25

252K 14.7K 250
                                    

Nontonnya sambil putar mulmednya ya! Biar bapernya maksimal ♥️
***

Author POV

Lisa memperhatikan Saga yang tengah terlelap dalam posisi telungkup-dengan wajah menghadap ke arah Lisa. Membuat wanita tersebut bisa memandang puas-puas wajah yang dirindukannya. Semakin tampan, meski kantung mata Saga agak hitam. Namun, tak mengurangi kadar ketampanannya.

Sesekali dia tersenyum saat memorinya melayang ke 4 jam lalu, ketika Saga memeluknya sangat erat dan mengatakan betapa rindunya Saga pada Lisa. Rasanya, Lisa mau terus berpelukan selamanya, apalagi merasakan langsung betapa "panas" kulit Saga.

Namun, sebenarnya Lisa masih sedikit gelisah. Dia sudah mengakui menyukai Saga, meski secara implisit. Dia berharap, Saga juga akan melakukan hal yang sama. Tapi, Saga hanya mengaku merindukannya. Apa itu bisa dikategorikan sebagai perasaan suka? Jika pun, bukan perasaan suka, seperti ini saja sudah cukup membuatnya bahagia. Artinya, Saga menunggunya selama beberapa hari ini. Senyuman kembali terbit di bibirnya yang merah.

"Ah, udah jam lima," ucap Lisa saat menoleh ke arah jam dinding. Matahari mulai tenggelam di ujung sana, membuat suasana kamar menjadi oranye, karena berkas sinarnya yang berhasil masuk dari jendela yang terbuka. Lisa pun membangunkan Saga yang juga belum bangun setelah makan siang. Mereka sempat tidur siang bersama, sambil saling memeluk karena ranjang yang sempit-memang khusus untuk satu orang. Tetapi Lisa sudah bangun terlebih dahulu dari sejam yang lalu. Tubuhnya yang lelah karena penerbangan belasan jam mulai terasa ringan setelah tidur.

Mata Saga terbuka perlahan saat merasakan tepukan pelan di lengan kirinya, sembari namanya dipanggil dengan begitu lembut oleh suara merdu yang sudah berapa hari tak didengarnya.

"Ga, bangun... Udah sore," ujar Lisa dengan senyuman manis yang mampu membuat Saga juga ikut tersenyum. Senyuman kelegaan, karena keberadaan Lisa saat ini bukanlah mimpi. Untuk lebih meyakinkan dirinya-ini bukanlah mimpi, Saga meraih salah satu tangan Lisa, dan menggenggamnya erat, kemudian membawa tangan lembut itu ke bibirnya, mengecup punggung tangan Lisa agak lama, lalu memeluk, enggan melepaskan.

"Kamu kenapa, sih? Bangun-bangun malah sok sweet banget," kekeh Lisa mencoba menyembunyikan rasa malunya.

Saga hanya tersenyum, tak mencoba menjawab pertanyaan Lisa. Rasanya, dia terlalu bahagia, hingga membuatnya kembali mengantuk.

"Lho kok, tidur lagi? Ini udah jam 5, Ga" Lisa menarik tangannya yang dipeluk Saga saat pria itu kembali memejamkan mata, mengganti dengan mengelus kepala Saga, yang membuatnya semakin mengantuk.

"Kata Yolan kamu operasi usus buntu hari ini? Aku pikir kamu udah dioperasi tadi pagi. Memang janji jam berapa operasinya?"

"Yolan bohong," gumam Saga namun masih bisa ditangkap Lisa.

"Apa? Bohong?" Tanyanya tak percaya hingga gerakannya mengelus kepala Saga berhenti sama sekali. Mata Saga segera terbuka penuh saat merasa intonasi Lisa berubah. Tidak lembut seperti tadi. Hal pertama yang dilihatnya adalah ekspresi tak percaya Lisa yang merasa dibohongi.

"Kamu sekongkol sama dia kerjain aku??" Tanya Lisa tak percaya. "Kamu keterlaluan, Ga!"

Saga langsung terduduk di ranjangnya memegang kedua pundak istrinya "Lis, saya nggak sekongkol sama Yolan. Saya cuman minta bantuan dia supaya kamu berhenti marah sama saya. Tapi sungguh, saya nggak tahu atau pun memberikan ide seperti itu," Saga ketakutan jika Lisa kembali marah besar. Mereka baru saja berbaikan tadi, masak marahan lagi?

Lisa menyipitkan matanya, mencoba mencari kebenaran dari wajah Saga. Tepat saat itu, pintu terbuka dengan cepat, dan muncullah si aktor utama dalam drama ini.

Are We Getting Married Yet?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang