Tak gentar, aku menoleh ke samping kiriku dimana Alde duduk, "Al, lo ada masalah apa sama Lala?"
Alde dengan songongnya memutar kepalaku menghadap ke layar dengan kedua tangannya. Baru aku akan membuka mulut untuk kembali berbicara ketika menoleh lagi, dia langsung menyumpal mulutku penuh dengan popcorn hingga aku hampir tersedak.
Dasar adek durhaka! Nggak gue kasih jajan nyahok lo!
"Udah mulai tuh, jangan banyak ngomong. Gue mau fokus nonton!" perintahnya.
Issshhh, nyebelin! Ni bocah dua kenapa sih kompak banget?! Aku melirik ke kanan dan kiri bergantian.
Akhirnya film yang durasinya memakan waktu kurang lebih selama tiga jam itu selesai juga. Begitu lampu dinyalakan aku langsung buru-buru ngibrit ke toilet demi menuntaskan panggilan alam yang sejak dua jam lalu susah payah kutahan. Mudah-mudahan gue nggak kena anyeng-anyengan gara-gara nahan pipis.
Setelah lima belas menit berlalu, aku keluar dari bilik toilet mencari Lala, namun tak ada terlihat batang hidung gadis itu di area toilet. Aku lalu keluar, siapa tau dia sudah selesai dengan hajatnya juga. Ternyata hanya Alde yang terlihat.
"Mana Lala?" tanyaku sambil celingak-celinguk.
"Nggak liat."
Aku mencoba menelponnya, "Dimana lo?"
"Sorry, Xi. Gue ada panggilan darurat dari rumah nih. Gue udah di bawah mau naik ojek online. Gue duluan ya." jawabnya panjang, lalu tanpa aba-aba mematikan panggilanku.
Yah!
Padahal aku ingin membahas film tersebut dengan Lala, setelah itu kami berencana akan berkaraoke ria setelah nonton sambil menghabiskan waktu, mumpung cuti. Tapi, kalau ratu dangdutnya saja kabur, mana enak karaoke. Nggak seru!
***
"Wah, tega lo, Xia. Asli lo, tega!" ucap Ella.
"Ih, nggak nyangka gue." tambah Maya.
"Yah, ilang deh stok cewek cantik gue." diakhiri dengan ucapan Totti sambil manyun.
Well, sekarang satu kantor sudah tau bahwa desas desus yang kemarin beredar adalah benar adanya, dan aku lah si tertuduh itu.
Aku cuma bisa meringis menanggapi ketiga orang yang paling dekat denganku di kantor. Ya Tuhan, aku akan sangat merindukan mereka. Seminggu lagi aku akan meninggalkan kantor ini dengan segala keseruannya menuju kantorku yang baru, dengan suasana baru pula. Aku berdoa semoga suasananya akan sama serunya dengan kantor ini.
"Kita kan masih bisa ketemu pulang kerja," Duh, aku jadi ikutan sedih, "Lagian kantor gue nanti juga nggak terlalu jauh kok dari sini."
"Abang Totti jadi nggak napsu makan nih begitu tau Neng Xia mau ninggalin Abang."
"Jangan gitu dong, Mas Tot. Kalo lo kurus jadi nggak lucu lagi dong, nggak ngegemesin." Gapapa dah, sekali-kali gue puji dia, bentar lagi mau cabut ini. Hihihi.
"Tapi kalo lo resign gue jadi kesepian, nggak ada temen makan siang."
"Siapa yang resign?" tiba-tiba Raffa muncul duduk di sebelah Totti, tepat di hadapanku.
"Tuh, yang duduk di depan lo." jawab Ella.
Raffa menatapku tajam, sepertinya dia baru saja mengetahuinya, kemungkinan karna kemarin dia sibuk lebih banyak keluar kota.
YOU ARE READING
INTERVIEW (END) - revised
ChickLitBagi sebagian orang, mungkin proses interview melamar pekerjaan merupakan sesuatu yang menyenangkan. Tapi tidak bagiku, aku yang kadar paniknya suka melebihi rata-rata, menganggap interview adalah sebuah momok yang menakutkan. Bagaimana kita berinte...
50. AADC
Start from the beginning
