24 + 2

109 16 8
                                    

Aku benar-benar tidak menyangka, malam di mana aku seharusnya merasakan kebahagiaan bersama dengan orang-orang terdekatku, menjadi malam di mana aku merasakan rasa sakit yang luar biasa. Aku tak akan mengisahkan kejadian kemarin karena sampai saat ini, rasa sakit itu masih melekat di hati maupun pikiranku. Calum yang berhasil membuatku terlepas dari perangkap kisah masa lalu yang tragis berubah menjadi Calum yang membuatku kembali terangkap di dalam kisah tragis yang terbentuk oleh karenanya.

"Kak, kenapa semalam lo langsung pulang? Kenapa lo gak pamit ke gue atau ke Bang Josh? Kenapa kondisi lo tiba-tiba jadi menyedihkan kayak gini?" tanya Aretha setelah ia melihatku mengubah posisiku yang tadinya berbaring di tempat tidur menjadi duduk di pinggir tempat tidur.

Pertanyaan Aretha yang bertubi-tubi itu membuat rasa sakit di kepalaku semakin bertambah. Rasa sakit akibat tertidur setelah puas menangis itu semakin bertambah akibat pertanyaan Aretha yang tergolong cukup sulit itu. "Tapi Asher ngasih tau lo, kan?"

Aretha menggelengkan kepalanya. "Asher ngasih tau Bang Cal."

Aku sedikit terkejut mendengar perkataan Aretha. Asher telah menipuku, ia mengatakan bahwa ia telah memberitahu Aretha, namun nyatanya dia malah memberitahu si penyebab masalah itu. "Oh ya, Tha, lo jadi foto sama Luke, kan?" Aku sengaja bertanya seperti itu agar Aretha lupa akan pertanyaan yang telah ia lontarkan.

Aretha menatapiku, sepertinya ia tidak berniat untuk menjawab pertanyaanku itu. "Kak, soal foto gue sama Bang Luke itu gak penting. Yang penting sekarang adalah kondisi lo. Kenapa lo bisa kayak gini? Asher nyakitin lo lagi makanya dia bertanggungjawab buat nganterin lo balik?"

Aku menggelengkan kepalaku. Aku sangat ingin menceritakan peristiwa kemarin kepada Aretha, namun sayangnya kepalaku masih terlalu sakit untuk kembali mengingat peristiwa tragis itu. "Semalem kepala gue tiba-tiba sakit, Tha, nah, pas gue ke UKS, si Asher ada di situ dan karena dia khawatir sama keadaan gue, gue dianter balik sama dia."

"Asher sebaik itu?" tanya Aretha tak percaya.

Aku menganggukkan kepalaku.

"Sekarang kepala lo masih sakit gak, Kak?" tanya Aretha.

Ini sedikit aneh. Aretha tampaknya langsung mempercayai ceritaku itu. Tak biasanya ia tak sadar bahwa aku sedang berbohong.

"Dikit, Tha," jawabku setelah pikiranku mengenai Aretha yang mudahnya mempercayai tipuanku telah hilang.

Aretha tiba-tiba saja menepuk dahinya, kelihatannya ia baru saja mengingat sesuatu. "Astaga, gue baru ingat, Kak."

"Ingat apaan?" tanyaku.

"Bang Josh minta gue buat kabarin dia kalau lo udah bangun," jawab Aretha lalu ia beranjak dari sofa yang ia duduki dan mengambil ponselnya yang berada di dekatku. Setelah ia menggenggam ponselnya, ia berkata, "Oh iya, kan lo udah bangun, lo kabarin Bang Josh gih, dia semalam panik banget karena lo langsung pulang."

Aku meraih ponselku. Saat aku hendak memasukkan password-ku, muncul sebuah pesan dari Joshua. Sebuah pesan yang cukup membuatku panik karena aku baru saja bangun dari tidur burukku.

Joshua Benedict
Bel, gue udah di depan rumah lo

"Kok muka lo gitu banget, Kak?" tanya Aretha.

Aku menunjukkan layar ponselku kepada Aretha. "Tha, lo temenin Joshua sana, gue mau mandi dulu. Gue gak enak kalau keluar dalam keadaan kayak gini."

Aretha menganggukkan kepalanya lalu ia meletakkan ponselnya. Setelah itu, Aretha pun melangkahkan kakinya keluar dari kamar. Kini saatnya aku membenahi diriku agar Joshua tidak tahu bahwa aku baru saja mengalami sebuah peristiwa yang luar biasa sedihnya.

Catch Fire × Calum Hood || ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang