6 × 5

112 18 11
                                    

"Bel, Josh, kita butuh bantuan lo," ucap Luke kepadaku saat Arissa, Avi, dan Gytha sudah pulang. Kini yang tersisa di restoran hanya aku, Joshua, Luke, dan Ashton. Michael sudah pulang karena dia harus menemani pacarnya.

"Ngomong sama Bang Cal?" tanyaku dan Joshua hampir bersamaan. Hal itu membuatku dan Joshua saling tatap. "Ih, Josh, lo ngapain ikut-ikut gue, sih?"

"Heh, yang ada lo kali, yang ngikutin gue," ucap Joshua membela dirinya. Lalu karena ia tak ingin berdebat denganku, ia menatap kedua sahabat Calum itu dan berkata, "Bang, bukannya gue sama Bella gak mau bantu, tapi kita-"

"Gue sama Joshua bakal bantuin lo berdua, Bang," kataku lalu aku kembali menatap Joshua. Kuharap tatapanku ini cukup untuk membuat Joshua setuju dengan perkataanku itu. "Iya, kan, Josh?"

Seperti yang kuberitahu tadi, karena Joshua tidak mau berdebat denganku, ia menganggukkan kepalanya. "Kita bakal bantuin lo berdua, Bang, tapi kita gak ngambil peran banyak di sana."

"Oke, kalau gitu sekarang kita ke rumah Calum, yuk," ajak Luke.

"Sekarang, Bang?" tanya Joshua.

Luke menganggukkan kepalanya. "Kenapa? Lo berdua mau malam mingguan, ya?"

Aku dan Joshua langsung menggelengkan kepala kami. Aku dan Joshua tak akan pernah melakukan rutinitas yang biasa dilakukan oleh orang pacaran itu karena aku dan Joshua memang tak akan pernah bersama. Kami tak akan pernah bersama karena, biarkan aku mengulang kepahitan itu, Joshua hanya bisa menyayangiku, ia tak bisa memacariku.

"Ya udah, ayo," ajak Ashton seraya beranjak dari tempat duduknya. Aku, Joshua, dan Luke pun ikut beranjak dari tempat duduk kami masing-masing. Setelah itu kamipun berjalan menuju parkiran, Ashton dan Luke menuju mobil yang sama, begitu juga denganku dan Joshua.

"Gue pengin deh, kita bisa pacaran," ucap Joshua saat mobilnya baru saja keluar dari area restoran itu.

Aku sedikit terkejut mendengar ucapan Joshua itu. Aku melirik ke arahnya, ia sedang fokus menatap jalanan di hadapannya. "Status gak penting, Josh, yang penting itu hubungannya. Buat apa pacaran kalau hubungannya gak baik?"

Joshua menatapku sekilas lalu ia kembali menatap jalanan. Setelah beberapa detik berlalu, ia berkata, "Gue boleh pegang tangan lo, gak?"

Tanpa menjawab pertanyaan Joshua, aku langsung meletakkan tanganku di atas tangan kiri Joshua yang masih memegang setir. "Josh, kamu harus fokus nyetir sekarang, megang tangan aku kapan-kapan aja. Nanti kalau kita kecelakaan, kamu mau megang tangan siapa?"

Demi apapun, aku tidak menyangka aku akan mengeluarkan kata-kata semenggelikan itu. Kata-kata yang kukeluarkan benar-benar tak pantas untuk kuucapkan karena itu terlalu liar. "Anjir, gue kok alay gitu, ya, Josh?" tanyaku sebelum aku mengangkat tanganku dari tangan kiri Joshua.

Joshua hanya tertawa. "Seruan lo waktu lagi alay tau, Bel, lebih imut gitu."

"Josh, gue malu anjir," kataku seraya melirik ke arah kiriku, berusaha menyembunyikan wajahku yang mungkin memerah karena tingkahku sendiri. "Ih, anjir, gue kok menjijikkan gitu, sih?"

Beberapa saat kemudian, mobil Joshua tiba-tiba saja berhenti. Walaupun aku belum pernah ke rumah Calum, aku tahu kami belum sampai di rumah Calum. Tak mungkin rumah Calum di dekat jembatan yang cukup mengerikan seperti ini, kan?

"Bel, coba lihat gue," kata Joshua.

Aku menggelengkan kepalaku. Entah kenapa rasa malu itu terus bertambah. "Gak ah, Josh, gue masih malu, anjir."

Aku bisa merasakan Joshua sedang menatapi diriku yang tak menatapnya. Aku tak mau Joshua melihat wajah memalukanku ini. "Josh, udah, anjir, gak usah lihatin gue terus. Gue makin malu."

Catch Fire × Calum Hood || ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang