16. "Anakku!"

18K 801 47
                                    


Setelah menghabiskan waktu di taman seharian. Sore ini Mira akan menjenguk Ziana. Tapi Albizar duluan menjenguk Ziana. Yang akan disusul Mira setelahnya.

Suasana rumah sakit memang ramai,tapi tetap saja Mira merasakan gelisah luarbiasa. Entah kenapa perasaannya sekarang tidak enak.

Yaallah,Astagfirullah. Lindungi keluarga hamba yaallah.

Mira melangkahkan kakinya menuju ruang inap Ziana. 2 hari lagi Ziana bisa pulang kerumah. Karna keadaannya sudah pulih seperti sedia kala. Mira menghela nafas lega saat kakinya sudah berada di depan pintu ruang inap Ziana. Tapi...

"Aku tau kamu sudah menikah dengan Mira Al. Adikku! Ah ralat,dia bukan adikku. Dia  penghianat! Dia jahat! Dia mengambil hakku,dia mengambil kamu dariku Al! Aku membenci diaa!" Suara nyaring terdengar di telinga Mira. Dadanya sesak,badannya lemas,kakinya bergetar,matanya sudah berair.

Yaallah apa yang terjadi.

Mira masih menangis dalam diam.

"An. Tolong jangan seperti ini,kamu juga akan menikah dengan Rasya. Dia sudah menunggu kamu selama satu tahun ini. Jangan bersikap bodoh An! Kenapa dulu kamu menyia-nyiakan ku? Lalu saat aku sudah bahagia bersama Mira,kamu berbicara seperti itu? Apa pantas? Tidak An! Ini sudah takdir Allah swt." Kini giliran Albizar yang berbicara dengan nada tinggi.

Dengan kekuatan hatinya,Mira masuk perlahan dengan air mata yang sudah membasahi pipi mulusnya. Ziana dan Albizar menoleh. Dengan berbeda pandangan. Ziana yang menatap Mira dengan tatapan penuh amarah,dan Albizar yang menatap Mira dengan tatapan sendu.

"Mbak" lirih Mira. Dia tidak tahu akhirnya akan seperti ini.

"Stop bilang aku Mbak! Aku bukan mbak kamu! Dan terus terang saja. Aku benci penghianat seperti kamu. Kamu tega mengambil hakku Ra? Adik macam apa kamu hah!?" teriak Ziana menggelegar di ruangan itu. Mira terisak hebat. Bahunya bergetar. Albizar menghampiri Mira. Memeluknya dengan erat. Membuat Ziana naik pitam.

"Cukup Ziana! Kamu keterlaluan! Dia adik kamu. Seperti yang aku bilang tadi. Ini sudah takdir Allah swt! Dan berhenti memanggil Mira dengan sebutan penghianat."

Ziana menangis. Tapi pandangannya tak pernah lepas sedikitpun dari Mira. Tatapannya tajam,penuh kilatan amarah.

"Maafkan aku sayang." lirih Albizar mencium kening Mira. Mira hanya diam,menangis,terisak tersedu-sedu. Dadanya sangat sakit. Hingga ia tidak bisa berbicara sepatah katapun.

Ziana bangkit dari brankarnya,melepas infusan yang melekat di punggung tangannya. Dengan tenaga yang sepenuhnya keluar,Ziana melepaskan pelukan mereka berdua.

"Cukup Al! Dia jalang! Dia pelacur! Dia merebut kamu dariku! Aku benci Dia!" Tanpa Albizar sadari,Ziana mendorong tubuh Mira kuat. Mira yang lemas,terhempas kuat ke arah tembok. Punggungnya terasa sakit. Darah mengalir di kakinya. Hingga bercucuran ke lantai. Tubuhnya lemas,seketika pandangannya buram.

"MIRA!" Albizar menghampiri Mira,memangku tubuh istrinya lalu membawa Mira ke ruang IGD. Tapi sebelum membawa Mira ke IGD. Albizar berbicara tajam pada Ziana.

"Kalau sampe Mira kenapa-napa. Kamu tidak akan pernah saya maafkan Ziana!" ujar Albizar dengan nada dingin. Ziana diam mematung,menatap kepergian Albizar. Apa yang telah dia lakukan tadi? Dan apa tadi? Dia tidak salah lihat bukan? Dia melihat darah. Apa Mira sedang hamil? Ziana diam membisu. Dengan wajah yang sudah pucat.

Tak lama kemudian Rasya masuk dengan tatapan dingin.

"Mas.." lirihnya pelan. Air matanya sudah mengalir deras.

"Aku tidak menyangka Zi. Dia adik kamu,mengapa kamu menyakitinya. Kamu sudah bertunangan denganku. Ikhlaskan Albizar bahagia bersama Mira. Tidak perlu melakukan hal yang bisa membahayakan orang lain,bahkan dia bukan orang lain,dia adik kamu!"

Ketika Halal Bersamamu - [[ Sudah Terbit Versi E-Book ]]Where stories live. Discover now