Downtown (1) - Hunsoo

4.2K 394 7
                                    

Kyungsoo menenteng dua buah kantong plastik besar yant berisi keripik yang ia beli di minimarket. Sebenarnya ia masih memiliki beberapa camilan di dalam kulkas hotel. Namun, rasanya kurang nikmat jika melewatkan satu hari tanpa makanan yang asin.

Netra bulatnya menatap jalan yang terasa lenggang. Maklum saja, kebanyakan orang pasti sedang asyik bergoyang dan minum di bar saat jam 11 malam. Kyungsoo adalah satu-satunya orang yang tidak menikmati malam dengan musik yang keras. Mungkin juga dengan beberapa pendeta yang ada di gereja kecil yang berdiri beberapa puluh meter dari hotel.

"Kyungsoo!"

Pemuda dengan surai hitam legam itu menoleh. Mendapati driver limousin yang Yifan sewa baru saja keluar dari gereja. Sebenarnya Kyungsoo sedikit tertarik dengannya. Entah mengapa, driver asia dengan tubuh tinggi dan kurus itu memiliki aura yang jarang Kyungsoo jumpai.

"Hai, Sehun. Bisakah kau membantuku membawa salah satu dari kantong belanja ini?"

Senyuman tampan seketika menghiasi wajah tegas Sehun. Mengingatkan Kyungsoo pada mantan kekasihnya. Ia memang memiliki selera yang sama dengan sepupunya, Park Chanyeol. Pemuda itu menyukai pria tinggi dengan dengan tatapan tajam.

"Tentu, Kyungsoo. Senang bisa membantu."

Sehun mengambil sebuah kantong plastik dan membawanya. Kedua insan berdarah asia itu berjalan beriringan. Beberapa kali Sehun berusaha memulai pembicaraan. Sayangnya Kyungsoo sedang tidak dalam mood untuk bercakap-cakap. Terlihat dari wajahnya yang mulai mengantuk.

Sehun ikut masuk ke dalam kamar hotel karena Kyungsoo memaksa. Sebenarnya ia sudah beberapa kali masuk ke dalam hotel mewah di pusat kota tersebut. Ia pernah mencari uang tambahan dengan cara yang tidak halal. Menjadi pelacur pria dan melayani beberapa pria paruh baya yang membutuhkan lubang yang cukup hangat dan kuat untuk dijadikan sarang penis besar mereka.

"Kau benar-benar pekerja keras untuk ukuran orang seusiamu," puji Kyungsoo sembari meletakkan kantong plastik tersebut di atas mini bar.

"Aku tidak semuda itu. Bukankah kau lebih muda beberapa bulan dariku?"

Kyungsoo mengernyit. "Memangnya kau tahu berapa usiaku?"

Sehun memiringkan kepala seolah memberi isyarat bahwa ia menjawab iya. "Tuan Choi 31 tahun, Chanyeol 24 tahun, Tuan Zhang 32 tahun dan suaminya 28 tahun. Usiamu sendiri 22 tahun tepat bulan kemarin."

Kyungsoo bertepuk tangan. "Mengesankan. Sekarang kau terlihat seperti detektif yang diam-diam mencari informasi rahasia tentang kami."

Sehun terkekeh, "Siapapun akan dengan mudah mendapatkan informasi tentang kalian di internet."

Kyungsoo menuangkan champagne ke dalam dua gelas berkaki. Lalu memberikan salah satunya pada Sehun. "Ini, sebagai ucapan terima kasih karena mau menolongku."

"Terima kasih," ujar Sehun sembari menenggak cairan beralkohol tersebut.

Rasa hangat yang mendekati panas seketika mengalir di kerongkongannya. Benar-benar nyaman. Sehun sudah lama tidak minum alkohol. Uang yang seharusnya ia belikan minuman kini ia alihkan untuk disimpan untuk biaya sekolah adiknya.

"Bisakah kau menemaniku tidur malam ini? Aku benar-benar merasa kesepian jika harus tidur sendirian."

Sehun merasa bahwa Tuhan sedang berada di pihaknya malam ini. Ia tidak menyangka bahwa doa yang ia panjatkan di dalam gereja begitu cepat dikabulkan.

"Baiklah, jika kau tidak keberatan."

_______________

Sehun duduk di atas ranjang yang menurutnya terlalu empuk. Dengan sebuah piyama berwarna putih membalut tubuh kurusnya yang terasa lembab karena mandi air hangat.

"Maaf membuatmu menunggu lama," ujar Kyungsoo yang datang dengan sebuah handuk yang menutupi selangkangannya.

Sehun menelan ludah gugup. Guratan otot yang halus dan kulit yang terlihat begitu lembut juga terawat membuatnya hampir lupa diri. Kyungsoo begitu indah hingga membuat Sehun merasa bahwa ia adalah makhluk yang tercela.

Kyungsoo berjalan menuju lemari di sisi kanan kamar dan mengambil piyama. Seragam dengan yang Sehun pakai, warna putih. Hanya saja ukuran pakaian Sehun dan Kyungsoo memang berbeda.

Kini pemuda dengan bibir penuh itu duduk disamping Sehun. Bersandarkan kepala ranjang yang cukup empuk, mereka memulai pembicaraan tentang kehidupan Kyungsoo.

"Seperti yang kau tahu. Aku hanyalah seorang model."

Sehun mengernyit mendengar perkataan Kyungsoo. "Apa yang kau bicarakan? Kau bukan 'hanya' seorang model. Kau adalah 173 sentimeter keindahan yang Tuhan berikan di muka bumi ini."

Kyungsoo tertawa. "Kau terdengar seperti seorang perayu ulung. Apa kau akan bersikap seperti ini saat tidur dengan orang lain?"

Sehun merasa sedikit canggung dengan pertanyaan Kyungsoo. Ia hanya melakukan seks beberapa kali dalam hidupnya. Itu pun karena ia membutuhkan uang. Sehun tidak pernah tidur dengan siapapun kecuali kliennya.

Mungkin saat ini, pengecualian untuk 173 sentimeter keindahan yang ada disampingnya.

"Aku tidak pernah tidur seranjang dengan orang lain sebelumnya," ujar Sehun bohong.

Kyungsoo mengangkat alisnya. "Baiklah, aku rasa kau masih terlalu polos untuk topik ini."

Sehun menghembuskan napas lega saat Kyungsoo memilih untuk mengganti topik percakapan. Mereka berbincang tentang banyak hal. Terutama tentang kehidupan pribadi Kyungsoo yang ternyata tidak seindah yang Sehun kira.

"Aku harus menjual diri untuk mendapatkan uang agar bisa tetap bersekolah," ucap Kyungsoo yang entah sejak kapan telah membawa dua gelas anggur di tangan.

"Terima kasih," ujar Sehun saat Kyungsoo membernya segelas. Ini adalah kali kedua Kyungsoo memberinya minuman. Entah mengapa, hal itu berhasil membuat Sehun merasa begitu tersanjung.

"Orang tuaku tidak memberiku sepeser uang pun setelah mereka tahu aku gay. Begitu pula dengan Chanyeol. Tapi kami bisa melewati masa-masa sulit itu dengan menjual tubuh. Kami cukup bersyukur masih ada beberapa pria yang mau membayar untuk menyetubuhiku."

Jika saja Kyungsoo tahu, pria gay manapun pasti bersedia membayar ribuan dollar untuk menghabiskan setengah jam bersamanya. Merendah dengan kata-kata seperti itu hanya akan membuat Sehun merasa bahwa Kyungsoo memiliki krisis dengan kepercayaan dirinya.

"Semua itu adalah masa lalu, Kyung. Sekarang, kau adalah model papan atas. Begitupula Chanyeol yang menjadi primadona di dunia pornografi gay."

Kyungsoo mengendikkan bahu sempitnya. "Kau benar, seharusnya aku berhenti murung dan menikmati keberhasilan."

"Sebaiknya kita tidur," lanjut Kyungsoo.

Kedua insan tersebut berbaring miring dengan Kyungsoo membelakangi Sehun. Secara tidak langsung memprihatikan pinggang ramping yang diikat oleh tali piyama.

Sehun ingin tahu bagaimana rasanya memeluk pinggang tersebut. Ia hampir saja melakukannya. Namun, Sehun sadar di mana posisinya sekarang.

"Selamat malam, Do Kyungsoo."

Sehun memejamkan mata saat jarum jam menunjuk pukul 1 dini hari. Tanpa ia sadari, tubuhnya bergerak dengan sendirinya. Tangan yang semula bebas pun bergerak memeluk pinggang Kyungsoo. Melingkarinya seolah mencegah Kyungsoo untuk pergi.

Benang merah yang semula berjauhan kini mulai mendekat dan menyambung satu sama lain. Membentuk ikatan yang semakin bertambah kuat setiap detiknya.

#TBC

_________________________________________________

No LimitWhere stories live. Discover now