BAB 17 - ANGEL BABY

302 35 1
                                    

Untuk segala kelu yang membabi buta menghantam pikiran yang tak pernah padam. Puing-puing masalalu akan selalu di depan, karena-aku tidak pernah menjadikannya sebagai masalalu.

Berulang kali terucap janji untuk kembali menemuiku, dan berulang kali juga ia meyakinkan aku bahwa cintanya tidak sebatas kata, tapi bukti nyata.

"Permisi ..."

Aku menghentikan langkah kecilku ketika mendengar suara dari balik pintu Apartment. Menaruh segelas kopi rasa Matcha panas dari genggaman ku di atas meja.

Aku dengan cepat mengambil sebuah Cardigan berwarna biru muda lalu memakaikan ke tubuhku, bergegas membukakan pintu Apartment.

"Iya Pak, ada perlu apa ya?"

"Ini ada paket untuk Mba Raina"

Laki-laki berusia sekitar 35 tahun itu mengantarkan sebuah paketan yang lumayan cukup besar.

"Ini dari siapa ya Pak?"

"Ada seseorang yang mengirimkan ini untuk Mba Raina. Saya permisi dulu ya Mba" Pamitnya.

Aku membawa kotak besar paketan tersebut ke dalam ruanganku. Perlahan mulai membuka dus tersebut dengan sebuah cutter.

Buku-buku kedokteran yang jumlahnya lebih dari dua, sebuket bunga Daisy, dan-seorang foto lelaki di depan gedung Oxford dengan memakai toga, ya, lelaki itu Brian.

Seketika bulu kuduk ku berdiri, genggam tangan aku kepalkan semakin kuat, dadaku tiba-tiba sesak sekali tak bisa menahan tangis pecah melihat ini.

Brian sudah wisuda, Semesta. Brian telah menyelesaikan masa study nya. Tapi, mengapa dia tak mengabari ku? Mengapa dia tak mengajakku untuk merayakannya bersama disana?

Bukan aku tak senang melihatnya sudah wisuda, bukan. Aku menangis karena mengapa aku tidak menjadi bagian perjalanan susah, senangnya Brian selama menjalani kuliah di sana? Mengapa Brian tidak pernah menunjukkan rasa susah, sedih nya saat bersamaku? Ia hanya menunjukkan hal-hal bahagia di depanku padahal aku tau menjalani semua ini tak mudah.

Aku menangis juga karena-mengapa ia tak mengundang ku?

Ya Tuhan, sebenarnya aku ini siapanya dia?

Sepucuk surat sudah tergeletak bersama dengan foto Brian. Aku menghela nafas panjang, berdo'a dalam hati untuk dikuatkan hatinya ketika membaca surat darinya. Antara ingin membaca atau tak ingin, semua itu bercampur aduk. Namun, perasaan ingin itu lebih besar dari pada tak inginnya. Aku memutuskan untuk berani membaca surat dari lelaki yang sudah berjarak dengan ku selama delapan tahun ini-Brian.

Tuan Puteri,

Minggu lalu aku sudah wisuda Rai. Semua masalah satu persatu bisa ku selesaikan. Meski banyak kekhawatiran yang akan terjadi di masa depan, tapi ketahuilah bahwa aku selalu mengkhawatirkan tentang mu, tentang kita.

Sama sekali aku tidak berniat mengabari mu tentang kekecewaan ini, mungkin kamu bertanya mengapa kamu tidak aku bawa ke sini untuk melihat aku wisuda?

Karena aku ingin memberi kejutan ini untukmu. Aku ingin kau tahu bahwa disini aku telah menyelesaikan semua persoalan ku, termasuk hal ini. Aku tidak mau memberatkan mu Rai, aku mencintai mu, aku menyayangi mu, lebih dari yang kau tahu.

ETHEREAL (SEGERA TERBIT)Where stories live. Discover now