BAB 11 - ABOUT DREAMS

344 40 1
                                    

Mengenai soal cita-cita seperti Brian yang sedang mengejar mimpinya di UK, aku juga punya cita-cita yang sedari kecil sebelum aku tidur aku selalu membayangkannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Mengenai soal cita-cita seperti Brian yang sedang mengejar mimpinya di UK, aku juga punya cita-cita yang sedari kecil sebelum aku tidur aku selalu membayangkannya.

Impian ku dari dulu ingin sekali menjadi seorang dokter.

Menurutku menjadi seorang dokter bukan hanya tentang melayani pasien, menyembuhkan pasien, lebih dari itu. Seorang dokter harus mempunyai tiga karakter yaitu Kesantunan, Kesejawatan, dan Kebersamaan.

Menjadi seorang dokter bukan hanya semata-mata ingin mendapatkan gaji yang besar, jelas kalau ingin seperti itu ada yang lebih besar dari pada gaji seorang dokter.

Seorang dokter diberi amanah untuk melayani dengan baik. Dengan proses yang sangat panjang penuh dengan tantangan, tetapi semua itu pasti berhasil dilewati jika kita telah mencintai pekerjaan kita.

"BUNDAA!!!" Aku berteriak ketika memasuki rumah yang membuat Bunda sangat terkejut karena ulahku.

Dengan cepat aku mencari keberadaan Bunda yang ternyata sedang memotong sayuran di dapur. Aku memeluk Bunda dari belakang, "Bun... aku keterima!!!"

Bunda mengambil amplop surat yang aku bawa dengan bertuliskan

Raina Avariella

Dear Raina Avariella,

Congratulations! We are very pleased to inform you that you have  been accepted to the University of Edinburgh Medicine at class 2021

Bunda memelukku atas apa yang aku capai saat ini. Aku benar-benar sangat bahagia sekali di terima di Universitas yang aku impikan sejak kecil. Namun aku lebih bahagia karena sesegera mungkin aku akan bertemu dengan Brian disana.

Tiba-tiba derai air mata Bunda membasahi pundakku. "Bunda ada apa?" Aku mencoba menghapus air matanya.

"Bunda tidak senang soal ini ya?" Ia menggelengkan kepalanya.

"Bukan tidak senang Rai. Bunda sangat senang sekali, Bunda sangat bangga karena kamu sudah berhasil"

Matanya berbinar-binar menatap pilu di hadapanku yang membuat diriku begitu bergetar. Tega sekali aku menyakiti Bunda sehingga ia menangis sebegitu derainya.

"Bunda tidak mau kamu pergi Rai. Bunda tau Bunda egois memaksa kamu untuk tetap tinggal disini. Bunda hanya belum siap Raina ditinggalkan kamu.."

Aku terdiam mematung mengenai hal itu. Hatiku mendadak sesak juga pikiranku yang bak di hantam angin kencang. Badanku rasanya ingin roboh lalu menangis  dan berlari sekencang mungkin menghindari dari segala hal yang menyakitkan. Tapi ini Bunda! Wanita yang sangat aku cintai dan sayangi, yang permintaannya tak akan pernah bisa aku tolak. Meskipun aku harus membunuh mimpiku, tak apa asal aku tak membuat Bunda sedih lagi.

"Bunda mau kamu kuliah disini aja Raina."

Ya memang aku juga di terima di Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran.

Tapi bagaimanapun kalau tidak diizinkan Bunda aku tak akan pergi ke UK.

Pantas saja Bunda tidak mau aku ke UK karena Bunda memang sendirian di rumah ini yang mungkin hanya di temani Bu Dwi selaku Asisten Rumah Tangga disini. Tapi tetap saja yang Bunda inginkan kehadiranku, aku mengerti soal itu.

Sehabis berpulangnya Eyang dan Ayah membuat Bunda merasa kesepian setiap detiknya. Di tambah Bang Kiki yang juga sedang berkuliah di Edinburgh, skotlandia, inggris sana. Selain karena memang aku mencintai negeri Harry potter tersebut, aku juga ingin bertemu Bang Kiki dan tentu saja Brian.

Ah sudahlah aku tak akan mengejar mimpiku disana untuk sekarang. Mungkin di lain waktu aku bisa.

Aku memeluk Bunda lalu menciumnya.

"Bunda maafin Raina yang membuat Bunda menangis. Aku tak jadi pergi ke UK bun, mungkin lain kali saja. Aku ingin disini bersama Bunda, menamani Bunda."

"Terima kasih Raina. Bunda sangat menyayangimu.." Ia memelukku dengan sangat erat.

Edinburgh adalah satu-satunya penyemangat belajarku. Yang setiap hari aku pandangi foto-foto universitas tersebut, bahkan jalanan yang ada di Skotlandia sana hanya karena ingin menggapai satu kursi Medice di Universitas tersebut.

Berbgai macam ribuan soal TOEFL yang aku libas dalam setiap harinya membuatku kelelahan tapi semua itu terbayar dengan diterimanya aku disana. Meski pada akhirnya aku harus mengalah setidaknya perjuanganku selama ini tidak ada yang sia-sia.

Ada Bunda yang tidak bisa aku tinggalkan sendirian disini.

Pasca seminggu menjadi mahasiswa Kedokteran yang membuatku kaget dengan realita bahwa tak semudah yang dibayangkan. Tentu saja aku mendadak hectic tetapi aku senang menjalaninya.

Hari -hari sudah kujalani setelah dua tahun tak bertemu dengan Brian lagi.

Jarak yang memangkas kehadiranmu, juga waktu yang mengikis perasaan menjadi pecahan cermin yang retak, tetapi aku selalu mencoba untuk menyambungkan pecahan itu meskipun harus terluka kembali karena hanya dengan cermin itu aku bisa melihat diriku sendiri.

Kalau ditanya sampai kapan aku akan menunggumu, aku tak bisa menjawab. Karena berapapun lamanya aku akan tetap menunggu.

"Rai ngelamun aja! Ada yang dipikirin ya" Gina teman dekatku setelah Ana yang aku temui di Universitas Ini. Kami bertemu waktu MOS.

Namun Gina tak bisa ku bohongi hanya dengan berkata 'enggak apa-apa'. Dia sama seperti Ana yang selalu agresif ketika melihatku bersedih.

Akhirnya aku menceritakan semuanya padanya tentang apa yang terjadi padaku juga Brian.

Tentang Brian yang membuat alis Gina mengangkat sebelah tanda heran, mengapa ada laki-laki se-aneh dan se-menyebalkan itu? Apalagi Gina tak percaya dengan kehadiran Brian yang tiba-tiba datang seperti memberiku Bunga, membuatkan rumah pohon, mengirimi sepatu dan lainnya.

Tetapi di hari itu juga aku membuktikannya bahwa Brian itu nyata bukan imajinasi belaka.

Aku membawa Gina ke rumah pohon tersebut di hari esoknya karena anak itu benar-benar tak percaya dengan yang namanya Brian.

Seketika ia terkejut melihat seisi rumah Pohon yang dipenuhi foto-foto masa kecilku dan tentunya ada fotoku dengan Brian berdua di sana. Terlebih ketika Pak Adi menghampiri lalu menceritakan semuanya pada Gina yang membuat matanya tak bisa berkedip.

"Rai aku tau kamu sangat mencintai Brian. Tapi kamu jangan lupa mencintaimu diri sendiri ya?"

 Tapi kamu jangan lupa mencintaimu diri sendiri ya?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ETHEREAL (SEGERA TERBIT)Where stories live. Discover now