Percakapan Kecil

77 6 2
                                    

"Jadi, Mun, apa yang bisa kau pelajari dari kasus ini?" Tany Sayya.

"Tidak ada"

Muna Amanita mengamati dunia dari balik jendela. Jawaban yang dilontarkannya membuat Sayya kaget, hingga dia perlu mengulang pertanyaannya untuk Muna.

Sang ketua rohis hanya menjawab, "Kasus keempat ini... masih tidak ada hubungannya." Tangannya diangkat, menyentuh lapisan kaca yang dingin dan gelap. "Ana masih tidak mendapat apa-apa darinya."

"Aku tahu dan aku mengerti" Balas Sayya.

"Ana tak mengerti kenapa Ukhti Sayya dan akhi Akku bisa hadir di kepala ana padahal, kalian adalah milik Asa"

Sayya menukas, "Keinginan kami untuk mencaritahunya juga besar, kami tak tahu pula kenapa Tuan Asa melepas kami."

Wanita berjilbab segera berlari kecil menuju si makhluk setengah kucing, mengajaknya berbicara untuk dimintai pertolongan. "Akku, bisakah kau lihatkan isi tas Asa?" Dengan kemampuan merubah dimensinya, Akku langsung mengantar mereka pada sebuah tas biru kecil, dengan lambang POLO. Muna bergegas membukanya, berisi tali, sarung tangan, buku-buku dan sebuah kawat besi. Seketika penemuannya membuatnya mengkerut.

"Ada apa?" Tanya Sayya melayang mendekat.

"Ini adalah alat yang akan Asa gunakan untuk bunuh diri di kasus ketiga"

"Benar, kebetulan sekali kasus itu belum ditemukan buktinya, Muna." Jawab Sayya.

"Tidak ada bukti jelas darisana, sama seperti kasus penusukan Sia Lee. Ana di masa lalu juga masih belum celaka, dia masih sehat sekarang."

Akku merespon. "Kenapa kau mau sekali dirimu terluka, Mun? Mew. Bukannya itu akan menyakitkan? Bisa juga bekas lukanya akan tertoreh jelas sampai tua..."

Sayya menambahi, "Lagipula, di kasus kedua, kau sudah ditusuk dengan pisau. Harusnya itu sama saja, bukan?"

"Akku, Sayya, perhatikanlah. Kasus kedua itu sebelum Akku muncul, yang berarti hal-hal disana masih imajinasi saja. Sementara sejak kemunculan Akku, dimensinya terasa menjadi begitu nyata. Pembunuhan dan rentetan kejahatan disini mulai semakin nampak, berhubungan dan menyebabkan sebab-akibat. Ana juga tak bisa menebak apa yang bisa terjadi, tapi dengan... misalnya, ana terluka di dunia ini, ana bisa..." Muna terdiam, membuat yang lainnya penasaran.

"Bisa apa?"

"Bangun dari koma, meski hanya sesaat" Jawab Muna. "Itulah hipotesis Ana. Bisakah kalian membantu?"

Mereka hanya saling memandang.

17 Kasus-Kasus Muna. (Book 1)Where stories live. Discover now