[05]- We Just Friend?[✓]

Start from the beginning
                                    

Jessie mendekati Revan,menggandeng tangannya."kamu nungguin aku beb? Sweet banget sih".

Cowok itu menepisnya. Revan muak bersandiwara di depan teman-temannya. Ia muak menjadi pacar Jessie. Semuanya bukan kemauannya.

"Jelasin semuanya"

" Maksud kamu?"

"Jelasin atau lo gue jeblosin ke penjara sekarang juga?"

" Ngigo ya kamu? Pulang yuk."

Jessie menggandeng tangan cowok itu. Tapi respon Revan sebaliknya. Ia menarik tubuh Jessie agar berhadapan dengannya. Genggaman tangannya begitu erat.

"Gue bilang lo jelasin semuanya!"

"Udah tau ternyata? "

"Jadi... Lo?"

"Iya, itu gue. Gimana? Lagian gue bakal balikin duitnya asal lo mau tunangan sama gue?"

"Lo licik! Cewek nggak tau diri!"

Jessie tersenyum jahat. Tidak masalah baginya. Revan juga tidak akan memutuskan hubungannya begitu saja. Ia Tau laki laki semacam Revan tak akan memutuskannya begitu saja.

Tamparan mendarat di pipi Cewek itu, gadis itu mengeluh kesakitan. Mengundang riuh para siswa disana. Keributan itu mengundang rasa penasaran Shilla. Sampai akhirnya ia tau masalah cowok itu. Masalah yang merubah dirinya Hampir 180°.

****************

Revan mendadak kehilangan nafsu makannya saat tadi pagi. Ia berangkat sekolah dengan perut yang kosong. Padahal kondisinya sedang tidak fit.

Kejadian 2 hari yang lalu masih saja mengganggunya. Membuat nafsu makannya menurun. Ia tidak pernah mempedulikan kesehatannya padahal ia memiliki sakit mag.

Oh iya, asal kalian tau. 2 hari yang lalu tempat duduk diacak sesuai dengan nama absen. Dan ya, sekarang Shilla Dan Revan duduk sebangku karena nomernya berurutan.

"Hey,Van? Lemes banget lo? Makan belum?"

Tanya Shilla saat pelajaran masih berlangsung. Revan menggeleng tanda bahwa perutnya masih kosong.

"Astaga Revan, kenapa nggak makan? Liat? Badan lo kurus kek ikan pindang".

"Shill, jangan mulai deh, gue nggak papa. Perhatiin tuh pelajaran".

"Serius nggak papa?"

Revan mengangguk meyakinkan.

"Yaudah, kalo ada apa-apa Lo bilang ke gue."

Revan hanya mengangguk paham.
Shilla tersenyum dan kembali mancatat materi kimia yang baru saja guru jelaskan.sementara Revan masih menahan rasa pusing yang menjalar di kepalanya.

"Argh--"

Revan mengerang. Merasakan rasa sakit yang semakin menjadi jadi. Untung saja tidak terdengar semua orang.

"Van? Lo bener nggak papa?"

Revan masih memegang pelipisnya. Kepalanya sangat pusing, apalagi perutnya sekarang seperti sedang dikoyak.

[WPS#1] Shillavand [COMPLETED]✓Where stories live. Discover now