Dua

454K 23.5K 3.6K
                                    

"Siapapun itu. Aku harap orang itu adalah kamu"

***

Bel tanda istirahat berbunyi. Rea tak sadar jika sedari tadi dirinya sibuk bertukar percakapan melalui ponsel dengan Anna.

"Kantin yuk." Kali ini Anna berbicara secara langsung tanpa perantara kertas maupun ponsel.

Rea tersenyum sekilas lalu merogoh saku seragamnya. Yap. Ini adalah hari sialnya!

Bukan hanya lupa membawa kotak pensil. Bahkan ia lupa membawa uang jajan hari ini. Ah, dasar Rea.

Lalu bagaimana sekarang?

Dia merasa sungkan pada Anna jika meminjam uang pada orang yang baru ia kenal ini.

"Hmm, duluan aja deh. Ntar gue nyusul." ucapnya agak berbohong.

Anna tersenyum sembari mengangguk kecil dan bergabung bersama rombongan teman kelas lainnya untuk pergi ke kantin.

Dan tinggallah Rea sendiri di sini. Jujur, sejak tadi pagi perutnya memang terasa lapar, tapi ia sudah biasa menahannya.

Ditambah pula ia lupa untuk sarapan pagi ini.

Ralat.

Ia bahkan tak pernah sarapan.

Sembari menahan rasa laparnya, ia meneguk air mineral yang sengaja ia bawa dari rumah.

Kemudian melanjutkan aktivitasnya yang tertunda tadi.

Yap, mencoret kertas putih polos di belakang buku barunya.

Tak ada yang bagus dari coretan tangannya. Terkesan abstrak. Tapi ia senang melakukan itu.

10 menit berlalu.

Ia merasa bosan. Waktu istirahat akan terasa lebih lama jika dihabiskan hanya untuk mencoret kertas saja.

Lebih baik ia keluar untuk sekedar menghirup udara segar.

Tak ada salahnya kan?

Entah kemana ia pergi, kakinya melangkah begitu saja.

Hingga ia tiba di ujung sekolah. Suasananya tampak sepi. Karena memang tak ada satupun murid di sini, kecuali dirinya.

Terdapat beberapa pohon dengan ranting yang rendah. Udara segar dan rasa sejuk seakan menyihirnya untuk tidak meninggalkan tempat itu.

Ia merentangkan kedua tangannya dan menghirup udara segar sebanyak-banyaknya. Menghilangkan beban yang menumpuk di pikirannya.

"Tali sepatu lo lepas!"

"Astaga!" sontak Rea terkejut dan tak sengaja menginjak tali sepatunya sendiri hingga ia jatuh tersungkur.

Tiba-tiba seseorang bangun dari kursi panjang yang ia gunakan untuk tiduran sambil membaca sebuah komik.

Pantas saja ia tak terlihat. Kursi itu tertutupi oleh ranting daun yang rendah.

Rea meringis kesakitan.

Jantungnya hampir saja copot.

Bagaimana mungkin ada pria tampan di tempat seperti ini?

Atau jangan-jangan dia jelmaan hantu yang menyamar menjadi manusia untuk mengelabui Rea?

Pria tampan itu masih senantiasa duduk di singgasananya tanpa mempedulikan Rea.

Ia bahkan tidak membantu Rea saat jatuh tersungkur tadi. Ah, jahat sekali.

Rea segera bangkit sembari membersihkan debu-debu di roknya.

Fireflies [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang