BAB 12 - WHO'S MAN?

346 40 3
                                    

Kafe Towsday menjadi tempat paling favorite juga bersejarah karena telah menghadirkan Brian untuk pertama kalinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Kafe Towsday menjadi tempat paling favorite juga bersejarah karena telah menghadirkan Brian untuk pertama kalinya

"Mas seperti biasa ya!"

Barista itu mengangguk sudah hafal apapun yang aku pesan. Kemudian ia membawakan secangkir kopi matcha juga Crunchies sour sally

"Mba Raina tidak usah bayar ya. Dari mulai sekarang sampai kedepannya Kafe ini selalu gratis untuk Mba Raina"

"Hah serius Mas?"

"Iya Mba.. Tunggu sebentar ya Mba"

Barista itu kemudian mengambil sebuket bunga Daisy, beberapa buku Kedokteran dan novel keluaran terbaru.

"Mas ini untuk siapa?"

"Untuk Mba Raina. Boleh minta alamatnya Mba? Biar saya yang hantar semua ini ke rumah Mba"

"Tapi ini dari siapa Mas?"

"Sepertinya Mba juga sudah tau tanpa saya beri tahu"

Brian...

Ck, laki-laki itu memang selalu membuat jantungku mendadak berhenti berpacu.

"Pasti di suruh Brian ya?"

Barista itu tersenyum kaku. "Mba juga kalau mau menikmati Kopi dan semacamnya sembari mengerjakan tugas-tugas kampus, Kafe ini selalu terbuka lebar untuk Mba. Kalau mau membawa teman-teman Mba juga silahkan dan tentunya ini gratis sesuai kemauan Mba Raina."

"Tapi kenapa bisa gratis untuk saya Mas?"

"Kafe ini sudah jadi milik Mba Raina"

"Hah sejak kapan? Saya tidak pernah membeli tanah ini sebelumnya, saya juga tidak pernah merasa menandatangani apapun atas hak milik Kafe ini

"Kafe ini sudah di beli sejak sebulan yang lalu atas nama mba Raina. Saya permisi dulu ya Mba" Barista itu buru-buru meninggalkan ku yang masih mematung tak percaya.

Bagaimana bisa itu terjadi?

Ah entahlah lelaki itu memang selalu mempunyai ide dan rencana gila yang tak pernah aku duga.

Aku melirik ke arah jam tangan yang tak pernah aku lupa untuk memakainya. Melihat arah jarum jam menunjukkan pukul 4 sore dengan sigap aku langsung menaruh secangkir kopi di genggamanku, kemudian dengan buru-buru aku membereskan barang-barangku.

Ah sial kenapa aku sampai lupa kalau hari ini ada kelas bersama dokter Arga di kampus.

Baru saja aku berlari sekitar empat langkah yang tak jauh dari Kafe, langit tiba-tiba menurunkan hujan gerimis tanpa permisi. Bau tanah sangat khas membuat ku tak lagi membenci hujan. Bau khas itu menjadi pengingatku pada Brian.

Sialnya hujan itu semakin deras yang memaksaku untuk berlari cepat agar bisa sampai ke Halte Bus, tapi seseorang mencekal tanganku dari belakang yang membuat aku berhenti. Ia kemudian menjulurkan payungnya untukku.

ETHEREAL (SEGERA TERBIT)Where stories live. Discover now