"Dedek, ayo di situ. Mama foto." Mama Krystal menunjukkan satu spot foto kepada Dhatu. Dhatu pun segera berdiri di tempat yang ditunjukkan Mamanya untuk berfoto dengan latar belakang Telaga Warna.

"Ta juga dong, Ma."

Srestha nggak mau kalah juga untuk ikut berfoto bahkan ia sampai naik-naik ke ranting pohon untuk mendapatkan pose terbaik.

"Di sini udaranya segar banget ya, Ma." Jendra menggandeng tangan Mama Krystal sambil berjalan menyusuri area Telaga Warna tersebut.

"Iya sayang, enak ya udaranya." Mama Krystal menghirup dalam-dalam udara segar yang ada di sekitarnya.

Setelah puas berfoto dan berkeliling di sekitar Telaga Warna, Papa Kai mengajak mereka semua untuk memasuki Dieng Plateu Theater untuk melihat film berdurasi sekitar 20 menit yang berisi tentang sejarah Dieng.

"Nggrrrr."

Mama Krystal menoleh kaget saat mendengar suara dengkuran dari sebelahnya.

Srestha ketiduran.

Mama geleng-geleng kepala sendiri padahal baru sekitar sepuluh menit filmnya diputar, mungkin Srestha kecapean menaiki bukit untuk menuju ke sini makanya ketiduran.

"Kakak Ta, bangun." Dhatu menggoyangkan lengan kakaknya.

"Hmmm."

"Kakak Ta. Bangun, filmnya udah selesai."

Tapi Srestha hanya menggeliat, membuat Jendra tertawa kemudian memotret kakaknya yang tertidur tersebut.

"Sresthaaa, ayo bangun kak." Papa Kai menepuk-nepuk lengan Srestha lagi. Baru saat panggilan ketiga tersebut Srestha akhirnya bangun.

"Filmnya bagus ya, kak?" Tanya Papa Kai menahan tawa saat melihat Srestha kebingungan menatap Papanya.

Srestha menoleh ke kanan kirinya dan baru menyadari kalau ia ketiduran. "Hah? Ta ketiduran ya?"

"Huh, dasar Kakak Ta itu. Bukannya lihat film malah tidur." Komentar Jendra sambil menggelengkan kepalanya.

***

Selesai menyusuri Telaga Warna dan menonton film, mereka melanjutkan perjalanan menuju ke Kawah Sikidang.

"Di sana nanti ada tiga kawah. Kawah Sikidang, Kawah Candradimuka dan Kawah Sileri yang letaknya nggak begitu jauh. Kawah-kawah itu terbentuknya dari letusan gunung-gunung yang mengelilingi tempat ini." Pak Soleh kembali menjelaskan kepada keluarga Papa Kai.

"Itu ada artinya loh." Kata Papa Kai sambil menoleh ke belakang. "Iya kan, Pak?"

Pak Soleh mengangguk kemudian menjelaskan lagi kepala anak-anak dan juga Mama Krystal. "Sikidang itu asalnya dari kata Kidang yang artinya Kijang. Kijang itu kan lincah suka berjingkrak-jingkrak dan berpindah-pindah. Sama kayak kawahnya."

"Kalau Sileri itu dari Leri yang artinya air cucian beras. Kalau kawah Candradimuka, kawah yang suara menggelegar, menurut cerita orang tua dulu, kawah ini dulu digunakan untuk tempat mengukus seseorang yang sakti mandraguna." Pak Soleh kembali menjelaskan arti dari nama-nama kawah tersebut.

Dari tiga kawah tersebut mereka akan menuju ke Kawah Sikidang.

"Papa, ini bau apa ya?" Jendra menutup hidungnya saat mereka memasuki area wisata.

"Belerang, sayang. Itu di kawahnya kan berisi belerang." Papa Kai menunjuk ke kawah yang lokasinya ada di atas. "Mau beli masker?"

"Nggak usah Pa. Ujin tahan kok sama baunya."

"Wah, Dhatu penasaran deh. Ayo Ujin kita naik." Dhatu mengajak Jendra untuk berjalan lebih cepat mencapai kawah tersebut.

Mereka naik ke atas untuk lebih dekat melihat Kawah Sikidang. Asap yang mengepul dari dalam kawah membuat mereka semua takjub.

SynesthesiaWhere stories live. Discover now