9 + 1

138 24 36
                                    

Kalau bukan karena tugas yang memerlukan koneksi internet yang cukup menggilakan, aku tidak akan mau menghabiskan waktuku di kafe yang bertaraf internasional ini. Aku memilih untuk mengerjakan tugas di kafe ini bukan karena aku memiliki banyak uang atau semacamnya, aku berada di kafe ini karena kebetulan salah satu seniorku bekerja di sini dan dia dengan senang hati memberitahuku kata sandi Wi-Fi yang tersedia di sini.

"Kamu mau ngerjai tugas dari siapa, Bel?" tanya Kak Bunga, seniorku, saat aku sedang memesan minumanku.

"Dari Pak Jericho, Kak," jawabku. "Kakak waktu di Prima pernah diajar sama bapak itu gak?"

"Pak Jericho guru Bahasa Indonesia, kan?" tanya Kak Bunga memastikan.

Aku menganggukkan kepalaku.

"Bapak itu gak masuk di kelas Kakak, Bel, tapi dia masuk di kelas teman Kakak," jawab Kak Bunga. "Kata teman Kakak, Bapak itu sangat menghargai tugas yang dikerjain dari muridnya. Jadi kalau bisa, kamu bikin tugas kamu sebagus mungkin. Oh ya, ini kamu mau pakai caramel sauce gak?"

Aku menggelengkan kepalaku seraya berkata, "Gak usah, Kak."

"Totalnya 54 ribu, kamu mau custom nama kayak biasa?" tanya Kak Bunga.

"Mau, Kak," jawabku.

Kak Bunga pun memberikan gelas plastik dan spidol kepadaku. Setelah aku menuliskan nama yang kuinginkan, aku mengembalikan gelas beserta dengan spidol itu kepada Kak Bunga.

"Mimpi kamu, Bel," ucap Kak Bunga setelah ia membaca tulisan yang kubuat.

Jika kalian penasaran dengan nama yang kubuat, lebih baik hilangkan saja rasa penasaran kalian itu. Bukan karena aku sok rahasia atau semacamnya, tetapi karena aku sadar bahwa ucapan Kak Bunga benar, apa yang kutulis hanyalah sebuah mimpi yang tak akan pernah terkabul.

"Kamu langsung duduk aja, ya, Bel, biar Kakak yang nganter pesanan kamu," pinta Kak Bunga.

"Gak apa-apa, Kak?" tanyaku.

Kak Bunga menganggukkan kepalanya lalu ia menginstruksikanku untuk berpindah tempat karena ada pelanggan yang mengantri di belakangku. Akupun langsung mengikuti permintaan serta instruksi dari Kak Bunga.

"Selamat berperang dengan tugas kurang ajar ini, Bel," ucapku kepada diriku sendiri saat aku hendak memasukkan kata sandi Wi-Fi kafe ini pada kolom yang tersedia di layar laptopku.

Setelah laptopku tersambung dengan koneksi Wi-Fi kafe ini, aku langsung mencari materi-materi yang hendak kuketik. Saat aku baru saja menekan tombol enter di papan ketik laptopku, ponselku yang kuletakkan di saku rok seragam sekolahku bergetar. Akupun langsung mengambil ponselku dan tampaklah sebuah pop-up chat dari Calum.

Calum Hood
Bel, lo lagi di mana?

Tanpa membuka pesan dari Calum, aku langsung membalasnya. Tak berapa lama kemudian, pop-up chat dari Calum kembali muncul.

Calum Hood
Gue otw ke sana

Aku yang tak yakin Calum memang akan menghampiriku pun hanya membalas pesan Calum dengan kata 'oke'. Kalau boleh jujur, saat ini aku memang tidak menginginkan kedatangan Calum. Alasannya hanya satu, yaitu tugasku. Jika Calum datang, maka aku tidak akan menyelesaikan tugasku.

"Nih, Bel, pesanan kamu," kata Kak Bunga sembari meletakkan minumanku di atas meja.

"'Makasih, ya, Kak," ucapku.

"Sama-sama, Bel," balas Kak Bunga lalu ia berjalan menjauhiku untuk kembali melakukan tugas dan tanggung jawabnya.

Setelah aku meminum minuman yang baru diantar oleh Kak Bunga, aku mengambil earphone-ku dari dalam tasku. Suasana kafe yang terlalu sepi ini membuatku sedikit tidak nyaman. Saat kabel earphone-ku sudah tersambung dengan laptopku, aku langsung menyumpalkan earphone-ku di kedua telingaku kemudian membuka aplikasi musik yang ada di laptopku dan memutar playlist yang berisi lagu-lagu yang mungkin akan membakar semangatku untuk mengerjakan tugasku.

Catch Fire × Calum Hood || ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang