo," ajak Papa.

***
Lisa dan keluarganya beserta Saga memutuskan untuk makan di sebuah restoran bercita rasa nusantara yang merupakan rekomendasi Saga. Pria ini tahu benar di mana saja tempat makanan yang enak. Mereka sengaja memilih saung yang agak privat. Semua berjalanan beriringan dengan pelayan di depan menunjukkan jalan. Sementara Saga berjalan bersama Mama dan Papa di depan, Lisa di belakang berjalan bersama Nares.

"Kak, Lo nekat banget! Ketemu di mana lakik kayak gitu?" Kata Nares setengah berbisik.

"Emang kenapa? Lo aja yang gak tahu sepak terjang percintaan gue," Lisa menyombongkan diri.

"Gue nggak percaya dia pacar elo, terlalu Perfect! Lagian lo kan orangnya sulit dekat sama orang baru, apalagi sama cowok!"

"Sok tahu lo. Pokoknya Saga tuh beda sama cowok yang lain," Lisa mengangguk mantap, seakan telah mengenal Saga bertahun-tahun.

"Pokoknya gue gak percaya. Pasti ada sesuatu diantara kalian. Gue bakal cari tahu. Gue yakin elo nikah kontrak sama dia, kalo nggak berarti loe udah hamil-"

Plak! Lisa menjitak kepala Nares, cukup keras hingga Saga, Mama dan Papanya berbalik bersamaan ke arah mereka.

"Apaan sih, Lisa jangan mulai deh tengkar sama adek. Kamu mau nikah jadi harus lebih dewasa," Mama segera menegur Lisa yang mukanya mulai merah padam. Memalukan sekali jika ditegur seperti itu oleh Mamanya sendiri, seolah-olah Lisa adalah anak kecil. Bahkan di hadapan calon suaminya? Apa Mamanya lupa kalo dia sudah 30 tahun dan masih dimarahi seperti itu? Mungkin bagi orang lain sepele, namun bagi Lisa ini suatu penghinaan.

"Hahaha, Mama apaaan sih? Kakak tadi mukul nyamuk di kepala aku kok," Nares mencoba menjaga suasana hati Lisa yang dia tahu pasti sedang terbakar amarah. Dia tahu betul Lisa dan Mamanya adalah dua makhluk yang tak pernah akur. Jika Lisa sampai marah, maka pertemuan keluarga ini juga akan selesai saat itu juga.

Saga berjalan ke arah Lisa-yang sedang menatap tajam Mamanya, mengelus pelan rambutnya. "Lisa, kita bahkan belum mulai. Jaga emosi kamu," gumamnya. Begitu namanya dipanggil, Lisa terkesiap, menatap Saga yang sedang tersenyum. Seketika tatapan matanya melunak.

"Ayo, ayo cepat udah lapar nih!" Seru Nares menarik tangan kedua orang tuanya meninggalkan Saga dan Lisa.

"Fyuhhh... Sabarrrr," Lisa menepuk pelan dadanya. "Udah nggak ngajak bicara, eh, malah dimarahin kayak akunya masih balita,"

"Sudah, ayo kita nyusul mereka." Ajak Saga menarik tangannya. Mau tak mau, Lisa mengikuti, seperti kerbau yang dicocok hidungnya.

Setelah hampir 30 menit menunggu pesanan dengan percakapan didominasi oleh Papa, Nares dan Saga, makanan yang dipesan pun tiba. Ada ikan bakar dabu-dabu, pelecing kangkung, tahu dan tempe goreng, serta udang crispy kesukaan nares dan lauk lainnya hingga meja panjang keliatan penuh.

"Wiiihh, enak banget bang Saga udangnya. Kenapa kita nggak pernah nemuin restoran ini?" Nares mulai sibuk mengambil seporsi udang crispy.

Sejak kapan Saga jadi Abang lu, batin Lisa. Perasaan tadi dia curiga abis sama Saga. Sekarang udah main Abang aja.

Are We Getting Married Yet?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang