Timid (2) - Myeonsoo

688 127 50
                                    

Kyungsoo menyesap cokelat hangat sambil menatap wajah pucat Joy. Sepupu perempuannya itu kurang tidur lantaran sedang hamil tua. Suaminya yang kurang ajar itu dengan kejam meninggalkan Joy sendiri di rumah sementara dirinya berjalan-jalan ke luar negeri.

"Kasihan sekali anakmu, punya ayah kurang ajar seperti Kamitani." Kyungsoo menatap wajah Joy yang sesekali meringis karena gerakan bayi dalam kandungan.

Sebenarnya ungkapan ini dilebih-lebihkan oleh Kyungsoo. Dia sedikit bias karena Joy adalah sepupu yang paling dekat dengannya. Joy tidak ditinggal oleh suaminya.

Wanita delapan belas tahun itu dinikahi seorang nahkoda kapal pesiar Jepang.

Jika menurut kalian Joy terlalu muda untuk hamil, maka kalian tidak salah. Memang ia terlalu muda untuk hamil. Kehamilan ini adalah hasil kecelakaan dari Joy yang penasaran dengan kegiatan berkendara diatas laki-laki.

Perempuan bernama asli Park Sooyoung itu hamil setelah berhubungan rutin selama sebulan bersama nahkoda kapal yang sedang berlibur di Jeju, kampung kelahiran nenek mereka. Untung saja nahkoda bernama Kamitani Kotaro mau bertanggungjawab.

"Jelaslah mau bertanggung jawab. Sooyoung kan cantik. Mana dia kulitnya mirip pantat panci begitu." Beginilah celetukan Kyungsoo saat pernikahan Joy empat bulan yang lalu, yang tentu saja langsung dihadiahi keplakan oleh ibu Joy, Bibi Park yang merupakan adik ibunya.

Ibu Joy tidak menyangkal karena memang menantunya memiliki kulit yang cukup gelap. Wajar saja, hidupnya di laut.

"Oppa! Hah, dua keponakanmu ini benar-benar tidak bisa diam!" Joy masih berusaha mengatur napas untuk menahan sakit.

"Eh, kau tidak mau melahirkan sekarang kan?" Kyungsoo langsung panik.

"Sembarangan! Mereka baru delapan bulan!" Joy menggeprak kepala Kyungsoo dengan buku kehamilan yang sedari tadi ia baca.

Sebenarnya Kyungsoo memiliki jadwal seminar motivasi di kampus. Tapi laki-laki itu sedang malas mendengarkan orang mengoceh tentang hal-hal yang mereka sendiri tidak bisa lakukan. Jadilah dia menemani Joy yang katanya hampir mati bosan sendirian di apartemen.

"Aku dengar Oppa mau menikah?" Joy membuka percakapan.

"Begitulah. Aku dijodohkan dengan anak kolega ayah." Kyungsoo berucap sambil memasukkan potongan black forest kedalam mulut.

"Bagaimana wajahnya? Oppa punya fotonya?" Joy mendadak antusias. Kyungsoo menatap dengan salah satu alis yang naik.

Ia membuka ponsel dan membuka akun pesan singkat Joonmyeon. Lalu menunjukkan foto profil Joonmyeon ke Sooyoung. Dan yang terjadi selanjutnya sudah bisa ditebak, Sooyoung histeris.

"Ya Tuhan! Tampan sekali! Siapa dia?"

Kyungsoo memutar bola mata. Gestur yang hanya ia lakukan pada orang yang ia anggap akrab. "Namanya Kim Joonmyeon. Kau mau melihat wajah aslinya? Aku bisa melalukan panggilan video."

"Boleh-boleh!"

Kyungsoo menekan ikon camcorder di kolom atas. Menunggu beberapa saat sampai Joonmyeon menjawab panggilan videonya. "Selamat siang, hyung."

"Se-selamat siang, Kyung. Ada apa?"

"Oh, ini. Sepupuku mengidam ingin melihat wajah hyung. Hyung bisa berbicara dengannya sebentar?"

"O-oke." Dari suaranya sudah dapat ditebak kalau Joonmyeon panik mendadak. Ia tidak terlalu suka berkomunikasi dengan perempuan kecuali kerabat atau rekan kerja.

Kyungsoo memutar ponsel. Sooyoung pun menyapa Joonmyeon dengan senyuman manisnya. Senyuman khas keluarga nenek mereka. "Selamat siang, Tuan ...."

"Kim!" Kyungsoo mengode dengan mulut.

No LimitWhere stories live. Discover now