"Tetep ya." ucap Safira seraya menggelengkan kepalanya. 

"Terus Tama sama Sherina.  Terus Milena sama Azio,--"

"Kok sama mas Azio?" protes Milena.  "Kan aku sama mas Azio nggak ada apa-apa.  Deket juga nggak."

Nah,  ini nih yang dibilang Aileen dengan nggak gentle.  Si Milena nggak tahu,  terus jadinya defensif kalau di jodohin.

Randi menatap matanya Milena,  kemudian berucap "kan Mauku,  bukan maumu."

"Tapi kan katanya manusia agak peka.  Berarti harusnya ada apa-apa kan?  Omg.  Mas Azio suka ama aku?"

Disinilah teman-teman tanda bahwasanya setiap manusia itu tidak boleh bergosip,  kalau tidak akan kejadian seperti ini. Rahasia orang terbongkar. 

Randi mengerjapkan matanya,  bingung mau bilang apa.  Aileen sudah nggak mau ikut campur.  Safira apalagi. 

Indrani bergumam,  "kayaknya nggak sih.  Mas Azio kan tipe-tipe nggak dekat perempuan.  Paling sama Adek doang hipernya.  Eh,  jangan-jangan mas Azio suka adek?"

Safira menyerngit, dari mana suka Adek? Menurut Safira malah dia suka godain Adek, karena Adek itu anaknya enak dijahilin.  Malah keliatan banget kalau Azio naksir Milena.  Helaan napasnya,  tatapan matanya.  Atau dianya aja yang terlalu memperhatikan Azio? 

"Kenapa penghuni rumah 21 itu kok di panggil Adek?" tanya Dipta setelah berani berucap. 

"Oh itu,  pernah baca webtoon nggak?  Ada namanya pasutri geje.  Nama tokoh perempuannya Adelia,  panggilannya Adek,  jadi dia kita panggil adek juga." jelas Aileen. 

"Tokoh laki-lakinya namanya Adimas,  panggilannya Mas.  Jadi kayaknya karena itu jadinya dua anak itu di jodohin." imbuh Safira,  yang langsung di bantah Randi. 

"No.  Adek emang suka Adimas.  Maksudku dia emang suka Dimas. ini bukan drill.  Ini nyata.  Fact only."

Dipta tiba-tiba tertawa.  Takjub sama. Laki-laki yang sudah punya istri tapi tetap mempertahankan jiwa muda yang suka bergosip.  Jadi penasaran gimana mudanya,  kalau tuanya kayak gini. 

"Aku sih kalau masalah Adek,  dukungnya sama Oriel." kata Milena "Sweet banget nggak sih?  Jadi iri kalau liat mereka berdua bareng."

"Mending kita makan aja lah,  bergosip mulu.  Heran dari kemarin kita tuh kerjanya gosip terus." celoteh Randi,  sementara Aileen menatap kesal suaminya

Untung Cinta,  kalau nggak tinggalin nih. 

***

Sherina sedang mengingat apa yang dibicarakan Oriel tadi di tempat makan pecel.

"Misalnya Sherina nggak suka Tama kan kita nggak bisa maksa."

Emang dari mukanya keliatan ya kalau dia nggak suka Tama? Atau sikapnya selama ini bikin orang mikir kalau dia nggak suka Tama?

Padahal mukanya biasa aja. Murah senyum juga, terus goncengan sama Tama dia juga nggak pernah protes.

Tok Tok

Ketukan dipintu menghalau lamunannya, dan dengan sigap dia bangun dari karpet di depan televisi, dan berangkat ke pintu depan.

"Lu?"

"Sepi nih mbak, aku main ya."

"Sekalian panggil Adelia aja yuk, biar rame-rame."

Lulu menggeleng. "Itu anak lagi karokean. Dari depan rumah mbak safira kedengeran."

Sherina tertawa, lalu mengajak Lulu masuk. "Karaoke lagu apa?"

"Tukar Jiwanya Tulus sih tadi aku denger. Nggak tahu kalau sekarang. Kenapa sih dia?"

"Nggak tahu." Kata Sherina seraya mempersilahkan Lulu duduk di karpet. "Seadanya ya, kalau laper ntar kita gojek aja."

"Siap mbak."

"Eh Lu, nanya dong."

"Nanya apa? Kalau nanya tentang kampus aku nyerah."

Sherina menggeleng. "Menurutmu  aku mukanya sangar nggak sih?"

Lulu menggeleng. "Masih sangar mukanya mas Azio."

Lalu Sherina tertawa. "Gitu ya."

"Kenapa mbak?"

"Menurutmu aku ada suka orang nggak di perumahan sini?"

Lulu mengerjapkan mata beberapa kali sebelum mencoba peruntungan. Dia kan suka Tira. Jadi mungkin kalau tebak-tebak berhadiah, terus nggak bener kan dia jadi ada peluang sama gebetannya.

"Mas Tama?"

"Nah, iya kan? Kelihatan kan kalau aku suka Tama?"

Lulu mengangguk, lalu linglung. "Eh bener? Kupikir bercanda." Dan Lulu berusaha mengeluarkan kata sdgdhdkwwoa menjadi nyata dengan gerakan aneh. "Serius mbak suka mas Tama?"

"Loh kamu yang nebak sendiri padahal." Kata Sherina aneh.

"Kan nebak, belum tentu bener. Ya Ampun, makasih ya mbak sudah menyukai mas Tama."

Sherina tertawa mendengar perkataan Lulu. "Kamu tuh lucu banget sih Lu. Kenapa? Takut aku ngambil mas Tira?"

"Iya, eh nggak mbak. Nggak. Maksudku aku turut seneng. Ya Ampun."

Sherina kembali tertawa. "Aku sama mas Tira nggak ada apa-apa. Mas Tira udah nganggep aku adiknya sendiri. Pepet terus Lu, jangan kendor."

Lulu akhirnya mengangguk, lalu menggeleng. Tidak boleh terlalu senang, nanti jangan-jangan plot twist. Sherina mah terus ketawa dari tadi. Sepupunya Milena ini lucu sekali. 

"Terus kenapa mbak Sherina tanya?"

"Habis mas Oriel bilang aku nggak suka mas Tama,  jadi mungkin aku kurang ganas gitu."

"Ganas?" tanya Lulu.

"Iya,  kurang kelihatan kalau seneng gitu."

"Keliatan kok,  mungkin mas Oriel bercanda doang.  Mas Oriel kan orang paling peka satu perumahan."

Sherina tidak bisa menolak perkataan itu. Memang Oriel itu laki-laki paling peka,  sementara mas Randi orang paling Suka menggosip,  lalu mas Azio orang jahil,  Mas Tira orang yang ceria,  kemudian Dimas orang yang tidak peka,  dan terakhir mas Tama orang yang baik.  Kalau mas Dipta Sherina belum kenal. 

"Ya udah sih kalau gitu, cuman nanya doang kok." kata Sherina sambil tersenyum.  "Oh ya Lu,  kalau mau mepet mas Tira harus rajin ngechat,  dia butuh perhatian wanita tuh."

"Mbaaaaaak!"

***

Tira baru pulang magang sekitar pukul 5 sore,  bertepatan dengan Lulu yang berjalan pulang setelah main dengan Sherina. 

"Dari mana Lu?" tanya Mas Tira seraya mengunci mobilnya dengan menekan tombol di kuncinya. 

"Dari rumah mbak Sherina.  Mas Tira baru pulang ya?"

Tira menganggukkan kepalanya.  "Eh udah makan belum?"

Ya ampun rejeki nomplok.  "Belum," jawab Lulu,  padahal baru saja selesai menyantap Panties Pizza yang dipesan Sherina sejam yang lalu. 

"Nanti cari makan yuk,  kayaknya yang dari selekta belum pulang ini. Kasian kamu sendirian."

Lulu dengan sigap mengangguk, bahagia diajakin makan. 

"Yang nggak ikut ke Selekta siapa aja? Selain sherina?"

"Ada mas Azio,  mas Oriel,  Dimas, adek, aku sama mbak Sherina."

"Oh, ok. Ntar sama anak-anak itu juga ya, biar rame."

Lulu mengangguk senang. Lalu melambaikan tangan karena harus masuk ke rumahnya.

30 menit kemudian, kebahagiaan Lulu harus kandas karena yang pulang jalan-jalan membawa makanan untuk di rumah masing-masing. Which is Milena bawa makanan untuk Lulu, dan dia tidak bisa pergi makan di luar bersama Tira.

***

Perumahan Bahagia ✓Where stories live. Discover now