Bagi sebagian orang, mungkin proses interview melamar pekerjaan merupakan sesuatu yang menyenangkan.
Tapi tidak bagiku, aku yang kadar paniknya suka melebihi rata-rata, menganggap interview adalah sebuah momok yang menakutkan.
Bagaimana kita berinte...
"Lo?" tanya Raffa memastikan langsung kepadaku. Aku mengangguk pelan.
Aku mengalihkan topik kepada hal-hal lain demi menghindari pertanyaan-pertanyaan aneh darinya. Hingga ketika makanan habis, dan kami semua berjalan kembali menuju ke dalam gedung, Raffa memelankan langkahnya dan menarik tanganku agar berhenti.
Raut muka Raffa langsung berubah, "Ck, Sok penting banget lo, orang cuma nanya doang!" gerutunya lalu berjalan menyusul Ella, Maya, dan Totti, meninggalkanku yang tercengang dengan ucapannya yang menyebalkan itu.
Issshhhhh!!!!!!
*
"Lo bener-bener mau resign?" tanya Raffa lagi sambil mengaduk mie instannya. Sepulang kerja, Raffa mengajakku makan di warung mie yang buka hingga tengah malam.
Aku menaikkan sebelah alisku begitu mendengarnya.
"Jangan resign, Xi. Jangan pergi." pintanya sambil memegang salah satu tanganku yang tidak memegang sendok.
Aku menahan senyum dengan mengulum bibir rapat-rapat, dua minggu kebersamaan kami yang cukup intens masih belum bisa membuatku membaca apa isi pikiran lelaki kampret satu ini. Entah apa dia memiliki kepribadian ganda atau apa itu namanya, karna lelaki yang duduk di hadapanku ini bisa merubah ucapannya berbeda seratus delapan puluh derajat dalam satu waktu. Contohnya saat ini, tiba-tiba dia berkata padaku agar jangan pergi seolah-olah tidak rela jika aku meninggalkannya, padahal tadi siang dengan terang-terangan ia mengelak tuduhanku dan mengatai aku sok penting.
Kan nyebelin banget, kan!
Aku melepaskan pegangannya berpura-pura sibuk dengan sendok dan garpu.
"Nggak bisa, lah. Kan gue udah diterima di kantor yang baru."
Raffa diam sejenak sebelum bertanya, "Emang kantor baru lo dimana?"
"Sungsang Electronics." jawabku lantang. Aku sangat bangga bisa diterima di perusahaan itu, yang merupakan salah satu raksasa elektronik terbesar di dunia.
Siapa sih yang nggak kenal Sungsang. Ya, nggak?
"Sungsang? Di kantor mananya?"
"Di Head Officenya lah!"
"Kapan lo mulai kerja?"
"Rabu depan. Ih, kepo banget sih lo?!"
"Ya udah. Good luck aja deh. Berarti hidup gue bakalan tenang mulai kamis." katanya santai lalu menyendokkan mi dengan telor dan cabai rawit ke dalam mulutnya.
Tuh, kan! Pengen gue pelintir aja bibirnya! Ngeselinnya kumat deh. Padahal baru aja beberapa menit lalu bilang jangan pergi. Huh!
"Gue juga. Hidup gue pasti lebih tentram, damai, dan bahagia," aku menatap Raffa dengan sengit sebelum melanjutkan ucapanku, "Karna nggak ada lagi pengganggu kampret yang selalu ngerecokin gue. Haha." balasku tak mau kalah.
Tapi gue juga bakalan kangen banget sama lo, Raf.
TBC
Yah, Xia bakalan jauh deh sama Raffa, kira2 mereka masih bisa deket ga ya setelahnya? Apa jangan2 nanti deketnya sama Gaje? Atau malah sama Mas Tot? 🤣🤣 Saksikan kelanjutannya di part berikutnya... Fyi, ini kayaknya mau menuju ending deh, duhh aku rasanya ga rela berpisah sama mereka nantinya... smoga kalian juga yaakk.. yang penting mah tetep stay tune aja di work aku, baca yg lain jg yaakk sebelum aku hapus.. 😜😜 #ketawajahat
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.