10. DIA TIDAK CINTA KAMU

Mulai dari awal
                                    

Septian lalu mengeratkan pegangannya pada kaki Jihan—membuat posisi Jihan lebih tinggi dari yang tadi.

“Kenapa lo telat?”

“Kesiangan,” ujar Jihan takut dan pasrah dibalik bahu Septian.

“Kalau kesiangan kan bisa kemarin malem hidupin alarm biar gak telat. Udah tau gak ada motor sama mobil,” ujar Septian. Nadanya tak tenang seperti tadi.

“Hape mati gak sempet charger malemnya. Lupa habis stalking IG mantan kemarin,” ujar Jihan, memberi alasan.

“Emangnya ada yang mau sama cewek males kaya lo?” tanya Septian datar.

“ADA LAH! BANYAKK!” ucap Jihan berseru. Tidak terima dengan kata-kata yang dilontarkan Septian padanya.

“Ada yang namanya Banu, Reza, Dega, sama Adit. Kemarin sih ketiduran gara-gara kepoin IG Banu,” ujar Jihan sengaja dengan nada kagum dilebih-lebihkan agar Septian cemburu atau paling tidak marah. Namun cowok itu tidak berekspresi. Septian biasa saja dengan sikap yang sama.

“Banu pacar Rina? Rina yang pernah bilang suka sama gue kelas XII IPS 3 itu?” ujar Septian.

“HAH? RINA PERNAH BILANG SUKA SAMA KAMU TIAN?” lengking Jihan. “Sebenernya berapa cewek sih yang pernah bilang suka ke kamu? Banyak gak?? Ada gak yang sebanyak aku?” tanya Jihan.

Jihan dengan kelemahannya. Niat ingin membuat cowok itu cemburu namun justru Jihan yang kena batunya.

“Enggak ada, lo doang yang gak tau malu,” ujar Septian setelah sampai dekat kelas Jihan.

“Mau sampe kapan lo gue gendong?” ujar Septian membuat Jihan turun. Wajahnya bersemu mendengar kata-kata Septian.

“Tadi kenapa bisa di depan Tian?” tanya Jihan.

“Jangan panggil gue Tian,” ujar Septian, kesal.

“Gapapa kali kan cuman gue aja yang manggil lo Tian,” ujar Jihan cengengesan. Merasa senang karena Septian tidak senang dipanggil seperti itu oleh Jihan.

“Tian, Jihan. Fix emang udah jodohnya kita!” ujar Jihan PD. “Nama aja hampir mirip gitu.”

“Terserah,” ujar Septian lalu pergi lewat lorong gedung belakang bahasa untuk sampai ke kelasnya.

“SEPTIAN! AKU SAYANG KAMU! MAKASI YAA!” ucap Jihan yang sudah pasti tidak ditanggapi Septian.

****

“Gue kira lo bolos, Sep,”ujar Jordan setelah menghapus papan kelasnya dengan bekas-bekas tulisan dari spidol kemarin.

“Kemana aja lo dari tadi? Kamar mandi? Masih pagi Bro! Jangan main solo di kamar mandi dululah ntar gak fokus!” ujar Jordan, ambigu.

“Dan, Dan. Asep mana pernah berani bolos sih? Dateng telat aja gak pernah,” ujar Bams. Merapikan kain yang ada di meja guru. Kedua cowok itu memang sedang piket hari ini.

“Kalau dipaksa Galak baru dia mau,” kekeh Guntur.

“Lo kira bolos itu keren?« ketus Septian setelah sekian lama diam. Cowok itu lalu duduk di tempat duduknya.

“Sensi amat Pak. Nyantuy dikitlah. Pagi-pagi jangan berurat kau ini,” ujar Nyong namun Septian tak menanggapi.

“Eh Nyong lo sebaiknya diem aja kalau gak mau terbang trus nyungsep di pohon kelapa Bu Gendut,” ujar Oji tertawa geli. “Asli lo gak bakal bisa pulang Nyong! Mampus lo sama bapake lu.”

“Tenangnya bapak gue lagi pulang kampung ke Ambon,” jawab Nyong santai.

“Gue liat tadi lo sama Jihan dari bawah,” bisik Galaksi di samping membuat Septian menoleh. “Mulut gak akan pernah sejalan sama hati lo Sep,” kata Galaksi lagi.

SEPTIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang